sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Paxel Recycle, gerakan pengelolaan sampah dari kebiasaan belanja online

Pada tahap awal, gerakan ini melayani penjemputan sampah kardus, buble wrap, botol plastik, botol kaca di luar botol cat dan yang beracun.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Jumat, 26 Nov 2021 07:11 WIB
Paxel Recycle, gerakan pengelolaan sampah dari kebiasaan belanja online

Transaksi e-commerce di Indonesia rata-rata bisa mengirimkan enam juta paket setiap hari. Itu artinya sama dengan 9 ribu ton sampah plastik pembungkus barang belanjaan dikirimkan ke setiap rumah tangga dalam rentang waktu sepuluh tahun terakhir. Jumlah ini belum termasuk layanan pesan antar makanan. Jumlah ini diprediksi bakal terus meningkat lantaran e-commerce atau budaya berbelanja daring adalah industri yang diprediksi akan meningkat 40% termasuk produksi sampahnya hingga 2030.

Gerakan baru kemudian diluncurkan oleh perusahaan rintisan di bidang logistik, Paxel, dengan menggagas Paxel Recycle, di mana perusahaan logistik berperan dalam pengelolaan sampah rumah tangga akibat kebiasaan berbelanja daring (online). Layanan ini dapat diakses melalui aplikasi Paxel yang ada di telpon genggam. Hero (kurir) Paxel akan menjemput waste packaging e-commerce dari rumah dan mengantar langsung ke bank sampah yang dikelola oleh startip lingkungan Waste4Change untuk reuse atau recycle.

Pada tahap awal, gerakan ini melayani penjemputan jenis sampah kardus, buble wrap, botol plastik, botol kaca di luar botol cat dan bahan beracun di kawasan Jabodetabek dan Tangerang Selatan. Setiap rumah tangga juga bisa memperoleh karung sampah ramah lingkungan.

Co-Founder Paxel, Zaldy Ilham menyebutkan perusahaan logistik selayaknya ikut memberikan solusi atas sampah rumah tangga yang dihasilkan karena belanja daring. “Kami juga ingin membantu Indonesia memenuhi rekomendasi dari COP26 dan SDG, selain mengatasi dampak negatif dari pertumbuhan e-commerce terhadap lingkungan,” ungkap Zaldy dalam webinar Zero Waste Living: Bijak Kelola Sampah E-Commerce, Kamis (26/11).

Sponsored

Managing Director Waste4Change, M. Bijaksana Junerosano, menambahkan salah satu dampak dari menumpuknya sampah non daur ulang seperti sisa belanja online adalah berkurangnya kemampuan TPA untuk menampung sampah rumah tangga. Gerakan-gerakan untuk meningkatkan jumlah sampah daur ulang diperlukan untuk mengurangi beban TPA sekaligus menambah lapangan kerja baru di sektor ramah lingkungan atau green jobs. Apalagi aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan juga memiliki andil besar dalam meningkatkan jejak karbon.

Dalam skala pribadi atau rumah tangga prinsip 6R dalam pengelolaan sampah bisa diterapkan, meliputi rethink, refuse, reuse, reduce, rot, dan recycle. Dalam prinsip ini Waste4Change untuk berpikir ulang apakah barang-barang yang menghasilkan sampah rumah tangga perlu dibeli sebelum melangkah lebih jauh ke pemakaian ulang.

Berita Lainnya
×
tekid