close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ilustrasi. foto Pixabay
icon caption
ilustrasi. foto Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 18 Juli 2025 22:01

Sindrom patah hati lebih berbahaya bagi pria

Meskipun stres emosional merupakan faktor utama, stres fisik juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan kondisi ini.
swipe

Studi terbaru yang dilakukan di Universitas Arizona telah membuktikan secara ilmiah bahwa kardiomiopati Takotsubo, yang umumnya disebut sebagai "sindrom patah hati", lebih fatal bagi pria daripada wanita. Penemuan ini menyoroti perbedaan signifikan berdasarkan gender dalam hasil kondisi ini, yang seringkali dipicu oleh stres emosional.

Kardiomiopati Takotsubo adalah kondisi jantung yang seringkali disebabkan oleh stres emosional yang ekstrem, meskipun juga dapat dipicu oleh stres fisik seperti operasi atau stroke. Kondisi ini melibatkan perubahan mendadak pada bentuk ruang pompa utama jantung. Selama kondisi ini, tubuh melepaskan sejumlah besar kortisol dan adrenalin – hormon yang berhubungan dengan stres – yang mengganggu kemampuan jantung untuk berfungsi dengan baik.

Meskipun stres emosional merupakan faktor utama, stres fisik juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan kondisi ini.

Perbedaan Gender
Secara historis, penelitian telah menunjukkan bahwa kardiomiopati Takotsubo lebih umum terjadi pada wanita daripada pria. Studi baru oleh Universitas Arizona, yang menganalisis data dari sekitar 200.000 orang dewasa Amerika yang dirawat di rumah sakit karena kondisi ini antara tahun 2016 dan 2020, mengonfirmasi bahwa 83% kasus memang terjadi pada perempuan. Hal ini memperkuat temuan sebelumnya tentang disparitas gender dalam kejadian sindrom ini.

Namun, studi ini juga mengungkapkan tren penting lainnya: kondisi ini menjadi lebih umum pada kelompok usia yang berbeda.

Penelitian ini menemukan peningkatan tajam frekuensi kardiomiopati Takotsubo pada orang berusia 46-60 tahun, dibandingkan dengan kelompok usia 31-45 tahun. Tingkat kejadian pada kelompok yang lebih tua ini 2,6 hingga 3,25 kali lebih tinggi daripada pada individu yang lebih muda.

Peningkatan ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor seperti peningkatan tingkat stres, perubahan hormonal, faktor gaya hidup (termasuk penggunaan alkohol dan tembakau), dan kondisi kesehatan yang mendasarinya seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol.

Risiko bagi Pria
Salah satu temuan paling mencolok dari studi ini adalah pria memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi meninggal akibat kardiomiopati Takotsubo dibandingkan wanita, meskipun studi sebelumnya juga mengamati perbedaan ini.

Para ahli meyakini salah satu faktor penyebabnya adalah pada pria, sindrom ini lebih mungkin dipicu oleh stres fisik, seperti operasi atau trauma fisik serius. Di sisi lain, stres emosional, seperti kehilangan orang terkasih atau stres terkait pekerjaan, merupakan pemicu yang lebih umum bagi wanita.

Dr. Mohammad Movahed, penulis utama studi yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association, menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan NBC News bahwa pria mungkin memiliki lebih sedikit dukungan sosial untuk mengatasi stres, yang dapat berkontribusi pada tingkat kematian yang lebih tinggi pada pria.

Perlunya Penelitian Lebih Lanjut
Para peneliti menyimpulkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami kardiomiopati Takotsubo dengan lebih baik dan meningkatkan proses diagnosis dan pengobatan. Kesenjangan hasil antara pria dan wanita, bersama dengan meningkatnya kejadian kondisi tersebut di kalangan orang dewasa yang lebih tua, memerlukan peningkatan perhatian dan intervensi yang disesuaikan untuk mengatasi kebutuhan unik mereka yang terkena sindrom jantung ini.(dailysabah)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan