close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi minuman bersoda. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi minuman bersoda. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 01 September 2025 15:14

Mengapa tubuh ngidam soda saat migrain?

Minum Coca-Cola disebut bisa meredakan migrain. Kandungan kafein, gula, dan es dalam soda dinilai membantu sebagian orang, meski tak selalu efektif. Kenali manfaat, risiko, dan siapa saja yang sebaiknya menghindarinya.
swipe

Media sosial belakangan ramai dengan fenomena “McDonald’s migraine hack”. Alih-alih ke apotik, sejumlah warganet melaporkan mereka pergi McDonald untuk berobat. Di sana, mereka memesan coke (biasanya Coca Cola) ukuran besar dan kentang goreng. 

Untuk para penderita migrain jangka panjang, coke atau minuman bersoda jadi "jurus andalan" versi rumahan untuk mengobati migrain. 

“Ada penjelasan medis di balik itu,” kata Katherine Carroll, ahli saraf di Northwestern Feinberg School of Medicine, Chicago, seperti dikutip dari National Geographic, Senin (1/9). 

Setidaknya ada tiga kandungan utama dalam coke yang bisa memberi efek “penyelamat”. Pertama, es batu. Sensasi dingin diketahui dapat mengurangi rasa sakit.

Kedua, kafein. Zat ini bisa menyempitkan pembuluh darah, sekaligus meningkatkan efektivitas obat migrain. “Kafein sendiri cenderung protektif bagi migrain,” jelas Emad Estemalik, ahli saraf di Cleveland Clinic, Ohio. 

Terakhir, gula dan soda. Bagi yang sering mual saat migrain, soda berkarbonasi bisa menenangkan perut. Sementara bagi yang pemicunya gula darah rendah, kandungan gula dalam coke bisa jadi penyelamat cepat.

Saat ini, ada kisaran 14-15% populasi dunia yang hidup dengan migrain. Penyakit ini bukan sekadar sakit kepala biasa. Migrain menjadi salah satu penyebab utama menurunnya kualitas kesehatan global: orang jadi sering absen kerja, bolak-balik ke dokter, bahkan tak jarang terpaksa bed rest berhari-hari.

Migrain berbeda dari sakit kepala biasa. Ia datang dalam empat fase: prodromal, aura, sakit kepala, dan postdromal. Pada fase prodromal—yang bisa muncul beberapa jam bahkan hari sebelum puncak sakit—orang sering merasakan keinginan kuat mengonsumsi makanan tertentu. 

Pemicu migrain sendiri bisa beragam: perubahan hormon, dehidrasi, gula darah naik-turun, stres, kurang tidur, perubahan cuaca, hingga makanan tertentu seperti wine atau daging olahan.

Namun, efek ini tidak universal. “Migrain setiap orang tidak sama,” ujar Adel Aziz, ahli saraf di Hackensack Meridian Health, New Jersey. Pada sebagian orang, coke bisa membantu. Pada sebagian lain, justru memperparah.

Kapan coke justru memperburuk migrain? Semuanya bergantung pada pemicu utama migrain. Kafein dalam dosis kecil bisa membantu, tapi jika dikonsumsi berlebihan justru memicu migrain baru.

Garam bisa menolong bila penyebabnya ketidakseimbangan elektrolit, tapi terlalu banyak malah bikin dehidrasi. Gula bisa membantu bila gula darah rendah, tapi berbahaya bila sedang tinggi.

Tak universal

Singkatnya: tidak ada resep tunggal. “Setiap pasien unik,” tegas Estemalik. Kunci mengelola migrain adalah mengenali pemicu masing-masing.

Para ahli tidak menyarankan “hack Coke” untuk penderita kondisi medis tertentu, misalnya diabetes. Bagi mereka, tambahan gula justru bisa memperburuk keadaan.

Begitu juga bagi orang dengan migrain kronis. Terlalu sering minum soda—apalagi dipadu kentang goreng—lebih banyak mudarat ketimbang manfaatnya. Lebih baik pahami komponen mana yang sebenarnya membantu: apakah kafein, gula, atau dinginnya es.

Alternatif yang lebih sehat? Pil kafein, buah pisang, atau terapi yang diresepkan dokter.

“Semakin kita paham tubuh sendiri, semakin bijak pula kita membuat pilihan. Obat tetap jadi bagian penting, tapi mengenali sinyal tubuh juga tak kalah penting,” ujar Ellison.

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan