close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi flu./Foto Tumisu/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi flu./Foto Tumisu/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Selasa, 09 September 2025 17:08

Kenapa flu bisa mematikan bagi lansia?

Pada lansia sel paru-paru memproduksi protein glikosilasi bernama ApoD, yang berperan dalam metabolisme lipid dan peradangan.
swipe

Tim peneliti internasional yang melibatkan para ilmuwan dari China Agricultural University, University of Nottingham, Institute of Microbiology, National Institute for Viral Desease Control and Prevention, dan University of Edinburgh yang menyelidiki tikus dan sampel jaringan manusia, berhasil mengungkap alasan mengapa orang lanjut usia atau lansia lebih rentan mengalami flu parah. Temuan ini dipublikasikan di jurnal PNAS berjudul “ApoD mediates age-associated increase in vulnerability to influenza virus infection.”

Penelitian ini menemukan, pada lansia sel paru-paru memproduksi protein glikosilasi bernama apolipoprotein D (ApoD), yang berperan dalam metabolisme lipid dan peradangan, dalam jumlah jauh lebih tinggi dibandingkan orang yang lebih muda.

Seiring bertambahnya usia, peningkatan ApoD memicu kerusakan jaringan paru-paru yang luas selama infeksi, sekaligus melemahkan respons antivirus interferon tipe I yang seharusnya melindungi tubuh. Akibatnya, kemampuan untuk melawan virus inflenza A menurun, sehingga infeksi menjadi lebih parah.

“Penuaan merupakan faktor risiko utama kematian akibat influenza. Saat ini, populasi global menua dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia, yang menimbulkan tantangan besar bagi layanan kesehatan dan perekonomian,” ujar peneliti dari University of Nottingham sekaligus salah seorang penulis studi, Kin-Chow Chang, dikutip dari Genetic Engineering & Biotechnology News.

“Karena itu, penting bagi kita untuk memahami mengapa pasien lansia sering mengalami infeksi influenza yang lebih parah.”

Penelitian itu menyebut, penuaan merupakan faktor risiko utama kematian akibat influenza. Namun, para peneliti mencatat, mekanisme molekuler yang membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi parah masih belum sepenuhnya dipahami.

“Karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang proses terjadinya infeksi virus pernapasan yang berat pada lansia, sehingga dapat dikembangkan strategi pengobatan pencegahan dan terapeutik yang lebih efektif,” tulis para peneliti.

Para periset meneliti mekanisme yang mungkin menjelaskan mengapa infeksi virus influenza menjadi lebih parah seiring bertambahnya usia. Penelitian dilakukan menggunakan model tikus yang menua dan potongan jaringan paru-paru dari donor manusia dengan usia yang sesuai.

Mereka menemukan, ApoD merupakan faktor sel terkait usia yang mengganggu aktivasi respons antivirus sistem imun. ApoD memicu kerusakan mitokondria yang parah (mitofagi) pada sel-sel paru-paru yang menua, sehingga meningkatkan produksi virus sekaligus memperburuk kerusakan paru-paru selama infeksi. Padahal, mitokondria berperan penting dalam menghasilkan energi sel dan memicu produksi interferon yang berfungsi melindungi tubuh dari virus.

“Kami mengidentifikasi apolipoprotein D (ApoD), protein glikosilasi yang terlibat dalam metabolisme lipid dan peradangan, sebagai faktor molekuler terkait usia yang menghambat aktivasi respons antivirus sistem imun bawaan dengan memicu mitofagi parah pada paru-paru yang menua selama infeksi virus influenza,” kata para peneliti.

Menariknya, hasil penelitian juga menunjukkan, tikus yang tidak memiliki ApoD (ApoD -/-) lebih mampu bertahan hidup meskipun terpapar dosis virus influenza yang biasanya mematikan. Tikus-tikus ini menunjukkan penurunan jumlah virus di paru-paru (viral load), lebih sedikit kerusakan jaringan paru-paru, dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi.

Peningkatan ketahanan ini terkait dengan berkurangnya mitofagi dan meningkatnya produksi interferon tipe I. Tim peneliti juga menemukan, penggunaan obat senolitik ABT-263 untuk menghilangkan sel-sel senesens di paru-paru tikus tua dapat menurunkan kadar ApoD sekaligus mengurangi kerusakan jaringan paru-paru akibat infeksi virus influenza.

Temuan ini memperkuat dugaan, ApoD dapat menjadi target intervensi terapeutik yang efektif untuk melindungi lansia dari infeksi influenza berat, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada populasi lanjut usia.

“Keberhasilan penggunaan oral senolitik ABT-263 pada tikus tua dalam menurunkan kadar ApoD, membatasi penyebaran virus, serta mengurangi kerusakan paru-paru menunjukkan potensi besar strategi ini, baik sebagai pencegahan maupun terapi, dalam mengurangi tingkat keparahan infeksi virus influenza A (IAV) pada pasien lansia,” kata tim peneliti.

Mereka juga menekankan adanya keterbatasan dalam penelitian ini dan menyatakan, temuan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan uji klinis. “Kini ada peluang menjanjikan untuk secara terapeutik mengurangi keparahan penyakit pada lansia yang terinfeksi virus influenza dengan menargetkan dan menghambat ApoD,” tutur Chang.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan