sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Madagaskar dilanda krisis pangan akibat kekeringan panjang

"Kami dulu menyebut Madagaskar sebagai pulau hijau, tetapi sayangnya sekarang lebih cocok disebut pulau merah."

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 18 Mar 2022 17:23 WIB
Madagaskar dilanda krisis pangan akibat kekeringan panjang

Madagascar Berjuang Hadapi Kekeringan Panjang, Sebuah Pulau Hijau Berubah Jadi Merah


Selatan Madagaskar tengah berjuang menghadapi kekeringan panjang. Pangkalnya, daerah-daerah yang tadinya hijau kini mengering dan menjadi merah.

Kekeringan tersebut merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir bersamaan dengan deforestasi dan pembukaan lahan untuk kebutuhan pertanian. Orang-orang setempat bahkan menyebut Madagaskar selatan sebagai “mangkuk debu”.

Sejumlah warga pun mendatangi Pos Program Pangan Dunia PBB (WFP) dekat kawasan Anjeky Beanatara, untuk memeriksakan kesehatan anak-anaknya, yang diduga kekurangan gizi. Selain itu, untuk mendapatkan makanan.

“Tidak ada yang bisa dipanen. Itu sebabnya kami tidak punya apa-apa untuk dimakan dan kami kelaparan,” kata ibu tujuh anak, Tarira, di Pos WFP. 

Mengutip Reuters pada Jumat (18/3), lebih dari 1 juta penduduk Madagaskar bagian selatan saat ini membutuhkan bantuan makanan dari WFP.

Tarira membawa putranya, Avoraza (4), ke pos pemeriksaan. Dia sedang berjuang untuk menambah berat badan dan memperbaiki gizi.

Seperti banyak orang lain di wilayah ini, Tarira dan keluarganya kadang-kadang menyantap makan dari kaktus, yang masyarakat setempat menyebutnya raketa yang tumbuh liar dan hanya memberikan sedikit gizi, serta membuat sakit perut.

Sponsored

Madagaskar adalah pulau terbesar keempat di dunia. Di sana, terdapat ribuan spesies endemik tanaman dan hewan.

Negara ini tadinya memiliki alam dan sungai yang mengalir deras. Namun, kenyataan telah berubah, terutama di bagian selatan.

"Kami dulu menyebut Madagaskar sebagai pulau hijau, tetapi sayangnya sekarang lebih cocok disebut pulau merah," kata Gubernur Wilayah Androy Selatan, Soja Lahimaro Tsimandilatse.

Kekeringan, deforestasi, kerusakan lingkungan, kemiskinan, Covid-19, dan pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya krisis pangan dalam beberapa tahun terakhir.

Dengan populasi sekitar 30 juta, Madagaskar banyak mengalami cuaca ekstrem. Para ilmuwan mengatakan, fenomena ini kemungkinan semakin parah akibat krisis iklim.

Panel perubahan iklim IPCC PBB mengatakan, peningkatan kekeringan telah diamati di Madagaskar dan diperkirakan akan terus meningkat. Pada puncak krisis pangan di selatan, WFP memperingatkan pulau itu berisiko terjadi kelaparan akibat perubahan iklim pertama di dunia.

Berita Lainnya
×
tekid