sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Inilah tips dan rumus investasi ala Prita Ghozie

Kalau penghasilan masih berkategorikan UMR, bisa memakai metode to commitment.

Silvia Nita Nur Aryanti
Silvia Nita Nur Aryanti Jumat, 26 Mar 2021 13:35 WIB
Inilah tips dan rumus investasi ala Prita Ghozie

Financial Planner & CEO ZAP Finance Prita Ghozie mengatakan, selalu mensyukuri berapapun jumlah penghasilan yang diperoleh harus dilakukan. Jika memiliki mindset seperti itu, maka akan mudah membagi income.

“Kalau penghasilan masih berkategorikan UMR, kita bisa memakai metode to commitment. Contohnya kalau penghasilan masih UMR, ada baiknya dbagi dua saja. Misalnya gaji Rp5 juta, maka 75% sebagai biaya hidup dan 25% kita tabung atau dijadikan investasi,” kata Prita dalam webinar, Kamis (26/3).

Namun, apabila penghasilannya bertambah, ada baiknya menggunakan metode ZAPFIN, yaitu zakat, assurance, present consumption, future spending, dan investment. 

“Kalau teman-teman tanya, seperti apa pengelolaan keuangan secara syariah? Jawabannya dengan metode ZAPFIN. Aku suka saja dengan kalimat yang enggak ada embel-embel syariahnya, karena akan menggaet teman-teman nonmuslim juga,” kata Prita.

Metode ZAPFIN menyinggung dana darurat (assurance). Prita mengatakan, itu karena tidak ada yang mengetahui seperti apa takdir kehidupan ke depannya. Makanya assurance (dana darurat) harus diutamakan. Tetapi bukan berarti harus memiliki dana darurat, sampai akhirnya tidak bisa berinvestasi. 

“Kalau ditanya mana duluan? Dana darurat yang duluan. Ibaratnya sedang bangun rumah, harus memiliki fondasi yang kuat dan kokoh. Maka ketika bertumbuh ke atas dan kemudian terjadi goncangan atau bencana alam dan sebagainya, akan menjadi lebih kuat karena fondasinya kokoh. Tetapi coba bayangkan kalau sebuah rumah fondasinya asal-asalan, namun bangunannya tinggi. Maka saat terjadi bencana alam, akan sangat cepat robohnya. Maka dari itulah, kenapa pentingnya memiliki dana darurat sebelum mulai berinvestasi," papar dia.

Mengenai besaran dana darurat tergantung berapa penghasilannya. Dia mengatakan, tinggal mengalikan saja dengan present consumption (kebutuhan bulanan). Sebagai contoh present dikali tiga bulan. Setelah memiliki dana darurat tersebut, baru boleh memikirkan berinvestasi.

Dalam berinvestasi, generasi milenial juga harus sadar dan memahami adanya perbedaan antara menabung dengan berinvestasi. Menabung itu diibaratkan mendapat kepastian sedangkan investasi diibaratkan seseorang yang baru memahami betul tentang merawat tanaman, dan pasti ada suatu risiko yang akan dihadapi.

Sponsored

Dalam berinvestasi terdapat dua risiko. Risiko pertama, yaitu risiko likuiditas, artinya ingin mendapatkan uang tetapi tidak mudah untuk dicairkan. Kedua adalah risiko gagal bayar. 

“Risiko gagal bayar ini yang paling ditakuti banyak orang. Tadinya punya dana tiba-tiba menjadi nol. Nah itulah risiko gagal bayar. Untuk risiko gagal bayar penyebabnya bisa dua. Pertama, belum bisa mengatur pengelolaan investasi. Kedua, kena penipuan berkodok investasi alias investasi bodong,” ucap Prita

Terakhir, Prita mempunyai suatu rumus dalam membedakan menabung dan investasi. Namanya SIP (Simpanan Investasi Proteksi). Ada baiknya memiliki ketiganya, karena kalau hanya memiliki salah satu ibaratnya timpang. Jadi ketiganya ini akan melengkapi. 

“Mesti mengerti dulu dari kategori keluarga kita. Apalagi teman-teman generasi sandwich membantu orang tua dan lain-lain, berarti porsi saving tidak banyak. Keluarga akan terdampak apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Teman terbaik dalam berinvestasi itu adalah waktu dan ilmu. Jadi telat investasi tidak apa-apa, tetapi jangan tidak berinvestasi sama sekali. Nah terakhir adalah proteksi. Proteksi ini maksudnya asuransi jiwa atau asuransi kesehatan. Komposisi itu menurut saya, yang penting asal saving sudah mencapai tiga kali pengeluaran rutin bulanan, maka kita akan bisa juga mengalihkan ke investing,” jelasnya.

Berita Lainnya
×
tekid