Gerakan tanpa sedotan dan usaha selamatkan lingkungan
Sampah sedotan plastik termasuk ke dalam lima jenis sampah plastik yang paling banyak ditemukan.
Selamatkan lingkungan
Manajer Kampanye Perkotaan, Tambang, dan Energi dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Dwi Sawung menyambut baik gerakan yang dilakukan dua restoran waralaba raksasa itu. Dwi menilai, penggunaan sedotan plastik tak terlalu krusial bagi siapapun, karena tanpa sedotan pun orang masih bisa minum.
Namun, menurut Dwi, efek yang ditimbulkan dari gerakan tanpa sedotan untuk mengurangi menumpuknya sampah plastik memang minim. Akan tetapi, untuk membangun kesadaran mengurangi penggunaan bahan plastik, gerakan itu menimbulkan efek besar.
“Sekarang sudah umum anak-anak muda membawa sedotan, botol minuman, hingga kantung belanja sendiri,” katanya ketika dihubungi, Senin (28/1).
Dia mengaku, saat ini pengelolaan sampah plastik di Indonesia sangat minim. Hanya mengandalkan sektor informal, yakni pemulung-pelapak, tak ada manajemen pengeloaan sampah yang baik. Untuk itu, bagi Dwi, gerakan tanpa sedotan menjadi penting.
Gerakan tanpa sedotan juga diapresiasi Koordinator SEASOLDIERS cabang Surabaya Agnesia Walandouw. “Setidaknya, mereka sudah lebih peduli dan membantu untuk menyelamatkan lingkungan,” kata Agnesia saat dihubungi, Selasa (29/1).
Agnesia mengatakan, di Surabaya pun sudah banyak restoran yang juga tak lagi menyediakan sedotan plastik bagi konsumennya. Dia melanjutkan, di sejumlah tempat bahkan ada restoran yang mengganti sedotan plastik dengan sedotan berbahan bambu dan stainless.
Bahaya sampah sedotan plastik, kata Agnesia, mengancam hewan laut. Hewan-hewan itu mati lantaran memakan sampah sedotan plastik.
“Sedotan plastik merupakan salah satu masalah terbesar dalam dunia persampahan,” kata aktivis yang konsisten dalam usaha penyelamatan ekosistem laut ini.
Agnesia menambahkan, setiap orang mesti berani mengatakan tidak atau menolak sedotan plastik saat di restoran, kafe, atau di manapun ketika memesan minuman. Sama halnya, kata dia, ketika kita berani menolak penggunaan kantong plastik saat berbelanja dan menggantinya dengan kantong yang bisa dipakai berulang kali.
Dia pun menyoroti sudah banyaknya lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan pemerintah kota yang sadar pada pengelolaan sampah plastik.
Hanya saja, menurut Agnesia, yang harus diperhatikan betul ke depannya bukan soal bagaimana mengelola sampah plastik, tapi bagaimana mengurangi penggunaannya. Caranya, menurut dia, dengan reduce, reuse, dan recycle. Semisal, mengganti penggunaan botol plastik dengan reusable bottle.
Perihal gerakan tanpa sedotan dan masih digunakannya wadah berbahan plastik di gerai KFC Indonesia, reporter Alinea.id juga mencoba menghubungi General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia Tbk., sebagai pemegang hak waralaba tunggal KFC Indonesia. Namun, tak ada konfirmasi lebih lanjut dari mereka.