sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gencatan senjata dengan Hamas, politik domestik Israel bergejolak

Gencatan senjata Hamas-Israel memicu mundurnya Avigdor Liberman dari kursi Menhan Israel.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 19 Nov 2018 14:38 WIB
Gencatan senjata dengan Hamas, politik domestik Israel bergejolak

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa pelaksanaan pemilu dini akan menimbulkan risiko bagi keamanan nasional. Pernyataannya tersebut muncul di tengah upaya untuk mempertahankan pemerintahan koalisinya.

Pekan lalu, koalisi sayap kanan Netanyahu menghadapi tantangan paling serius sejak berkuasa hampir empat tahun lalu setelah Menteri Pertahanan Avigdor Liberman mundur dan sejumlah pihak menyerukan dibentuknya pemerintah baru.

Liberman mundur karena menentang gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza. Gencatan senjata tersebut berhasil mengakhiri putaran kekerasan paling parah antara kedua pihak sejak perang pada 2014.

"Kita berada dalam salah satu situasi keamanan yang paling rumit. Dan pada saat seperti ini, Anda tidak dapat menjatuhkan pemerintahan. Tidak bisa mengadakan pemilu," ungkap PM Netanyahu pada Minggu (18/11) dalam sebuah pidatonya yang disiarkan di televisi.

Pengunduran diri Liberman, pemimpin partai sayap kanan Yisrael Beiteinu, membuat kursi yang dikuasai koalisi Netanyahu di Knesset menjadi 61 dari 120 yang ada.

Sementara itu, Naftali Bennett, menteri pendidikan yang juga berasal dari aliran politik sayap kanan, menuntut agar jabatan menteri pertahanan diserahkan kepadanya atau dia mengancam akan mengundurkan diri dari koalisi. Jika Bennette mundur, maka pemerintahan Netanyahu akan terguling dan mau tidak mau pemilu dini harus dilaksanakan.

Pembicaraan antara Bennett dan Netanyahu pada Jumat (16/11) berujung buntu.

Pada Kamis (15/11), Menteri Keuangan Moshe Kahlon dan Menteri Dalam Negeri Aryeh Deri juga menyerukan digelarnya pemilu dini.

Sponsored

Netanyahu yang mengambil alih Kementerian Pertahanan Israel pasca-mundurnya Liberman dikabarkan melangsungkan pembicaraan dengan Kahlon pada hari Minggu kemarin. Tidak dirinci hasil dari diskusi mereka.

Pemicu krisis politik domestik Israel

Krisis dimulai setelah sekitar 400 roket Hamas diluncurkan dari Gaza ke Israel pada Selasa (12/11). Itu terjadi beberapa jam setelah operasi rahasia Israel di Gaza gagal dan menewaskan seorang komandan Hamas serta seorang pasukan Israel.

Pasukan Israel sendiri menyerang lebih dari 100 target di Gaza. 

Ada pun gencatan senjata teranyar ini ditengahi oleh Mesir dan PBB. Meski gencatan senjata bertujuan untuk mengakhiri aksi saling serang, namun Liberman melihatnya sebagai kapitulasi terhadap teror.

PM Netanyahu membela gencatan senjata tersebut dengan mengatakan bahwa langkah itu diambil setelah berkonsultasi dengan badan keamanan Israel.

"Saya tahu apa yang harus dilakukan, kapan harus melakukannya, dan kami akan melakukannya," ujar sang PM. "Saya harap seluruh mitra akan menunjukkan tanggung jawab dan tidak akan menggulingkan pemerintahan."

Pada masa lalu, Netanyau juga pernah menghadapi krisis koalisi. Namun, tidak serius krisis yang tengah berlangsung.

Gejolak politik itu muncul saat Netanyahu menghadapi investigasi kriminal yang telah menyeretnya dan lingkaran dalamnya. Polisi Israel mengatakan mereka memiliki cukup bukti untuk mendakwa Netanyahu atas tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam dua penyelidikan terpisah.

Netanyahu diinterogasi sebagai tersangka dalam penyelidikan ketiga. Dia telah berulang kali menekankan bahwa dirinya tidak bersalah.

Investigasi kriminal nyaris tidak memengaruhi posisi Netanyahu di jajak pendapat atau popularitasnya. Jajak pendapat telah berulang kali memproyeksikan bahwa partai Likud akan memegang atau meningkatkan jumlah kursi jika pemilihan umum diadakan. (CNN)

Berita Lainnya
×
tekid