Di antara banyak hal yang bisa membuat hubungan bertahan lama—kepercayaan, komunikasi, atau kesetiaan—ada dua hal yang diam-diam menempati posisi penting di hati banyak orang: selera humor dan kehebatan di ranjang.
Namun, jika harus memilih satu, mana yang akan dipilih? Kebanyakan orang ternyata justru lebih memilih pasangan yang bisa membuat mereka tertawa.
“Humor itu wajib. Aku dan istriku sudah 27 tahun menikah, dan sampai sekarang kami masih saling bikin ngakak,” tulis seorang pengguna Reddit.
Yang lain menimpali, “Kalau aku kencan lagi, humor pasti jadi nomor satu. Seks bisa dipelajari, tapi lucu itu bawaan.”
Dari sekian banyak testimoni, satu benang merah terlihat jelas: humor bukan sekadar hiburan dalam hubungan, tapi cara mencintai yang paling ringan sekaligus paling dalam.
“Humor menambahkan rasa bermain dalam setiap interaksi. Ia memicu dopamin, menciptakan spontanitas, dan memperkaya kehidupan romantis," ujar Renee Wade, seorang pakar relasi, seperti dikutip dari Psychology Today, Kamis (9/10).
Dalam banyak hal, humor adalah tanda kecerdasan emosional. Ia lahir dari kemampuan seseorang melihat sesuatu dari banyak sisi—kemampuan yang sama dibutuhkan untuk memahami pasangan.
Penelitian juga mendukung hal ini. Selera humor yang positif terbukti berhubungan dengan kesejahteraan mental dan hubungan yang lebih stabil. “Satu lelucon sehari bisa menjauhkanmu dari dokter,” tulis psikolog Schneider dan rekan-rekannya dalam sebuah riset pada 2018.
Namun, humor juga punya sisi gelap. Kadang ia bisa jadi senjata untuk menyindir atau menghindari pembicaraan serius. Sebuah studi menemukan, efek humor paling kuat di fase awal hubungan, tapi bisa menurun seiring waktu jika tidak diimbangi keintiman emosional.
Lucunya, banyak yang mengira humor dan seks adalah dua hal berbeda. Padahal keduanya berangkat dari satu akar: kepekaan.
Baik bercanda maupun bercinta butuh kemampuan membaca situasi dan “mendengarkan” pasangan—kapan harus maju, kapan berhenti, kapan cukup diam.
Seorang perempuan pernah menggambarkan pasangannya begini: “Seks dengannya luar biasa, tapi tidak terasa alami. Seolah dia lebih sibuk mengejar rekor pribadi daripada benar-benar melihatku.”
Di sini, kualitas hubungan bukan soal durasi atau teknik, tapi tentang kehadiran. Sama halnya dengan humor: tawa yang hangat sering lebih mengikat ketimbang lelucon yang berlebihan.
Psikolog menyebut kemampuan ini sebagai keluwesan psikologis—kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan arah. Orang yang fleksibel secara mental cenderung lebih bahagia dan memiliki hubungan romantis yang lebih sehat.
Ilustrasi. Foto: Pixabay
Kenapa humor lebih menggairahkan?
Aaron Ben-Zeév, profesor filsafat dari dari University of Haifa, merinci lima hal yang bikin humor lebih "menggairahkan" ketimbang seks. Pertama, humor bisa "bertahan" lebih lama ketimbang seks.
"Gairah bisa redup, tapi tawa bertahan. Peneliti menemukan, pasangan dengan humor yang kuat cenderung lebih tahan badai kehidupan dibanding yang hanya bergantung pada ketertarikan fisik," jelas Ben-Zeév.
Kedua, humor bisa dibagi dengan semua orang. Seks terbatas pada dua orang. Tetapi, tawa bisa kamu bagi dengan siapa pun—teman, keluarga, bahkan orang asing di halte bus.
Ketiga, humor adalah cermin kecerdasan. Humor sulit dipalsukan. Ia menandakan kecerdasan dan kreativitas, dua kualitas yang membuat seseorang menarik jauh melampaui hal-hal fisik.
Keempat, menciptakan keintiman emosional. Seks mungkin menyatukan tubuh, tapi humor menyatukan hati. "Sepasang kekasih yang bisa saling menertawakan hal kecil biasanya juga bisa melewati masalah besar dengan kepala dingin," ujar Ben-Zeév.
Terakhir, humor bisa memberikan dampak lebih luas. Beragam penelitian menunjukkan humor meningkatkan kepuasan seksual, tapi kemampuan seksual tidak membuat seseorang lebih lucu.
"Humor dan seks sama-sama memberi warna pada cinta. Tapi jika seks adalah api yang cepat menyala, humor adalah bara yang menjaga hangatnya hubungan," ujar Ben-Zeév.