Makanan yang dipasarkan sebagai alternatif sehat belum tentu benar-benar bebas dari gula tambahan dan lemak tidak sehat. Menemukan makanan bergizi di rak toko swalayan kini semakin rumit, karena semakin banyak produk yang diklaim “sehat” memenuhi rak-rak tersebut.
Perusahaan makanan sering menggunakan kata-kata menarik pada label dan materi pemasaran untuk memikat pelanggan yang ingin membuat pilihan lebih sehat. Kamu mungkin sering melihat klaim, seperti rendah lemak, vegan, bebas gluten, atau rendah karbohidrat.
Namun, klaim seperti ini tidak selalu mencerminkan kenyataan. Hanya karena suatu makanan diberi label dengan istilah-istilah tersebut, atau dianggap lebih sehat dibandingkan yang lain, bukan berarti makanan itu benar-benar baik untuk tubuhmu. Berikut ini lima makanan dan minuman yang tampaknya sehat, tetapi justru sebaliknya, dikutip dari Healthline.
Yogurt dengan rasa tambahan
Yogurt bisa menjadi pilihan yang sehat, tetapi sebaiknya pilih yogurt tanpa pemanis. Yogurt dengan rasa tambahan sering kali mengandung gula dalam jumlah tinggi, bahkan hanya dalam porsi kecil. Jenis yogurt yang dilengkapi topping permen atau model “flip-style” bahkan bisa memiliki kandungan gula yang lebih tinggi lagi. Daripada memilih yogurt yang sudah diberi pemanis, cobalah menambahkan potongan buah segar pada yogurt tanpa pemanis untuk memberikan rasa manis alami yang lebih sehat.
Minuman olahraga dan energi
Banyak perusahaan memasarkan minuman olahraga dan minuman energi sebagai cara untuk meningkatkan energi dan performa atletik. Namun, kenyataannya sebagian besar orang tidak memerlukan minuman ini.
Selain itu, minuman tersebut sering kali mengandung kadar tinggi dari bahan-bahan, seperti gula tambahan, pewarna buatan, serta stimulan dalam jumlah besar, seperti kafein.
Memang, atlet yang berlatih intensif terkadang membutuhkan minuman olahraga untuk menggantikan nutrisi yang hilang selama latihan. Akan tetapi, bagi kebanyakan orang yang hanya melakukan olahraga ringan atau aktivitas sehari-hari, air putih sudah cukup untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
Banyak minuman olahraga juga sangat tinggi gula. Hal yang sama berlaku untuk minuman energi. Beberapa produk bahkan memiliki kandungan gula yang sangat tinggi.
Beberapa produk rendah dan bebas lemak
Hanya karena suatu makanan rendah lemak, bukan berarti makanan tersebut lebih sehat. Sering kali, produsen mengganti kandungan lemak dengan gula pada produk rendah lemak atau bebas lemak untuk mengimbangi hilangnya rasa.
Selain itu, produk bebas lemak cenderung kurang mengenyangkan dibandingkan versi yang mengandung lemak. Hal ini karena lemak merupakan makronutrien penting yang membantu menciptakan rasa kenyang sekaligus membuat makanan terasa lebih nikmat.
Lemak sendiri merupakan bagian penting dari pola makan. Mengonsumsi makanan bergizi yang kaya lemak sehat dapat memberikan berbagai manfaat bagi tubuh dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.
Sereal sarapan
Banyak orang menganggap sereal sarapan sebagai cara yang baik untuk memulai hari. Namun, hal ini tidak selalu benar. Faktanya, banyak sereal sarapan yang dibuat dari biji-bijian olahan, minim nutrisi pengenyang seperti protein dan serat, serta sangat tinggi gula tambahan. Bahkan, sereal yang dipasarkan untuk orang dewasa pun sering kali mengandung gula dalam jumlah besar.
Mengonsumsi sereal dalam jumlah banyak, terutama jika pola makanmu sudah tinggi gula tambahan, tidak akan mendukung kesehatan jantung. Sebaliknya, diet tinggi gula tambahan justru dapat memberikan efek sebaliknya. Penelitian menunjukkan, pola makan tinggi gula berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung serta faktor risiko terkait, seperti tekanan darah tinggi dan kadar trigliserida yang tinggi.
Beberapa minyak nabati
Tubuh memerlukan lemak omega-6 dan omega-3, seperti asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA), agar dapat berfungsi dengan baik. Namun, pola makan modern telah menggeser rasio omega-6 dan omega-3 dari 4:1 menjadi 20:1, yang berarti asupan omega-6 jauh melebihi kebutuhan tubuh.
Penelitian menunjukkan, ketidakseimbangan ini dapat memicu peradangan sistemik, yang pada akhirnya meningkatkan risiko berbagai penyakit. Sebagian besar orang yang menjalani pola makan ala Barat cenderung terlalu banyak mengonsumsi omega-6, tetapi kurang mendapatkan omega-3.
Untuk itu, sebaiknya batasi konsumsi makanan yang tinggi omega-6, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak bunga matahari, serta berbagai produk olahan yang menggunakan minyak-minyak tersebut, termasuk makanan kemasan. Sebagai gantinya, tingkatkan asupan omega-3 dengan mengonsumsi makanan bergizi, seperti minyak biji rami, ikan berlemak seperti salmon, dan kacang kenari.