sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ternyata lelaki lebih lemah di masa sulit, ini faktanya !

Menurut penelitian, perempuan dapat hidup lebih lama dibandingkan laki-laki di masa sulit.

Alia Kirana
Alia Kirana Kamis, 18 Jan 2018 10:04 WIB
Ternyata lelaki lebih lemah di masa sulit, ini faktanya !

Perempuan memiliki harapan hidup lebih lama dibandingkan laki-laki dalam keadaan normal. Itu fakta lama. Kini sebuah penelitian baru menemukan bahwa perempuan juga hidup lebih lama dibandingkan laki-laki, bahkan di masa sulit sekalipun. Demikian hasil sebuah studi dari Denmark dan Jerman.

Setelah melihat kembali riwayat harapan hidup, para periset menemukan bahwa rata-rata harapan hidup perempuan lebih lama saat menghadapi masa sulit, termasuk kelaparan dan epidemi dibandingkan laki-laki. “Memang, penelitian tersebut menemukan bahwa bahkan dalam kondisi yang sangat keras dan kritis sekalipun, perempuan memiliki keunggulan dalam bertahan hidup,” kata pemimpin penelitian Virginia Zarulli yang juga merupakan asisten profesor di Institute of Public Health, University of Southern Denmark. 

Tidak jelas mengapa perempuan juara dalam hal itu. Namun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dalam kondisi normal, faktor biologis memainkan peranan penting, bersamaan dengan faktor lingkungan dan perilaku. “Hanya ada sedikit bukti tentang perempuan lebih mampu bertahan hidup dibandingkan laki-laki di bawah kondisi kritis dan sangat mengancam jiwa,” kata Virginia. 

Karena itu, para peneliti memutuskan untuk menyelidiki situasi ini guna melihat perbedaan signifikan antara faktor biologis dan lingkungan. Para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan antara tahun 1772-1939, dari tujuh populasi yang menghadapi kesulitan yang ekstrem. Secara khusus, para peneliti melihat data harapan hidup dan tingkat kematian dari kelompok yang menghadapi kelaparan, penyakit, dan perbudakan selama masa-masa sulit seperti kelaparan di Irlandia pada 1845-1849, epidemi campak di Islandia pada 1846 dan 1882, serta perbudakan di Trinidad pada awal abad ke-19.

Dari tujuh populasi yang dianalisis, ditemukan bahwa perempuan bertahan hidup lebih lama dibandingkan laki-laki. “Studi tersebut menemukan bahwa perempuan hidup lebih lama enam bulan sampai empat tahun, dibandingkan laki-laki,” kata Virginia.

Sebagai contoh, analisis menunjukkan bahwa selama terjadi kelaparan di Irlandia, perempuan hidup sekitar 22,4 tahun, sedangkan laki-laki hidup sekitar 18,7 tahun. Pada tahun-tahun sebelum kelaparan, harapan hidup untuk kedua jenis kelamin adalah sekitar 38 tahun.

Lalu dalam kejadian epidemi campak di Islandia, perempuan hidup rata-rata 18,8 tahun, sedangkan laki-laki hidup rata-rata 16,7 tahun. Pada tahun-tahun sebelum epidemi, harapan hidup rata-rata perempuan sekitar 44 tahun, dan sekitar 38 tahun untuk laki-laki.

Menurut para peneliti, perempuan memiliki harapan hidup lebih lama karena terdapat perbedaan kelangsungan hidup terkait angka kematian bayi. Hasil temuan menunjukkan bahwa bayi perempuan dapat bertahan dalam kondisi keras dibandingkan bayi laki-laki. “Meski angka kematian bayi laki-laki cenderung lebih tinggi untuk anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dalam kondisi normal, namun sangat mengejutkan untuk menemukan perbedaan mencolok pada anak perempuan selama krisis,” kata Virginia.

Sponsored

Salah satu alasan mengapa hasil ini sangat mengejutkan yaitu ada pada sikap orangtua yang menunjukkan preferensi seksual. Dalam konteks ini, maksud dari preferensi seksual adalah orangtua cenderung mencarikan pengobatan untuk bayi laki-laki yang sakit dibandingkan untuk bayi perempuan yang sakit. Atau, orangtua lebih banyak memberikan makanan untuk bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan ketika sumber daya sedang langka. 

“Lebih luar biasanya lagi, meski ada potensi diskriminasi, bayi perempuan lebih dapat bertahan dibandingkan bayi laki-laki,” kata Virginia.

Temuan ini menawarkan bukti kuat bahwa alasan di balik keunggulan itu bukan faktor lingkungan, melainkan biologis. “Beberapa faktor biologis yang berkaitan dengan kelangsungan hidup perempuan yaitu hormon dan genetika,” ujar Virginia.

Misalnya, estrogen, hormon perempuan yang paling menonjol, diketahui memiliki efek perlindungan pada sistem kekebalan tubuh. Sedangkan testosteron, hormon laki-laki yang paling menonjol, dapat menekan sistem kekebalan tubuh.

Tingkat testosteron yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan perilaku lebih sembrono pada laki-laki, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko kematian akibat kecelakaan dan kekerasan fisik. Dengan demikian, hal itu berpotensi menurunkan rata-rata harapan hidup laki-laki.
Meski demikian, faktor biologis bukan menjadi satu-satunya penyebab perempuan dapat bertahan hidup lebih lama di masa sulit. 

"Keunggulan bertahan hidup perempuan memiliki akar biologis yang dalam. Namun peran budaya, masyarakat, dan perilaku juga sangat penting," kata Virginia.

Berita Lainnya
×
tekid