sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Art Jog MMXIX: Cermin pembelajaran untuk lebih peduli lingkungan

Karya-karya yang dihadirkan di Art Jog MMXIX relevan dengan situasi mutakhir lingkungan kita. 

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Senin, 05 Agst 2019 23:35 WIB
Art Jog MMXIX: Cermin pembelajaran untuk lebih peduli lingkungan

Di sudut ruang pamer lantai tiga gedung Jogja National Museum, Yogyakarta, pengunjung terpana cukup lama. Pandangan mereka terpaku pada dinding sekeliling yang ditumbuhi lumut kehijauan. Pada beberapa titik di dinding itu, mencuat pipa-pipa kecil yang meneteskan air.

Salah satu karya dalam pameran seni rupa Art Jog MMXIX itu bertajuk “Kroraj Lirtuaria”. Sang seniman Syaiful Aulia Garibaldi, menyebut judul karya seninya berarti garis batas air. 

Menganggit karyanya dari lembaran fiberglass, Syaiful menyulap ruang instalasi menyerupai talud, dinding penahan untuk menjaga kestabilan tanah.

Pengunjung mengamati seni instalasi Kroraj Lirtuaria karya Syaiful Garibaldi yang berbentuk talud di Art Jog MMXIX. Alinea.id/Robertus Rony Setiawan

Di ruangan lain, tumpukan ranting kayu kering dengan tinggi sekitar empat meter disusun membentuk pusaran berlapis. Pengunjung yang hendak memasuki celah di antara tumpukan ranting yang membentuk pusaran itu, mesti berjingkat perlahan. Pasalnya, lebar celah tak lebih dari semeter. Satu-dua tumbuhan semak terpasang mencuat di sela-sela tumpukan ranting di dalamnya.

Panitia pameran membatasi jumlah pengunjung yang dapat memasuki celah di dalam ruang instalasi hanya untuk empat orang saja. Di tengah instalasi, kita akan menemui ruang kosong atau paling tenang dengan sebuah tanaman kecil yang tumbuh di tengah ruang.

Dalam uraian karya berjudul “Whirlwind of Time” ini, seniman Andrita Yuniza Orbandi menyatakan karyanya menggambarkan badai persoalan kehidupan yang berpusat pada pusaran pikiran manusia. Andrita mengadopsi bentuk pusaran angin puyuh dari buah karya penulis Jepang, Haruki Murakami, menjadi kerangka struktur karyanya.

“Saya sangat terinspirasi Kafka on the Shore, novel Haruki Murakami. Dari situ saya memusatkan pada sebuah ruang kosong yang menggambarkan proses dan cara manusia bertahan hidup. Ruang kosong di bagian tengah instalasi ini mengingatkan kita, bahwa semua tekanan dalam hidup manusia disebabkan oleh tindakan dan pikiran kita sendiri,” kata Andrita menuturkan.

Sponsored

Karya lain yang mengeksplorasi lingkungan tampak dalam seni instalasi buatan Teguh Ostenrik. Pendiri Yayasan Terumbu Rupa ini menghadirkan instalasi patung besi yang dikemas dalam bentuk kubah. Berjudul “Daun Khatulistiwa (Domus Frosiquilo)”, patung setinggi 2,5 meter ini mengadopsi anatomi daun jati (Tectono grandis, sp.) yang dibentuk menjadi modul-modul kerangka besi.

Kurator Art Jog MMXIX Agung Hujatnikajennong mengatakan, Teguh berfokus pada upaya memperbaiki ekosistem bawah laut melalui karya seni. 

Kegemaran Teguh menyelam mendorongnya membikin instalasi dalam air. Patung-patung besi itu rencananya juga akan diceburkan ke wilayah laut pantai Jikomalamo, Ternate, Maluku Utara. Proyek ini dijalankan bersama Yayasan Tembu Rupa yang bergiat dalam advokasi pelestarian lingkungan perairan laut.

