sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

5 Cara mencegah resistansi antimikroba pada manusia

WHO sudah menetapkan bahwa resistansi antimikroba termasuk dalam sepuluh besar masalah kesehatan global.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Kamis, 18 Nov 2021 16:22 WIB
5 Cara mencegah resistansi antimikroba pada manusia

World Health Organization (WHO) menetapkan tanggal 18 – 24 November sebagai World Antimicrobial Awareness Week atau Pekan Kesadaran Antimikroba Dunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian akan resistansi antimikroba. Istilah antimikroba, alih-alih antibiotik, dipilih untuk merepresentasikan cakupan obat yang lebih luas. Golongan antimikroba mencakup obat-obat antibiotik (untuk membunuh bakteri), antivirus, antiparasit, dan antijamur.

WHO menyebutkan dalam penggunaan obat-obatan golongan antimikroba, salah satu isu yang krusial adalah resistansi obat. Persoalan resistansi obat antibiotik sudah menjadi masalah sejak lama. Namun, akhir-akhir ini permasalahan resistansi ini bertambah dengan terjadinya resistansi obat antivirus, antiparasit, dan antijamur. Resistansi obat antimikroba adalah keadaan saat bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan seiring dengan waktu, sehingga tidak lagi merespons obat-obatan yang dirancang untuk membunuh mikroba-mikroba tersebut.

WHO sudah menetapkan bahwa resistansi antimikroba termasuk dalam sepuluh besar masalah kesehatan global. Resistansi antimikroba dapat menyebabkan infeksi semakin sulit diobati, serta meningkatkan risiko penyebaran penyakit, peningkatan keparahan penyakit, dan kematian.

Bagaimana cara kita mencegah resistansi antimikroba? Berikut lima langkah yang bisa dilakukan seperti ditulis dalam situs resmi Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Hanya menggunakan obat antimikroba (termasuk antibiotik) jika diresepkan oleh dokter

Jangan mengonsumsi antimikroba, termasuk antibiotik, kecuali mendapat resep dari dokter. Tidak semua penyakit membutuhkan obat antimikroba. Untuk memutuskan antimikroba yang perlu dikonsumsi, pasien harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Pengobatan sendiri (swamedikasi) dengan antimikroba tanpa berkonsultasi dengan dokter dapat menyebabkan ketidaktepatan pengobatan. Sebagai contoh, ketika kita sedang pilek, bisa jadi penyebabnya adalah virus influenza atau justru penyebabnya bukan mikroba sama sekali (seperti alergi). Pemberian antimikroba yang tidak tepat dapat memicu resistansi. Covid-19 juga penyakit akibat virus. Virus tidak mati dengan antibiotik karena antibiotik dirancang untuk membunuh bakteri.

Mengonsumsi obat antimikroba yang diberikan dengan resep dokter sesuai dengan petunjuk sampai habis

Sponsored

Apabila dokter meresepkan obat-obat antimikroba, obat tersebut harus dikonsumsi sampai habis dan sesuai dengan petunjuk, bahkan ketika gejala sudah tidak dirasakan lagi.  Pasien juga dapat berkonsultasi dengan apoteker yang menyerahkan obat untuk bertanya lebih lanjut tentang penggunaan obat antimikroba yang diresepkan oleh dokter.

Tidak mengulang konsumsi antimikroba tanpa anjuran dokter

Apabila obat antimikroba yang diresepkan oleh dokter sudah habis, pasien tidak boleh membeli sendiri obat tersebut untuk dikonsumsi kembali. Jika pengobatan sudah selesai tetapi masih merasakan gejala sakit yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi kembali dengan dokter.

Tidak menghentikan sendiri pengobatan antimikroba yang diresepkan oleh dokter

Jika ada hal-hal yang tidak nyaman dirasakan selama menggunakan obat antimikroba, segera kembali ke dokter untuk melaporkan ketidaknyamanan tersebut. Dokter mungkin perlu memeriksa dan mengganti pilihan antimikroba sesuai dengan kebutuhan. Namun, pasien tidak diperkenankan untuk menghentikan sendiri pengobatan antimikroba yang telah diresepkan. Penghentian konsumsi obat hanya diperbolehkan atas petunjuk dokter.

Menjaga kebersihan dan sering mencuci tangan

Menjaga kebersihan serta sering mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun dapat mencegah penyebaran kuman seperti bakteri dan virus tanpa harus menggunakan obat. Masyarakat juga ditekankan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah setiap hari, dimulai dengan perilaku sederhana.

Berita Lainnya
×
tekid