sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menkes Italia: Tidak vaksin, tidak boleh sekolah

Tanpa bukti vaksinasi di bawah aturan baru, anak-anak hingga usia enam tahun akan dikeluarkan dari ruang bayi dan taman kanak-kanak.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Selasa, 12 Mar 2019 20:17 WIB
Menkes Italia: Tidak vaksin, tidak boleh sekolah


Anak-anak di Italia tidak diterima di sekolah kecuali mereka dapat membuktikan bahwa mereka telah divaksinasi dengan benar. Langkah ini diambil setelah perdebatan nasional selama berbulan-bulan tentang vaksinasi wajib.

Orang tua berisiko didenda hingga 500 euro jika mengirim anak-anak mereka ke sekolah.

UU baru itu muncul di tengah lonjakan kasus campak. Sejumlah pejabat Italia menuturkan bahwa tingkat vaksinasi telah membaik sejak UU tersebut diperkenalkan.

Di bawah hukum Italia yang disebut Lorenzin, anak-anak harus mendapat serangkaian imunisasi wajib sebelum bersekolah, termasuk di antaranya vaksinasi cacar air, polio, campak, gondok, dan rubela.

Tanpa bukti vaksinasi di bawah aturan baru, anak-anak hingga usia enam tahun akan dikeluarkan dari ruang bayi dan taman kanak-kanak.

Mereka yang berusia antara enam dan 16 tahun tidak dapat dilarang datang ke sekolah, tetapi orang tua mereka menghadapi denda jika tidak menyelesaikan kursus wajib imunisasi.

Batas waktu sertifikasi adalah 10 Maret setelah penundaan sebelumnya, tetapi karena jatuh pada akhir pekan maka diperpanjang hingga Senin.

"Sekarang semua orang punya waktu untuk mengejar ketinggalan," kata Menteri Kesehatan Giulia Grillo kepada surat kabar La Repubblica.

Sponsored

Dia dilaporkan telah menolak tekanan politik dari Wakil Perdana Menteri Matteo Salvini untuk memperpanjang tenggat waktu.

Menurut Grillo, aturan saat ini sederhana, "Tidak vaksin, tidak sekolah."

Media Italia melaporkan bahwa pemerintah-pemerintah daerah menangani situasi dengan beragam cara.

Di Bologna, otoritas setempat telah merilis surat penangguhan kepada orang tua dari sekitar 300 anak. Total 5.000 anak tidak memiliki dokumentasi vaksin terbaru.

Tidak ada kasus yang dilaporkan di daerah lain, sementara beberapa daerah telah diberikan tenggang waktu beberapa hari di luar batas waktu yang ditetapkan. 

UU baru disahkan untuk menaikkan tingkat vaksinasi yang saat ini berada di bawah 80% mencapai target 95% Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada Senin (11/3), hari terakhir bagi para orang tua untuk memberikan dokumentasi yang membuktikan anak-anak mereka telah divaksinasi dengan benar, otoritas kesehatan Italia merilis angka-angka yang mengklaim tingkat imunisasi nasional pada atau sangat dekat dengan 95% untuk anak-anak yang lahir pada 2015. Itu tergantung pada vaksin mana yang dimaksud.

Ambang batas 95% adalah titik di mana kekebalan bekerja, ketika populasi yang cukup divaksinasi maka penyebaran penyakit menjadi tidak mungkin. Dengan demikian itu dapat melindungi mereka yang tidak dapat divaksinasi, termasuk bayi yang terlalu muda atau mereka dengan kondisi medis seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Bulan lalu, seorang anak berusia delapan bulan yang sembuh dari kanker tidak dapat bersekolah di Roma karena sistem kekebalan tubuhnya yang lemah.

Anak itu telah menghabiskan berbulan-bulan menerima perawatan untuk leukemia, tetapi dia berisiko infeksi karena sebagian murid di sekolah belum divaksinasi, termasuk beberapa di kelas yang sama.

Mengapa orang tua tidak mengimunisasi anak-anak mereka?

Gerakan anti-vaksinasi telah berkembang secara global dalam beberapa tahun terakhir, memicu peringatan dari WHO.

Makalah yang ditulis oleh Andrew Wakefield berada di belakang banyak ketakutan tetapi rumor tentang imunisasi terus menyebar, yang mengarah pada risiko kesehatan masyarakat karena tidak cukup banyak orang yang kebal terhadap sejumlah penyakit.

Wakefield dikeluarkan dari daftar medis Inggris setelah secara curang mengklaim ada hubungan antara vaksin campak, gondok dan rubela (MMR) dan penyakit autisme dan usus pada anak-anak.

Dia mengajukan klaim berdasarkan pengalaman hanya 12 anak, dan tidak ada penelitian lain yang mampu meniru hasilnya.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid