close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi artificial intelligence atau AI./Foto geralt/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi artificial intelligence atau AI./Foto geralt/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 04 Agustus 2025 15:00

Daftar pekerjaan yang terancam disingkirkan AI: Dari penulis hingga model

Setidaknya ada 40 profesi yang eksistensinya paling rentan terancam kehadiran teknologi AI, mulai dari penulis, layanan konsumen, hingga model.
swipe

Di tengah gempuran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang makin canggih, kabar tentang perusahaan besar seperti Amazon memangkas jumlah karyawan karena otomatisasi berbasis AI bukan lagi hal yang mengejutkan. Dalam perbincangan di jagat maya, banyak pekerja yang kini mulai bertanya-tanya mengenai nasib pekerjaan mereka di era AI. 

Laporan terbaru dari tim peneliti Microsoft yang dirilis Juli lalu bisa memberi sedikit pencerahan tentang profesi-profesi yang paling mungkin ‘tersentuh’—atau bahkan tergantikan—oleh AI, khususnya jenis AI generatif seperti ChatGPT dan Copilot.

Hasilnya? Profesi seperti penerjemah, sejarawan, dan penulis ternyata berada di urutan paling atas dalam hal “kesesuaian tugas dengan kemampuan AI”. Artinya, pekerjaan mereka dinilai sangat mudah untuk dilakukan oleh AI. Profesi lain yang juga masuk kategori “rawan” adalah customer service dan sales. Di AS, jumlah pekerjanya mencapai 5 juta orang.

"Kami menemukan bahwa skor kesesuaian AI tinggi terutama untuk kelompok pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, semisal komputer dan matematika serta pekerjaan-pekerjaan pendukung seperti staf administrasi dan lainnya," tulis para peneliti di riset tersebut. 

Menurut para peneliti, pekerjaan yang paling terdampak adalah jenis-jenis kerja berbasis pengetahuan. Contohnya: analis data, admin kantor, atau pekerjaan yang banyak duduk di depan komputer. Profesi di bidang penjualan juga cukup rentan karena sering melibatkan penjelasan dan penyampaian informasi—hal yang makin mudah ditiru oleh AI.

Para peneliti di Microsoft menemukan setidaknya ada 40 profesi yang paling terdampak AI. Selain yang sudah disinggung, profesi-profesi lainnya, semisal penulis dan pengarang, operator telepon, agen tiket dan travel, penyiar radio, concierge, ilmuwan politik, staf humas, agen iklan, data scientist, konsultan keuangan pribadi, web developer, dan model. 

Meski begitu, para peneliti menekankan bahwa hanya karena sebuah profesi memiliki "skor kesesuaian AI" tinggi, bukan berarti pekerjaan itu otomatis akan digantikan.

“Setiap pekerjaan akan terkena dampak AI, dan dampaknya akan terasa segera. Kamu mungkin tidak kehilangan pekerjaan karena AI, tapi kamu bisa kehilangan pekerjaan karena orang lain yang menggunakan AI,” kata CEO Nvidia, Jensen Huang, seperti dikutip dari Fortune, Senin (4/8). 

Fenomena itu terjadi seiring perusahaan-perusahaan seperti IBM yang membekukan rekrutmen untuk ribuan posisi yang mereka perkirakan akan digantikan AI dalam lima tahun ke depan. Di Inggris, para lulusan baru bahkan menghadapi pasar kerja terburuk sejak 2018 karena perusahaan memilih menekan biaya lewat otomatisasi.

Kabar baiknya, tak semua pekerjaan bisa digantikan oleh AI. Ada beberapa jenis kerja yang nyaris tak tersentuh oleh AI generatif karena sifatnya sangat fisikal dan langsung bersentuhan dengan mesin atau lingkungan.

Pekerjaan-pekerjaan itu, semisal operator alat pengeruk (dredge operators), penjaga jembatan dan pintu air, operator sistem pengolahan air, tukang cetak logam, operator rel dan alat berat, pperator mesin penumbuk (pile driver), tukang poles lantai, petugas kebersihan, dan pengemudi kapal motor. 

Yang menarik, banyak pekerjaan yang paling terdampak oleh AI adalah profesi yang membutuhkan gelar sarjana. Misalnya: jurnalis, analis kebijakan, dan konsultan manajemen. Ini membalik anggapan lama bahwa kuliah adalah tiket aman menuju masa depan cerah.

Peneliti Microsoft yang menganalisis lebih dari 200.000 interaksi pengguna Copilot menyimpulkan bahwa semakin tinggi latar pendidikan yang dibutuhkan sebuah profesi, semakin tinggi pula eksposurnya terhadap AI.

Di sisi lain, beberapa sektor justru tumbuh pesat dan nyaris tak tersentuh AI. Salah satunya adalah sektor kesehatan dan perawatan personal—seperti perawat lansia atau pendamping pasien di rumah. Menurut Biro Statistik Ketenagakerjaan AS, industri ini diprediksi akan menciptakan jumlah pekerjaan baru terbesar selama dekade ke depan.

Namun para peneliti mengakui, laporan mereka hanya mencakup potensi dari AI generatif (seperti chatbot). AI dalam bentuk lain—misalnya untuk otomatisasi mesin atau kendaraan—masih bisa membawa gelombang perubahan lain, termasuk untuk profesi seperti sopir truk.

Setelah banyaknya gelombang PHK di industri teknologi, banyak anak muda dari Gen Z yang mulai beralih ke dunia pendidikan. Profesi ini dinilai lebih stabil, punya work-life balance yang oke, dan benefit yang cukup baik.

Namun laporan Microsoft juga menemukan bahwa beberapa profesi guru—terutama pengajar manajemen pertanian, ekonomi, dan ilmu perpustakaan di level perguruan tinggi—punya skor kesesuaian tinggi dengan AI. Riset ini menjadi pengingat bahwa teknologi bisa saja mengubah cara kerja di dunia pendidikan lebih cepat dari yang kita duga.
 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan