Apakah manusia bisa “hidup abadi” dengan transplantasi organ?
Percakapan antara Presiden China, Xi Jinping dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin soal transplantasi organ dan kemungkinan manusia bisa hidup hingga usia 150 tahun terekam secara tak sengaja lewat mikrofon yang bocor saat keduanya berjalan menuju podium parade militer China di Lapangan Tananmen untuk memperingati 80 tahun kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II pada Rabu (3/9) waktu setempat.
Dikutip dari CNN, seorang penerjemah Rusia yang berdiri di dekat mereka, terdengar menyampaikan ucapan Jinping kepada Putin.
“Dulu jarang ada orang yang hidup lebih dari 70 tahun. Tetapi sekarang, di usia 70 tahun…”
Audio kemudian terdengar samar dan terputus-putus. Namun, di bagian akhir terdengar, “…masih seperti anak-anak.”
Saat mereka berjalan menaiki tangga menuju podium kehormatan di Tiananmen, terdengar seorang penerjemah bahasa Mandarin—kemungkinan besar bertugas untuk menerjemahkan bagi Putin—menyampaikan kepada Jinping.
“Dalam beberapa tahun ke depan, dengan perkembangan bioteknologi, organ manusia bisa terus ditransplantasikan, sehingga orang-orang dapat hidup semakin muda, bahkan mungkin menjadi abadi.”
Jinping lalu menanggapi. “Prediksinya adalah pada abad ini, manusia mungkin dapat hidup hingga 150 tahun.”
Harapan hidup
Transplantasi organ merupakan prosedur medis untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada seorang penerima dengan organ sehat dari orang lain. Organ yang bisa ditransplantasikan, antara lain ginjal, hati, jantung, paru-paru, pankreas, dan usus halus.
Dalam penelitian yang terbit di Journal of Medical Economics pada 2022, para peneliti melihat estimasi kelangsungan hidup rata-rata dari orang-orang yang menerima transplantasi organ di Amerika Serikat dan Inggris. Hasilnya, rata-rata kelangsungan hidup pascatransplantasi paling lama untuk transplantasi ginjal di Amerika Serikat 22,79 tahun dan di Inggris 26, 58 tahun.
Lalu, untuk transplantasi hati di Amerika Serikat 20,90 tahun dan Inggris 20,38 tahun, jantung di Amerika Serikat 14,82 tahun dan Inggris 15,85 tahun, dan paru-paru di Amerika Serikat 9,28 tahun dan Inggris 9,21 tahun.
Nefrolog transplantasi di The Ohio State University, Alejandro Diez dalam tulisannya di situs Health Ohio State University, memberikan estimasi berapa lama orang bisa hidup setelah menerima transplantasi sejumlah organ. Untuk ginjal, terlama yang dilaporkan 60 tahun.
Untuk pankreas, terlama yang dilaporkan Ohio State adalah 27,9 tahun, sedangkan transplantasi pankreas dan ginjal 36 tahun. Transplantasi hati, paling lama yang dilaporkan lebih dari 40 tahun. Jantung, terlama yang dilaporkan Ohio State adalah 32,9 tahun. Sementara paru-paru, terlama yang dicatat Ohio State adalah 18,6 tahun.
Sebagai informasi, setiap organ yang hendak ditransplantasi punya “umur” masing-masing sebelum diterima seseorang. Dilansir dari Donor Alliance, jantung dan paru-paru hanya dapat bertahan 4-6 jam setelah diambil dari tubuh donor. Lalu hati bisa bertahan hingga 12 jam, sedangkan ginjal dapat bertahan hingga 36 jam jika disimpan dalam kondisi yang tepat.
Healthline menulis, dalam jangka pendek, sebagian besar penelitian menunjukkan, setidaknya 9 dari 10 pasien yang menerima transplantasi jantung masih hidup setahun setelah operasi. Sebuah penelitian yang terbit pada 2020--melibatkan lebih dari 30.000 pasien berusia di atas 50 tahun—menemukan, tingkat kelangsungan hidup satu tahun mencapai sekitar 89%. Dari jumlah itu, sekitar setengahnya hidup setidaknya 12 tahun pascaoperasi.
Gagal jantung parah adalah alasan utama seseorang membutuhkan transplantasi. Namun, ada komplikasi lain yang dapat memengaruhi jantung donor, seperti hipertensi paru. Selain itu, tulis Healthline, jantung donor mungkin memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, yang dapat memburuk setelah ditransplantasikan. Penyebab paling umum kegagalan jantung donor adalah penolakan oleh sistem kekebalan tubuh penerima, yang menganggap jantung baru sebagai benda asing dan menyerangnya.
Kerusakan organ
Menurut BBC, beberapa organ dalam tubuh kita memiliki kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama dari diri kita sendiri. Cara organ dan jaringan tubuh menua, dapat memberikan gambaran yang jauh lebih akurat tentang usia biologis kita, dibandingkan hanya sekadar menghitung berapa kali kita telah merayakan ulang tahun. Salah satu temuan menarik dalam penelitian tentang umur panjang adalah usia kronologis—jumlah tahun sejak kita lahir—ternyata tidak sepenting yang kita bayangkan.
Usia kronologi dan biologis, menurut BBC, memang saling terkait. Namun, tak selalu berjalan seiring. Misalnya, pola makan yang buruk dan kurang tidur selama bertahun-tahun dapat membuat tubuh menua secara cepat. Penelitian menunjukkan, perpaduan faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan memengaruhi kecepatan penuaan tubuh kita, tetapi pengaruh ini tak selalu merata pada semua organ.
“Artinya, meski secara penampilan kita terlihat awet muda seperti orang berusia 38 tahun, ginjal kita mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda penuaan setara dengan usia 61 tahun,” tulis BBC.
“Sebaliknya, kita mungkin memiliki kulit berkerut dan rambut yang menipis seperti orang berusia 80 tahun, namun jantung kita masih berdetak sehat dan kuat layaknya milik orang berusia 40 tahun.”
Dalam studi yang diterbitkan pada 2018, para peneliti dari University of Liverpool menemukan, transplantasi secara keseluruhan cenderung kurang berhasil pada organ yang lebih tua. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan tergantung pada organnya, yang menunjukkan, beberapa bagian tubuh lebih tahan lama seiring bertambahnya usia.
Meski tingkat keberhasilan transplantasi jantung dan pankreas memburuk setelah usia 40 tahun, tetapi para peneliti tak bisa menemukan perbedaan terkait usia pada paru-paru yang ditransplantasikan hingga pendonor berusia di atas 65 tahun. Kornea adalah organ yang paling resisten, dan usia pendonor tampaknya tak terlalu berpengaruh.
Para peneliti berpendapat, kompleksitas organ dan ketergantungan organ pada jaringan pembuluh darah untuk berfungsi dengan baik merupakan faktor kunci yang memengaruhi cara setiap organ menghadapi proses penuaan.
BBC menulis, data dari berbagai transplantasi organ memunculkan pertanyaan tentang apakah ada batas usia maksimal bagi organ tertentu untuk tetap berfungsi. Hati, misalnya, terkenal karena kemampuan regeneratifnya. Pasien yang telah menjalani operasi pengangkatan hingga dua pertiga hati, mendapati organ tersebut hampir sepenuhnya tumbuh kembali ke ukuran semula dalam waktu setahun. Organ-organ tertentu, lebih sensitif terhadap beberapa aspek gaya hidup kita.
"Contoh yang sangat baik adalah paru-paru dan polusi," kata direktur penelitian penuaan di King's College London, Richard Siow kepada BBC. "Paru-paru lebih menua di kota, atau di lingkungan dengan tingkat polusi tinggi."
Menurut Siow, berbagai faktor gaya hidup dapat memengaruhi pola penuaan yang kompleks. "Apa yang kita makan dan bagaimana kita memakannya, bagaimana kita tidur dan kapan kita tidur—semua hal ini dapat memengaruhi organ-organ kita dengan berbagai cara yang belum sepenuhnya kita pahami," ujar Siow.
Di sisi lain, Alejandro Diez menulis, ada beberapa alasan organ transplantasi tidak bertahan seumur hidup, misalnya peradangan ringan akibat transplantasi yang dapat merusak organ atau penyakit yang bisa memengaruhi organ baru. Beberapa organ, lebih rentan daripada yang lain. Misalnya, paru-paru, kata Diez, lebih rentan terhadap infeksi.
“Jika Anda masih muda, kemungkinan besar Anda akan hidup lebih lama dari organ transplantasi,” ujar Diez.
Faktor lainnya yang dapat memengaruhi kehidupan organ yang ditransplantasikan, antara lain berapa lama organ itu berada di luar tubuh manusia sejak organ tersebut didapat dari pendonor dan ditanamkan ke penerima, apakah pendonor tersebut hidup atau mati, dan kondisi kesehatan penerima. Terlepas dari itu, Diez mengingatkan.
“Pada akhirnya, kita melawan biologi. Kita memang hebat, tapi sering kali, biologi yang menang,” dikutip dari situs Health Ohio State University.


