close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi otak./Foto Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi otak./Foto Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Riset
Selasa, 24 Desember 2024 06:13

Kecepatan berpikir manusia hanya 10 bit per detik

Riset dilakukan ahli neurobiologi dari California Institute of Technology, Jieyu Zheng dan Markus Meister yang diterbitkan jurnal Neuron.
swipe

Selama ini, kita mungkin berpikir kalau kita adalah orang yang cerdas. Namun, penelitian ahli neurobiologi dari California Institute of Technology, Jieyu Zheng dan Markus Meister yang diterbitkan jurnal Neuron (17, Desember 2024) menemukan hal yang berbeda. Mereka menemukan, ternyata otak kita hanya memproses informasi dengan kecepatan rata-rata cuma 10 bit per detik. Sangat lambat.

Bit adalah unit dasar informasi dalam komputasi. Koneksi wi-fi biasa misalnya, dapat memproses 50 juta bit per detik.

Dikutip dari New Atlas, dalam istilah digital, satu bit adalah satu angka 1 atau 0. Rangkaian bit digunakan untuk mengkodekan informasi. Para peneliti mendefinisikan satu bit dalam istilah manusia. Tentu saja, ini bervariasi, tergantung pada mode pemrosesan informasi spesifik. Misalnya untuk membaca dan menulis, para peneliti mendefinisikan satu bit sebagai satu karakter teks. Dalam mendengarkan suara, satu bit adalah satu bunyi.

Untuk menulis, Zheng dan Meister memulai dengan contoh seorang juru ketik profesional, yang dapat mengetik dengan kecepatan 120 kata per menit, rata-rata lima karakter per kata. Ini setara dengan 10 ketukan tombol—atau bit—per detik. Dalam audio, kecepatan berbicara yang direkomendasikan agar mudah dipahami adalah 160 kata per menit. Dengan perhitungan yang sama, ini setara dengan 13 bit per detik.

Para peneliti pun menghitung kecepatan serupa untuk contoh ekstrem pemrosesan informasi manusia, seperti menyelesaikan kubus rubik pada kecepataan rekor dunia yang setara 11,8 bit per detik, menghafal angka yang setara 4,9 bit per detik, permainan tetris profesional yang setara 7 bit per detik, dan tantangan kartu cepat yang setara 17,7 bit per detik.

“Dari sini, tim menyimpulkan bahwa sekitar 10 bit per detik adalah rata-rata yang baik untuk kecepatan berpikir manusia. Dibandingkan dengan sistem transmisi data buatan, ini sangat lambat—kecepatan wi-fi misalnya, biasanya diukur dalam ratusan juta bit,” tulis New Atlas.

Dilansir dari Scientific American, Meister dan Zheng mengumpulkan data dari berbagai penelitian lintas bidang, termasuk psikologi, ilmu saraf, teknologi, dan kinerja manusia. Mereka menggunakan berbagai data tersebut—mulai dari kecepatan pemrosesan neuron tunggal hingga kecakapan kognitif para juara memori—untuk menjalankan banyak perhitungan mereka sendiri, sehingga dapat membuat perbandingan di berbagai penelitian.

Namun, dikutip dari Science Alert, hal ini sangat kontras dengan cara kerja sistem saraf tepi, yang mengumpulkan data sensorik pada gigabit per detik secara paralel. Besaran yang lebih tinggi dari komputer kognitif 10 bit. Bagi para peneliti ketidaksesuaian dalam masukan sensorik dan kecepatan pemrosesan ini menimbulkan semacam misteri.

“Setiap saat, kita mengekstrak hanya 10 bit dari triliunan yang diterima oleh indra kita, dan menggunakan 10 bit tersebut untuk memahami dunia di sekitar kita dan membuat keputusan,” kata Meister, dikutip dari Science Alert.

“Hal ini menimbulkan paradoks. Apa yang dilakukan otak untuk menyaring semua informasi ini?”

Sistem sensorik manusia, seperti penglihatan, penciuman, dan pendengaran, menurut para peneliti, sekitar 100.000.000 kali lebih cepat daripada kognisi.

Terlepas dari itu, otak manusia sangat luar biasa. Sekitar 80 miliar neuronnya, membentuk triliunan koneksi yang dikelompokkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan kita untuk merasakan, membayangkan, dan merencanakan jalan hidup bersama orang lain.

Perbedaan kecepatan berpikir dan sistem sensorik, menurut para peneliti, mungkin terkait dengan evolusi manusia. Menurut Technology Networks, penelitan menunjukkan, makhluk hidup paling awal yang punya sistem saraf menggunakan otak mereka terutama untuk navigasi, bergerak menuju makanan dan menjauh dari predator. Biala otak kita berevolusi dari sistem sederhana ini untuk mengikuti jalur, masuk akal jika kita hanya dapat mengikuti satu “jalur” pemikiran pada satu waktu.

“Nenek moyang kita telah memilih ceruk ekologis di mana dunia cukup lambat untuk memungkinkan kelangsungan hidup,” kata Zheng dan Meister.

“Faktanya, 10 bit per detik hanya dibutuhkan dalam situasi terburuk, dan sebagian besar waktu lingkungan kita berubah dengan kecepatan yang jauh lebih santai.”

Seturut itu, New Atlas menulis, penelitian ini menimbulkan implikasi untuk teknologi masa depan yang agak mengkhawatirkan. Para ilmuwan mengungkapkan, komputer, robot, dan artificial intelligence (AI) dapat memproses informasi jauh lebih cepat daripada manusia, dan kecepatannya bakal meningkat terus.

Menurut New Atlas, studi ini pun merupakan kabar buruk bagi siapa saja yang berusaha meningkatkan kemampuan kognitif mereka dengan AI, melalui sistem sepertu proyek Neuralink yang dikembangkan Elon Musk. Tak peduli seberapa cepat sistem komputernya, perangkat keras “antik” kita yang lembut tetap akan menjadi hambatan.

“Berdasarkan penelitian yang ditinjau di sini mengenai kecepatan kognisi manusia, kami memperkirakan ‘otak’ Musk akan berkomunikasi dengan komputer pada sekitar 10 bit per detik,” tulis para peneliti.

“Alih-alih menggunakan rangkaian elektroda Neuralink, Musk bisa saja menggunakan telepon, yang kecepatan datanya dirancang untuk menyesuaikan bahasa manusia, yang pada gilirannya disesuaikan dengan kecepatan persepsi dan kognisi.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan