sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ramadan di pusara: Ladang cuan perawat makam dan penjaja doa

Mereka mengeluh, dua tahun pandemi Covid-19 penghasilan menyusut. Tahun ini menjadi harapan untuk mengais rezeki lebih banyak.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 27 Apr 2022 08:35 WIB
Ramadan di pusara: Ladang cuan perawat makam dan penjaja doa

Sore itu, meski gerimis masih sedikit mengguyur usai hujan deras reda, Deden meneruskan pekerjaan memotong rumput dengan gunting di salah satu makam yang ada dalam tempat permakaman umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Beberapa rekannya menghentikan sejenak pekerjaan mereka.

“Biasanya seminggu sebelum Lebaran, mulai ada yang berdatangan keluarga dari ahli kubur, ya kita usaha cari nafkah,” ujar Deden, yang sudah bekerja sebagai perawat makam selama empat tahun, saat berbincang dengan reporter Alinea.id, Kamis (21/4).

Membabat rumput dan ilalang

Deden berujar, Ramadan dan Idulfitri adalah waktu yang ditunggu perawat makam di pekuburan itu. Banyaknya peziarah yang datang ke permakaman itu, menjadi ladang cuan mereka. Ia mengatakan, bisa mendapatkan Rp4 juta dari membersihkan makam.

“Bisa dibilang, bulan Ramadan itu waktunya tukang bersih-bersihin makam panen rezeki,” kata Deden.

Tahun ini, Deden berharap bisa mengais rezeki lebih banyak. Sebab, sudah sekitar dua tahun rezeki susut karena pandemi Covid-19 membuat sepi peziarah.

“Ramadan 2021 kemarin, orang dilarang masuk ke permakaman karena takut ada penularan. Akhirnya, kita enggak pegang uang buat Lebaran,” ucapnya.

Deden banting setir menjadi petugas pembersih makam, usai di-PHK dari tempatnya bekerja. Dari pekerjaannya membersihkan makam, ia berharap keluarga nanti memberikannya imbalan.

Sponsored

“Di sini sistemnya, ada yang buka jasa benahi makam saat orang datang, ada juga yang dia sudah mengurus makam dari lama,” tuturnya.

Petugas perawat makam, Deden, tengah memotong rumput di tempat permakaman umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (21/4/2022). Alinea.id/Kudus Purnomo Wahidin.

“Nanti, kalau keluarganya datang, kita tinggal kasih tahu kalau kita yang ngerapihin (makam).”

Di kompleks permakaman itu, Deden merawat lima makam. Wajar bila ia berharap keluarga ahli kubur memberi imbalan lantaran Deden sudah mengeluarkan ongkos sendiri untuk memotong rumput dan memasang nisan baru yang sudah rusak.

“Satu makam, bisa habis satu juta. Ya kita sih namanya kerja, ya seikhlasnya saja kalau mau ngasih berapa,” kata dia.

Meski ia mengatakan seikhlasnya, tetapi Deden bakal memberikan rincian ongkos yang telah dikeluarkan kepada keluarga. “Dari situ terserah, mereka mau melebihi berapa,” ujarnya.

Warga Tegal Alur itu menuturkan, perawat makam di permakaman tersebut ada yang berstatus sebagai pegawai Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemprov DKI Jakarta, ada pula yang berasal dari warga sekitar.

“Saya dari warga sekitar, yang tidak digaji Pemprov (DKI Jakarta),” ucap dia.

Namun, di sekitar lingkungan permakaman ada oknum yang kerap datang saat ramai peziarah. Mereka, kata Deden, sering kali mengklaim sebagai orang yang sudah merawat makam keluarga.

“Mereka datang waktu jelang Lebaran,” katanya.

“Saat tidak ada saya, mereka bilang ke keluarga ahli kubur kalau mereka yang rawat, biar dapat bayaran.”

Tentu saja, oknum seperti ini merugikan Deden dan petugas pembersih makam lainnya. Ia pernah punya pengalaman, lima makam yang sudah dirawatnya, seluruhnya diklaim oknum tak bertanggung jawab itu.

Tak mau hal itu berulang, Deden mengaku harus selalu mengawasi makam-makam yang sudah ia rawat, mendekati hari raya. "Saya rugi, yang untung mereka," kata Deden.

Yusuf, 18 tahun, juga tengah sibuk membersihkan makam dari daun-daun kering. Ia mengaku, baru terjun sebagai perawat makam di Tegal Alur. Yusuf mengatakan, ia hanya diperbantukan untuk merawat makam, berdasarkan permintaan keluarga yang hendak berziarah sebelum mudik.

“Mereka minta makamnya diberesin, biar rada rapi atau paling enggak, enggak ketutup ilalang," kata Yusuf, Kamis (21/4).

Dengan menggunakan mesin pemotong rumput, Yusuf lalu menyisir satu blok permakaman yang telah tertutup ilalang. Makam-makam itu tekesan tak terawat karena sudah terlalu lama tak diziarahi. Yusuf mengatakan, hanya bekerja bila ada perintah atau diminta keluarga untuk membersihkan makam.

"Selebihnya kalau dikasih (uang), ya kita terima," kata dia.