“Berkolaborasi dengan ahli biologi laut, Teguh membuat karya bukan hanya untuk eksplorasi artistik, melainkan lebih mengadvokasi pentingnya melestarikan ekologi perairan,” kata Agung saat berbincang dengan jurnalis Alinea.id, Senin (5/8).

 Seni instalasi “Daun Khatulistiwa (Domus Frosiquilo)” karya Teguh Ostenrik dalam pameran seni rupa Art Jog MMXIX. Alinea.id/Robertus Rony Setiawan

Dalam video yang juga ditayangkan sebagai bagian dari eksibisi karya tersebut, Yayasan Terumbu Rupa memperlihatkan fakta pencemaran lingkungan laut, termasuk akibat sampah plastik. Dalam ruang berkubah setinggi lima meter, penonton dapat menyimak dokumentasi video restorasi perairan laut Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang dilakukan oleh organisasi Artifisial Reef. Sebagai informasi, koral-koral di perairan Wakatobi telah berulang kali mengalami kerusakan akibat ulah manusia.

Seperti ditunjukkan dalam video itu, kata Agung, patung-patung besi itu difungsikan sebagai semacam rumah bagi terumbu karang. Seiring waktu, upaya ini dapat memperbaiki atau merestorasi terumbu karang yang rusak. Dengan begitu, oksigen di bawah laut dapat terus diproduksi demi menjamin terjaganya kehidupan eksosistem di laut.

Merawat kepedulian pada alam

Dalam gelaran Art Jog ke-12 yang berlangsung dari 25 Juli hingga 25 Agustus 2019, dipamerkan puluhan karya seni rupa yang mengungkapkan daya kritis seniman terhadap kondisi ekologis dan sosial aktual. Para pengunjung yang ingin menikmati karya-karya yang dipamerkan diwajibkan memberi kontribusi sebesar Rp50.000 untuk dewasa. Adapun pengunjung berusia 3-12 tahun, dikenai kontribusi Rp25.000.

Karya-karya yang dihadirkan, seolah membawa para pengunjung ke sebuah ruang asing, atau mengingatkan berbagai kondisi alam yang rusak oleh tingkah manusia.

Kurator Art Jog MMXIX Agung Hujatnikajennong mengatakan, tema Art Jog diupayakan menyediakan ruang perjumpaan publik dengan alam semesta yang mengelilinginya. Dengan memilih tema “Common Space”, pameran seni rupa ini diarahkan menjadi sebuah event kesenian yang relevan bagi semua kalangan.

Di tengah rutinitas hidup manusia, ada berbagai flora dan fauna yang lambat laun semakin terancam kelestariannya. Ini tak terlepas dari pola hidup masyarakat yang lebih banyak mengambil tetapi lalai menjaga kelanggengannya. Bahkan, perlahan ikatan kebersamaan dan nilai sosial sesama manusia makin melemah.

“Peradaban manusia beberapa puluh tahun terakhir didominasi oleh keinginan dan hasrat manusia. Akibatnya, bencana alam pada sekitar lima puluh tahun lalu sebagai kerusakan alamiah, kini malah banyak disebabkan oleh ulah manusia,” kata Agung.

Dengan menghimpun karya-karya dari seniman yang menaruh perhatian pada isu-isu ekologi, Art Jog MMXIX muncul sebagai sebuah festival yang makin kontekstual dengan kondisi aktual.

Karya Teguh Ostenrik serta puluhan karya lain yang dipamerkan pada Art Jog tahun ini, relevan dengan situasi mutakhir lingkungan kita. 

Terlebih, mencuplik data hasil riset peneliti Universitas Georgia, Jenna Jambeck pada 2015, Indonesia menjadi negara kedua terbesar di dunia yang membuang sampah plastik ke lautan.

Guna mencegah kondisi ini semakin parah, sesungguhnya kita bisa bercermin dan belajar dari karya-karya dalam Art Jog MMXIX. Kita bisa merayakan hasrat memiliki, sembari merawat alam agar lestari. Agar bumi tetap layak untuk dihuni.

Berita Lainnya
×
tekid