close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi mythomaniac. /Unsplash
icon caption
Ilustrasi mythomaniac. /Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup - Kesehatan
Rabu, 11 Juni 2025 10:06

Kenapa seseorang bisa menjadi pembohong patologis?

Mythomania sempat viral di TikTok. Nama Jokowi disebut-sebut.
swipe

Mythomania sempat jadi kata yang viral di media sosial Indonesia, khususnya di Tiktok. Pekan lalu, banyak penghuni Tiktok bercerita mengenai pengalaman mereka saat berhadapan dengan pengidap mythomania atau para pembohong akut. 

Ada pula warganet yang melekatkan mythomania pada sosok Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Warganet menganggap Jokowi sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan di ruang publik yang sulit dibuktikan kebenarannya. Bahkan, pernyataan itu terkesan mengada-ngada.

Kebohongan Jokowi yang disinggung warganet termasuk soal produksi mobil Esemka saat Jokowi masih jadi Wali Kota Surakarta dan gelombang investor asing yang "menyerbu" Ibu Kota Nusantara (IKN). Dipromosikan Jokowi, Esemka tak lolos uji emisi. Adapun IKN hingga kini sepi investor asing. 

Tahun lalu, Tifauzia Tyassuma atau yang akrab disapa Dokter Tifa--kini jadi salah satu penggugat keaslian ijazah UGM milik Jokowi--juga sempat menyinggung kemungkinan Jokowi mengidap mythomania. 

"Mythomania, adl gangguan mental berupa kebiasaan berbohong yg tdk bisa dikendalikan," tulis Dokter Tifa dalam sebuah unggahan di akiun X, @DokterTifa, pada Januari 2024. 

Dalam unggahannya itu, Dokter Tifa membandingkan dua video yang berisi sosok Jokowi. Pada satu video, Jokowi menyatakan ada ratusan investor yang ngantre ingin berinvestasi di IKN. Pada video lainnya, Jokowi mengungkap belum ada investor asing yang masuk ke IKN.

Lantas apa sebenarnya mythomania? Juga dikenal sebagai gangguan berbohong patologis, mythomania didefinisikan sebagai sebuah kondisi ketika seseorang punya tendesi untuk berbohong secara terus-menerus meskipun tak ada keuntungan pribadi dari aksi bohongnya. 

Orang-orang yang mengidap kondisi ini disebut mythomaniacs atau pembohong patologis. Alasan mereka berbohong kerap sederhana, semisal demi menarik perhatian orang lain atau supaya merasa lebih baik mengenai dirinya sendiri. 

Apa saja ciri-ciri mythomania? 

Orang yang mengidap mythomania berbohong dalam kehidupan sehari-hari. Demi meningkatkan citra diri atau menarik perhatian, mereka memfabrikasi beragam cerita bohong. Mereka bisa saja bohong untuk hal-hal kecil, semisal tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi atau makanan yang pernah mereka makan. 

Para mythomaniac kerap mendramatisasi sebuah peristiwa atau insiden yang tak pernah terjadi atau mengklaim bertemu dengan orang-orang yang tak pernah mereka temui. Terkadang, kebohongan yang mereka ceritakan begitu kompleks sehingga sulit untuk dibantah oleh orang yang mendengarnya. 

Mythomaniacs biasanya menyadari jika dirinya berbohong. Namun, orang dengan mythomania memiliki keyakinan tulus terhadap narasi yang ia buat. Karena itu, para pengidap mythomania kerap kesulitan membedakan antara pengalaman pribadi yang benar-benar dia alami dengan cerita bohong yang ia reka. 

Kenapa seseorang bisa mengidap mythomania? 

Sulit untuk mengetahui penyebab pasti mythomania. Banyak faktor yang berkontribusi atas gangguan mental itu, termasuk di antaranya kondisi psikologis seseorang, trauma di masa lalu, atau pengaruh lingkungan sosial. 

Mythomania juga kerap bukan penyakit yang berdiri sendiri. Secaran klinis, mythomania kerap jadi penyakit turunan dari gangguan mental lainnya, semisal anxiety (kecemasan berlebihan), impulse control disorders, atau depresi. 

Pembohong patologis kerap menormalisasi kebohongan sebagai bagian dari identitas mereka. Mereka bahkan kerap secara sadar menggunakan kebohongan-kebohongan itu demi mendapat pengakuan dari orang lain atau memperoleh status terhormat di masyarakat. 

Apakah mythomania bisa disembuhkan? 

Para mythomaniac kerap bingung membedakan antara fiksi dan realita. Jika tidak dibantu oleh kalangan profesional, baik itu dokter maupun psikolog klinis, bukan tidak mungkin pengidap mythomania menjadi tidak waras atau gila.  

Meskipun gangguan berbohong patologis bisa diobati, inisiatif sembuh harus datang dari para pengidapnya. Tergantung seberapa parah tingkat gangguannya, pengobatan yang beragam bervariasi, mulai dari psychotherapy hingga asupan obat. (Hopefulminds.co)

 
 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan