sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Saudi beberkan bukti keterlibatan Iran dalam serangan Aramco

Arab Saudi menampilkan puing-puing pesawat tanpa awak dan sejumlah rudal, menyebutnya bukti keterlibatan Iran dalam serangan ke Aramco.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 19 Sep 2019 11:20 WIB
Saudi beberkan bukti keterlibatan Iran dalam serangan Aramco

Pada Rabu (18/9), Kementerian Pertahanan Arab Saudi menampilkan apa yang mereka sebut sebagai puing-puing pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) dan sejumlah rudal jelajah. Menurut mereka itu membuktikan keterlibatan Iran dalam serangan terhadap dua fasilitas utama Saudi Aramco pada Sabtu (14/9).

Mereka mengatakan bahwa 25 UAV dan tujuh rudal jelajah tidak datang dari Yaman.

Sebelumnya, sekutu Iran dalam perang Yaman, kelompok Houthi, mengaku bertanggungjawab atas serangan terhadap pabrik pengolahan Abqaiq dan ladang minyak Khurais milik perusahaan minyak nasional Arab Saudi itu. 

Juru bicara Kemenhan Arab Saudi Kolonel Turki al-Malki mengatakan temuan menunjukkan bahwa serangan diluncurkan dari utara. Dia yakin, agresi itu dilancarkan oleh Iran.

Penyelidikan terkait titik peluncuran serangan masih berlangsung dan hasilnya akan diumumkan kemudian.

Dia menggambarkan UAV sebagai model "sayap delta" yang terlihat seperti segitiga besar.

"Data yang diperoleh dari komputer UAV itu menunjukkan bahwa drone itu milik Iran," tegas dia.

Malki menuturkan 25 UAV ditembakkan ke pabrik pengolahan Abqaiq. Tujuh rudal jelajah diluncurkan ke kedua fasilitas minyak, empat rudal menghantam ladang minyak Khurais dan tiga lainnya gagal mencapai Abqaiq.

Sponsored

Terkait serangan terhadap fasilitas Khurais, Malki mengatakan bahwa, "Dampak presisi dari rudal jelajah menunjukkan kemampuan canggih di luar kapasitas kelompok Houthi."

"Upaya bersama Iran dan Houthi untuk menciptakan narasi palsu ini jelas terlihat," ujar dia.

Malki menyebut agresi itu sebagai serangan terhadap komunitas internasional. Dia mendesak pihak yang bersalah untuk bertanggung jawab.

Amerika Serikat kekeh dengan tuduhan bahwa Iran berada di balik serangan itu. Setelah tiba di Arab Saudi pada Rabu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan bahwa agresi Teheran merupakan tindakan perang.

Menlu Pompeo bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk membahas respons atas serangan itu. Keduanya sepakat bahwa rezim Iran harus bertanggung jawab atas perilaku yang agresif dan mengancam.

Sejauh ini Teheran belum menanggapi tuduhan dari Arab Saudi.

Kantor berita IRNA sebelumnya melaporkan, Iran telah mengirim nota diplomatik yang memperingatkan akan membalas segala serangan terhadap mereka.

Reuters mengutip seorang penasihat Presiden Hassan Rouhani yang mengatakan, pengarahan media Kemenhan Arab Saudi membuktikan bahwa Riyadh tidak tahu apa-apa tentang serangan itu.

Juru bicara kelompok Houthi Yahya Sarea mengklaim bahwa Arab Saudi telah menunjukkan citra satelit palsu dan tidak sepenuhnya menampilkan kerusakan yang diderita fasilitas minyak Aramco.

Sarea kembali menegaskan bahwa Houthi berada di balik serangan itu. Dia kemudian merinci jenis serta jangkauan rudal dan drone yang digunakan, mengatakan bahwa serangan itu diluncurkan dari tiga lokasi di Yaman.

Respons Washington

Presiden Donald Trump pada Rabu mengatakan pihaknya memiliki banyak pilihan untuk menanggapi serangan Iran terhadap Arab Saudi.

"Ada banyak pilihan. Ada opsi pamungkas dan ada opsi yang lebih kecil dari itu, kita akan lihat," tegas Trump. "Maksud saya, opsi pamungkas adalah perang."

Pada Rabu, Trump mengatakan sangat mudah untuk terlibat dalam perselisihan militer. Namun, belajar dari sejumlah peristiwa di Timur Tengah, dia mengatakan konflik bersenjata hanya akan mempersulit keadaan.

Sebelum pengarahan media Kemenhan Arab Saudi berlangsung, Trump mengumumkan telah menginstruksikan Kementerian Keuangan AS untuk meningkatkan sanksi terhadap Teheran.

Dia mengatakan akan memberi rincian terkait sanksi dalam 48 jam mendatang. AS sendiri sudah memberlakukan sanksi yang menargetkan ekspor minyak Iran, dengan tujuan mencekik sumber utama pendapatan negara itu.

Upaya Washington untuk menghasilkan tanggapan dari Dewan Keamanan PBB dinilai akan gagal karena Rusia dan China diprediksi akan menggunakan hak veto untuk melindungi Iran.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan untuk menjual sistem pertahanan ke Riyadh. Dia menyerukan penyelidikan yang menyeluruh dan tidak memihak untuk mengusut serangan tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pihaknya telah mengirim sejumlah pakar ke Arab Saudi untuk menyelidiki serangan itu. Dia memperingatkan, konfrontasi besar di Teluk akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi kawasan dan dunia. (BBC dan Reuters)

Berita Lainnya
×
tekid