EWG: Air minum AS terkontaminasi bahan kimia berbahaya
EWG menemukan bahwa kontaminasi air minum di Miami, Philadelphia, dan New Orleans menyentuh tingkat tertinggi.

Laporan dari LSM Environmental Working Group (EWG) yang dirilis pada Rabu (22/1) menyatakan bahwa tingkat air minum di Amerika Serikat yang terkontaminasi "forever chemicals" jauh lebih parah daripada yang mereka perkirakan.
Kelompok itu menemukan bahwa kontaminasi air minum di Miami, Philadelphia, dan New Orleans menyentuh tingkat tertinggi.
"Forever chemicals" merupakan bahan kimia yang juga dikenal sebagai zat perfluoroalkyl (PFAS). Bahan kimia yang terkandung dalam sejumlah produk seperti pembungkus makanan cepat saji hingga kotak piza tersebut membutuhkan waktu ribuan tahun untuk terdegradasi.
Bahan kimia itu telah dikaitkan dengan kanker, kerusakan hati, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya.
Pada 2018, EWG memperkirakan bahwa 110 juta warga AS berisiko meminum air keran yang terkontaminasi PFAS. Namun, temuan terbaru LSM tersebut justru menunjukkan bahwa perkiraan itu terlalu rendah.
"Hampir tidak mungkin menghindari air minum yang terkontaminasi bahan kimia tersebut," kata ilmuwan senior EWG dan penulis laporan, David Andrews.
Dari sampel air keran yang diambil EWG dari 44 lokasi di 31 negara bagian, hanya satu lokasi yakni di Kota Meridian, Mississippi, yang tidak terkontaminasi PFAS. Kota tersebut mengandalkan sumur sedalam 215 meter.
Lebih lanjut, hanya Seattle dan Tuscaloosa yang tingkat kontaminasi air minumnya di bawah 1 PPT (part per trillion), batas yang direkomendasikan EWG.
Selain itu, EWG menemukan bahwa rata-rata enam sampai tujuh senyawa PFAS ditemukan dalam air yang diuji dari sejumlah lokasi.
"Semua orang benar-benar terpapar kontaminasi bahan kimia PFAS yang beracun ini," ujar Andrews.
Di 34 lokasi di mana uji EWG mendeteksi kandungan PFAS dalam air, kontaminasi tersebut belum dilaporkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) atau lembaga pengawas lingkungan nasional lainnya.
Menurut EWG, setidaknya sejak 2001, EPA telah menyadari persoalan kontaminasi PFAS dalam air minum, tetapi sejauh ini gagal mengambil tindakan nasional.
Tanpa merinci lebih jauh, EPA menyebut bahwa mereka telah membantu pemerintah negara bagian dan masyarakat mengatasi persoalan kontaminasi PFAS.
Sumber : Reuters

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Jalan panjang negara mensejahterakan lansia
Senin, 06 Feb 2023 09:15 WIB
Jejak berdarah Sumiarsih dari Gang Dolly
Minggu, 05 Feb 2023 06:18 WIB