sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Masih banyak yang belum diungkap di peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

Sesaat setelah masa reformasi, arus narasi peristiwa yang ditampilkan agak berbeda.

Indah Nawang Wulan
Indah Nawang Wulan Senin, 01 Mar 2021 15:17 WIB
Masih banyak yang belum diungkap di peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, merupakan peristiwa perlawanan untuk menunjukkan, Indonesia masih ada. Sehingga dapat memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.

Memperingati 72 tahun peristiwa tersebut, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Museum Memorial Jenderal HM Soeharto melaksanakan workshop “Peristiwa Serangan Umum 1 Maret, Indonesia Berdaulat”.

Dosen Sejarah dan pemerhati sejarah dari IAIN Surakarta Aan Ratmanto mengatakan, ada beberapa cerita atau tempat dalam penyampaian sejarah mengenai Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang kurang lengkap. Hal itu terjadi setelah adanya upaya pelurusan sejarah di masa orde reformasi.

"Sesaat setelah masa reformasi, arus narasi peristiwa yang ditampilkan agak berbeda. Hal itu terjadi karena adanya “emosi” dari pihak lain yang mengakibatkan cerita atau arus narasi tersebut berbeda," kata dia dalam webinar, Senin (1/3).

Tampaknya itu terjadi untuk mengurangi hegemoni Letkol Soeharto pada serangan tersebut. Di mana pada saat orde reformasi, Letkol Soerharto dinilai sebagai penggagas dan tokoh utama. Tetapi pada orde reformasi terungkap kalau sebenarnya penggagasnya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

"Tetapi ternyata, di luar itu ada beberapa hal yang turut dihilangkan. Misalnya mengenai keberadaan tiga markas komando, yakni Ngotho, Segoroyosom dan Bibis," terang dia. Padahal peran markas komando tersebut berperan dalam pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret. Di mana, komando serangan salah satunya dilakukan di tiga markas tersebut. Padahal, keberadaan tiga markas tersebut, tidak ada kaitannya dengan Soerharto

Selain itu, ada beberapa informasi yang belum banyak diketahui khalayak. Di antaranya serangan yang terjadi pada 29 Desember 1948, 9 Januari 1949, 16 Januari 1949, dan 4 Februari 1949.

"Sebenarnya pada serangan 9 Januari telah muncul tanda perkenalan janur kuning diikat di pundak kiri. Tangan kiri diacungkan ke atas, dengan kata perkenalan 'malam menang'," kata dia.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid