close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi film./Foto Mohamed_hassan/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi film./Foto Mohamed_hassan/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Hiburan
Kamis, 12 Juni 2025 18:00

Apa itu versi cut dan uncut dalam film di bioskop?

Versi uncut belakangan menjadi tren di film Indonesia yang tayang di bioskop.
swipe

Beberapa film di bioskop, menyematkan dua versi penayangan, yakni cut dan uncut. Misalnya, Pabrik Gula dan Gowok: Javanese Kamasutra.

Pabrik Gula versi cut ditujukan untuk penonton 17+, memiliki durasi yang sedikit lebih pendek, dan adegan yang ramah untuk usia dewasa muda. Sedangkan versi uncut ditujukan untuk penonton 21+, punya adegan yang lebih eksplisit, dan berdurasi hanya satu menit lebih panjang.

Dalam film Gowok, versi uncut menampilkan adegan tanpa pemotongan dan durasi yang lebih panjang lima menit daripada versi reguler. Sama seperti Pabrik Gula, Gowok versi reguler ditujukan untuk 17+, sedangkan versi uncut untuk 21+.

Di Indonesia, tren itu muncul pertama kali dalam film KKN di Desa Penari yang dirilis pada 2022. KKN di Desa Penari versi uncut berdurasi lebih panjang 10 menit ketimbang versi biasa.

Cut dalam dunia film punya beberapa makna. Pertama, dikutip dari Acting Magazine, cut kerap dikaitkan dengan perintah sutradara untuk menghentikan adegan atau pengambilan gambar.

Kedua, istilah ini sering digunakan dalam konteks ruang penyuntingan, tempat rekaman mentah disunting bersama untuk membentuk produk akhir. Dalam konteks ini, cut mengacu pada penyuntingan atau transisi tertentu di antara pengambilan gambar.

Sementara itu, menurut produser eksekutif Mitra Dumb Dog Productions, Bruce Bisbey, di dalam perfilman ada editor’s cut, theatrical cut, dan director’s cut. Editor’s cut atau potongan editor merupakan versi awal dari film yang menunjukkan gambaran kasar sebelum mencapai tahap finalisasi atau disebut picture lock.

Theatrical cut atau potongan bioskop adalah versi film yang pertama kali ditayangkan di bioskop. Sedangkan uncut yang belakangan tren di sinema Indonesia kerap disebut juga director’s cut.

Menurut Studio Binder, director’s cut adalah versi film yang sesuai dengan visi asli sang sutradara. Director’s cut biasanya dirilis setelah film tayang perdana di bioskop. Versi ini biasanya hanya dirilis di pasar video rumahan. Namun, ada pula yang dirilis di bioskop secara terbatas.

“Perubahan umum yang ditemukan dalam director’s cut, antara lain menambahkan adegan yang tidak ada versi bioskop alias adegan yang dihapus, adegan atau rangkaian yang diperpanjang, adegan yang dihapus dari versi bioskop, skor musik atau narasi sulih suara yang diubah, dan efek khusus yang ditingkatkan atau diperbarui,” tulis Studio Binder.

Studio Binder menyebut, contoh paling awal dari versi director’s cut adalah film Charlie Chaplin berjudul The Gold Rush. Setelah dirilis pada 1925, film itu disunting ulang dan dirilis lagi pada 1942. Versi ini menambahkan musik latar baru, narasi suara, dan menghapus beberapa adegan.

“Tidak hanya itu, frame rate juga diubah, yang membuat film tersebut 23 menit lebih pendek,” tulis Studio Binder.

Studio Binder menilai, pada 1980-an director’s cut sering kali tak lebih dari sekadar versi panjang yang dibuat untuk menjual lebih banyak versi DVD. Namun, ada beberapa contoh di mana sutradara memiliki visi yang sangat berbeda untuk film tersebut dibandingkan dengan visi studio. Dalam hal ini, director’s cut dapat menghilangkan beberapa adegan dari versi bioskop, menyusun ulang adegan, atau memiliki perubahan lain.

“Contoh yang terkenal adalah director’s cut Blade Runner, di mana narasi pengisi suara dihilangkan dan akhir ceritanya berbeda,” tulis Studio Binder.

Di Indonesia, saat Lembaga Sensor Film (LSF) “meloloskan” film versi uncut—yang berarti tidak dipotong atau disensor—artinya lembaga itu telah memutuskan kalau film tersebut memenuhi standar dan tak perlu disensor. Hal ini memungkinkan film ditayangkan dengan versi yang tidak dipotong.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan