sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gen Z dianggap punya reputasi buruk di kantor

Gen Z kerap dianggap sebagai kelompok yang paling susah diajak kerja sama, disebut pemalas, terlalu mudah tersinggung, dan kurang produktif.

Fandy Hutari
Fandy Hutari Rabu, 15 Nov 2023 18:14 WIB
Gen Z dianggap punya reputasi buruk di kantor

Generasi Z, kelahiran 1997-2012, sebagian besar baru masuk ke dunia kerja. Namun, reputasinya dianggap buruk di kantor. Gen Z kerap dianggap sebagai kelompok yang paling susah diajak kerja sama, disebut pemalas, terlalu mudah tersinggung, dan kurang produktif.

Menurut survei Resume Builder, pada April 2023 sebanyak 74% manajer dan pimpinan perusahaan mengatakan gen Z adalah generasi paling sulit diajak kerja sama. Sebanyak 40% mengatakan, hal itu disebabkan karena gen Z kurang punya keterampilan dan motivasi, serta mudah bosan. Survei dilakukan dengan tanggapan dari lebih 1.300 manajer dan pemimpin perusahaan di Amerika Serikat.

Sekitar satu dari tiga responden survei mengatakan, mereka lebih suka bekerja dengan milenial. Sebanyak 44% responden mengatakan, mereka percaya, milenial paling produktif dan punya keterampilan teknologi terbaik. Lalu, 30% responden lebih suka bekerja dengan gen X, dan 4% lebih menyukai bekerja dengan baby boomers.

“Sebagai (generasi) hasil dari pandemi dan pendidikan jarak jauh, mungkin gen Z kurang punya kemauan untuk lebih sukses daripada generasi lebih tua,” ujar direktur pengembangan karier di Resume Builder, Stacie Haller, seperti dikutip dari Business Insider, 20 April 2023.

Intinya, gen Z terampil dalam menggunakan alat komunikasi digital. “Namun, mereka kurang punya kemampuan interaksi tatap muka,” ujar direktur pemasaran di Hairbro, Adam Garfield kepada Resume Builder.

Menurut Business Insider, beberapa manajer yang disurvei menganggap, gen Z sulit bekerja dengan cepat. Sebanyak 27% dari mereka mengaku, memecat seorang gen Z dalam sebulan pertama bekerja.

Hasil survei tadi, terutama kesulitan berkomunikasi gen Z, tampaknya sejalan dengan pengalaman manajer di sebagian besar perusahaan di Amerika Serikat. “Saya merasa agak terbatas dalam apa yang bisa dan tidak bisa saya katakan,” ujar manajer di industri perhotelan di New Jersey, Peter, kepada New York Post, 25 April 2023.

Sementara seorang konten kreator yang mempekerjakan gen Z di perusahaan teknologi di Dallas, McDonnell, menuturkan kepada New York Post, perbedaan mendasarnya terkait profesionalisme. Ia percaya, pandemi punya peran besar dalam mengubah perilaku gen Z.

Sponsored

“Ini adalah pekerjaan pertama mereka setelah lulus kuliah, dan tahun-tahun terakhir mereka dihabiskan secara remote,” ujar McDonell kepada New York Post.

Kepada Business Insider, 20 April 2023, Stacie Haller mengatakan, pandemi memperburuk perihal komunikasi dan gaya kerja. Katanya, bekerja dan belajar dari jarak jauh membuat keterampilan komunikasi tak berkembang dengan baik karena orang cenderung bekerja sendirian.

“Manajer perekrutan perlu menyadari hal ini saat mewawancarai Gen Z untuk posisi (kerja mereka). Generasi ini mungkin memerlukan pelatihan lebih lanjut dalam hal keterampilan profesional," ujar Haller.

Kesulitan berkonsentrasi menjadi keluhan lainnya dari manajer dan pimpinan perusahaan. Seorang manajer konstruksi listrik, yang enggan disebut identitasnya kepada New York Post mengatakan, kecanduan ponsel merugikan budaya kantor.

"Mereka adalah zombie ponsel. Ruang makan dahulu sangat menyenangkan, bisa bercakap-cakap adalah bagian dari kesenangan itu. Sekarang kebanyakan hanya menundukkan kepala dan menggulirkan layar," katanya.

Di samping itu, gen Z dianggap mudah tersinggung. “Anda harus berhati-hati karena saya pikir, mereka sedikit lebih rapuh. Dan Anda harus berurusan dengan sikap mereka, jika mereka tak menerima perintah dengan baik,” kata Danny, yang bekerja di kantor pemasaran dan menjadi atasan tiga karyawan gen Z di Chicago kepada New York Post.

Lebih jauh, tulis New York Post, berdasarkan survei Deloitte tahun 2022, meski baru saja masuk dunia kerja, 37% gen Z menuturkan mereka sudah menolak pekerjaan atau tugas berdasarkan keinginan pribadi.

Akan tetapi, survei dari Joblist pada akhir 2022 menunjukkan hal berbeda. Sesungguhnya, menurut survei tersebut, 57% dari gen Z ingin bekerja secara langsung di kantor. Dilansir dari Business Insider, 22 Juli 2023, gen Z justru melihat kantor sebagai tempat untuk tumbuh dan berkembang.

“Meskipun terbiasa dengan kerja online, banyak dari mereka merasa bahwa tidak ada yang dapat menggantikan kehadiran fisik di kantor dan kebersamaan dengan rekan kerja,” tulis Business Insider.

“Meskipun berbagai alat komunikasi digital seperti Slack telah tersedia, Gen Z tetap merasa bahwa kantor memiliki daya tarik yang tidak dapat digantikan.”

Gen Z merasa, kantor bukan cuma tempat bekerja. Namun juga mengembangkan karier dari rekan kerja yang lebih berpengalaman.

Seorang psikolog pengembangan karier di Dublin, Davina Ramkissoon, kepada Business Insider mengatakan, beberapa pekerja muda khawatir mereka tak dapat kesempatan pengembangan karier yang diinginkan, jika bekerja di rumah.

Survei terbaru lainnya, yang dilakukan Samsung dan Morning Consult, menyatakan gen Z tak bermimpi bekerja dengan orang lain. Mereka mencari kebebasan di luar jam kerja 09.00-17.00. Sebanyak 50% gen Z, berdasarkan survei itu—seperti dikutip dari CNBC, 31 Oktober 2023—bercita-cita menjadi pengusaha atau memulai bisnisnya sendiri.

“Survei itu mewawancarai lebih dari 1.000 gen Z berusia 16-25 tahun. Mereka kecewa terhadap dunia kerja, menginginkan lebih banyak fleksibilitas dan peluang,” tulis CNBC.

Direktur senior di Samsung Electronics Amerika, Ann Woo, mengatakan kepada CNBC, saat diskusi daring tentang kewirausahaan dan jalur karier alternatif meningkat selama pandemi, minat gen Z menjadi bos untuk diri sendiri juga meningkat.

Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube telah menciptakan kelas pengusaha baru yang disebut kreator. Namun demikian, Woo mengatakan, gen Z juga didorong untuk berwirausaha dengan “dosis’” ketidaksabaran yang sehat.

“Mereka tidak ingin menunggu untuk mendaki tangga korporat atau diakui sebagai pemimpin dalam industri untuk membuat dampak positif dan terukur melalui karier mereka,” ujar Woo kepada CNBC.

Berita Lainnya
×
tekid