sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Partai Islam raih kursi di parlemen Israel

Sejauh ini, Ketua Partai United Arab List atau Raam, Mansour Abbas, tak mengesampingkan bekerja bersama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 26 Mar 2021 12:02 WIB
 Partai Islam raih kursi di parlemen Israel

Dengan penghitungan suara terbanyak, pemilu Israel terbaru, yang keempat dalam rentang dua tahun terakhir, dinilai akan kembali menghadapi kebuntuan.

Pasalnya, baik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, maupun pemimpin oposisi, Yair Lapid, gagal meraih mayoritas untuk membentuk pemeritahan koalisi.

Keduanya mendekati mayoritas 61 kursi di parlemen. Untuk meraih mayoritas, baik Netanyahu maupun Lapid kemungkinan membutuhkan dukungan dari United Arab List, yang dikenal dengan nama Raam.

Pada Selasa (23/2), jajak pendapat menunjukkan bahwa Raam tidak akan berhasil masuk ke parlemen Israel, Knesset.

Namun, hasil penghitungan suara pada Rabu (24/3) menyatakan, partai tersebut berhasil masuk Knesset. 

Menurut hasil penghitungan suara 90%, Raam berhasil meraih dukungan yang cukup untuk mengamankan lima kursi di Knesset yang beranggotakan 120 orang.

Ketua Raam Mansour Abbas merupakan seorang politikus muslim konservatif. Dia berupaya meningkatkan kualitas kehidupan minoritas Arab yang tertindas oleh Israel. 

Sejauh ini, Abbas tidak mengesampingkan bekerja bersama PM Netanyahu.

Sponsored

Sejumlah analis politik telah menilai bahwa Abbas mungkin lebih bersedia untuk mendukung oposisi. Namun, setelah hasil penghitungan pada Rabu menunjukkan dia bisa menjadi faktor kunci dalam pemilu kali ini, Abbas masih menuturkan bahwa dia tidak berpihak pada kedua belah pihak.

"Kami bersedia bernegosiasi dengan kedua pihak, dengan siapa pun yang tertarik untuk membentuk pemerintahan dan yang memandang diri mereka sendiri sebagai perdana menteri di masa depan," kata Abbas kepada radio lokal. "Jika ada tawaran, kami akan duduk dan berbicara."

Warga Palestina di Israel adalah orang Arab yang tetap tinggal di kota dan desa mereka setelah perang seputar pembentukan Israel pada 1948. Ratusan ribu lainnya melarikan diri atau diusir. 

Orang-orang Palestina yang menetap berjumlah sekitar seperlima dari hampir sembilan juta warga di negara itu.

Banyak yang menilai bahwa bersekutu dengan Netanyahu akan menjadi langkah radikal bagi Raam. Tidak ada partai Arab yang pernah bergabung dengan koalisi Israel yang berkuasa atau diundang untuk melakukannya.

Netanyahu telah lama berusaha meraih dukungan dari kaum religius dan nasionalis sayap kanan yang takut akan pengaruh orang Arab di Israel. 

Pasalnya, penduduk Arab di negara tersebut secara luas mendukung perjuangan Palestina.

Bahkan jika PM Netanyahu secara pribadi menyetujui kesepakatan dengan Raam, dia akan menghadapi masalah yang lebih besar. Pemimpin terlama di Israel itu sebelumnya secara terbuka menyatakan rencana untuk bermitra dengan partai-partai sayap kanan anti-Arab.

Sumber : The Guardian

Berita Lainnya
×
tekid