Petugas perawat makam juga sibuk bekerja di TPU Selapajang Jaya, Tangerang, Banten. Salah seorang perawat makam, Kusin, mengaku sudah mulai mendapat penghasilan dari jasanya.

“Sudah mulai ada yang ziarah, walaupun sedikit,” kata Kusin di TPU Selapajang Jaya, Tangerang, Banten, Jumat (22/4).

Pria berusia 53 tahun itu mengatakan, bakal bersiap di permakaman Selapajang Jaya hingga Lebaran. Ia memprediksi, saat Lebaran nanti, banyak peziarah yang datang.

Meski demikian, ia mengaku, Ramadan tahun ini—dan dua tahun sebelumnya—tak seperti Ramadan sebelum pandemi. Dahulu, dua minggu sebelum Lebaran sudah banyak peziarah yang datang.

Dari jasanya merawat makam sepanjang Ramadan, Kusin bisa mengantongi Rp3 juta hingga Rp4 juta. "Ya lumayan buat tambah-tambah," ujar Kusin.

Rezeki tukang doa

Tak cuma petugas perawat makam, momen Ramadan dan Idulfitri juga menjadi tempat peruntungan bagi para penjaja doa. Hasim, 60 tahun, salah satunya.

Sudah 10 tahun Hasim menjalani profesinya di TPU Tegal Alur. Sore hari, menurut Hasim, adalah waktu yang tepat untuk menunggu peziarah yang sekiranya butuh jasa pelafal doa.

“Saya punya ilmu sedikit soal doain orang meninggal,” kata Hasim di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Kamis (21/4).

Bersama rekannya, Mochamad Muchtar, ia bakal bersiap dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Hingga hari itu, Hasim sudah mendapat tiga orang yang menggunakan jasanya mendoakan jenazah yang hendak dimakamkan.

“Paling banyak saya (dapat) sembilan (pelanggan). Tapi itu orang (jenazah) mau dikubur semua, bukan ziarah,” ujar dia.

Hasim menyebut, ada enam tukang doa yang beroperasi di permakaman Tegal Alur. Namun, jumlah itu akan lebih banyak ketika Idulfitri tiba. Sebab, bakal banyak tukang doa yang berdatangan dari daerah lain untuk mencari rezeki.

"Berjamuran tukang doa kalau habis selesai salat Ied," kata Hasim.

Ia menaksir, peziarah bakal banyak yang datang, ketika hari raya. “Pas Lebaran, waduh sampai kerepotan kita doain, saking banyaknya (peziarah),” ujarnya.

Koordinator lapangan Penyediaan Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) TPU Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, Saili, usai memeriksa makam yang rusak, Kamis (21/4/2022). Alinea.id/Kudus Purnomo Wahidin.

Hasim mengatakan, tak mematok biaya untuk sekali mendoakan jenazah yang hendak dimakamkan atau peziarah yang butuh jasanya. “Seikhlasnya saja,” ujar dia.

Kendati penghasilan tak menentu, Hasim mengaku, profesinya itu telah membawa berkah bagi keluarganya. Pasalnya, dari pekerjaannya itu, ia sudah berhasil menghidupi keluarganya.

“Alhamdulillah, pokoknya untuk empat anak dan satu istri, bisa hidup dari sini,” katanya, yang enggan menyebut nominal dari pekerjaannya sebagai penjaja doa.

Namun, seperti keluhan para perawat makam, Hasim pun membenarkan Ramadan tahun ini tak banyak peziarah yang datang. Hal yang sangat berbeda sebelum pandemi.

“Dulu dua minggu sebelum Lebaran banyak orang ziarah. Sekarang sepi,” ujarnya.

Sementara itu, koordinator lapangan Penyediaan Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) TPU Tegal Alur, Saili, mengatakan bahwa perawat makam baru akan sibuk menjelang hari raya Idulfitri.

Akan tetapi, pria berusia 49 tahun itu mengatakan, pihaknya tetap kebanjiran permintaan merawat makam dari keluarga yang tak bisa hadir. Sehingga pekerjaan perawat makam tetap dilakukan.

“Biasanya kita kirim foto dan pihak sana (keluarga) transfer atau bagaimana untuk kerja kita,” kata Saili.

Saili mengatakan, ada 20 pegawai permakaman dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemprov DKI Jakarta yang diterjunkan untuk merawat makam dari pagi hingga sore.

"Sebab ada blok yang akan kita rapikan karena cukup luas, jadi kita kerjakan saja," ujar Saili.

Perawatan makam dilakukan meliputi pemotongan rumput, penambahan timbunan tanah, dan pemasangan nisan baru. Saili menuturkan, tak mematok biaya untuk tenaga perawat makam.

"Sebab kita sudah digaji. Tapi kalau ada yang mau ngasih sih seikhlasnya saja, kita enggak patokin. Cuma kita ngomong kalau abis beli rumput atau pupuk," ujar Saili.

Saili pun membenarkan jika banyak oknum perawat makam gelap, yang datang saat Lebaran untuk mencari keuntungan, dengan mengaku sebagai perawat makam.

“Kadang begitu banyak terjadi, kita yang ngurus tapi mereka yang nerima uang. Makanya, pengunjung (harus) hati-hati,” ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid