sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Eks jurnalis kritik media tentang perempuan korupsi

Pemberitaan kerap menampilkan perempuan sebagai sosok terjahat.

Akbar Ridwan
Akbar Ridwan Kamis, 27 Agst 2020 15:43 WIB
Eks jurnalis kritik media tentang perempuan korupsi

Eks jurnalis Harian Kompas, Maria Hartiningsih, mengkritik pemberitaan media ketika perempuan terlibat dalam kasus korupsi. Pangkalnya, media kerap kali menempatkan perempuan sebagai sosok terjahat.

Selain itu, pemberitaan juga sering memuat kehidupan pribadi. Ini semestinya tidak terjadi dalam menulis kasus korupsi.

"Sebenarnya perempuan ada di situ, dia melakukan tindak pidana korupsi itu ada beberapa sebabnya. Apakah betul dia begitu (korupsi) atau dia menjadi korban dari sistem yang sangat patriarkis," katanya dalam webinar, Kamis (27/8).

Maria pun meminta jurnalis harus berhati-hati dalam menulis kasus korupsi jika di dalamnya terdapat keterlibatan perempuan. Menurutnya, penulisan cukup fokus terhadap perkara.

"Kenapa harus dibesar-besarkan? Perempuan (kalau korupsi) semuanya dilihat, sampai operasi plastik dan segala macam dibuka. Saya pikir itu juga enggak perlu," ucapnya.

Karenanya, imbuh dia, media perlu memberikan pelatihan jurnalistik kepada wartawannya dalam menulis kasus korupsi. Sehingga, mengetahui sudut mana saja yang mesti dilihat dan fokus pada perkaranya.

Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW), Adnan Topan Husodo, menambahkan, kasus korupsi tak berbicara gender. Dengan demikian, tidak bisa membedakan atau memilih, apakah laki-laki atau perempuan yang paling rentan melakukan rasuah.

Baginya, korupsi berbicara masalah kekuasaan dan kesempatan. "Jadi, siapa pun yang ada di situ, baik laki-laki atau perempuan, memang punya kesempatan yang sama," ujarnya.

Sponsored

Meski demikian, Adnan mengatakan, upaya penelitian apakah perempuan lebih tidak permisif terhadap korupsi sudah ada, tetapi tidak cukup banyak. 

Dirinya lantas menyinggung survei yang melihat perbedaan korupsi yang dilakukan laki-laki dan perempuan, di mana laki-laki dianggap lebih bisa dan berani mengambil risiko daripada perempuan. Namun, kesimpulan tersebut belum diuji secara umum.

"Itu konteks penelitian di Australia. Kita tidak tahu, apakah penelitian itu juga relevan untuk daerah lain (atau tidak)," katanya.

Berita Lainnya
×
tekid