sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pelatihan video jurnalistik untuk humas dan mahasiswa digelar IJTI Bali

Drs. I Gde Nyoman Suryawan menyampaikan teori ini penting mengingat masih sulitnya merealisasikan yang dipikirkan ke dalam bentuk rilis.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Rabu, 28 Sep 2022 00:05 WIB
Pelatihan video jurnalistik untuk humas dan mahasiswa digelar IJTI Bali

Sebanyak 40 peserta antusias mengikuti pelatihan video jurnalistik bertema 'Menyongsong Digitalisasi dan Keterbukaan Informasi Publik'. Masyarakat umum, mahasiswa, dan juga humas dari berbagai instansi yang ada di seluruh Bali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Bali di Badung, Jumat (23/9).

Gunanya meningkatkan kualitas pemberitaan yang dihasilkan oleh instansi serta para peserta. Tujuan pelatihan ini untuk mengedukasi dan membagikan ilmu jurnalistik.

"Kongres IJTI Pengda Bali menggelar kegiatan pelatihan untuk humas dan juga instansi-instansi lainnya. Ada juga dari instansi kehumasan maupun juga dari mahasiswa. Tujuan kita menggelar pelatihan ini memang untuk mengedukasi atau memberikan ilmu yang sudah kita miliki untuk dibagikan kepada instansi humas maupun mahasiswa," kata Ketua IJTI Bali Ananda Bagus Satria mengutip Nusa Bali TV.

Menurut Ananda, hal itu untuk mengembangkan bagaimana kualitas pemberitaan yang dikeluarkan oleh instansi maupun oleh para mahasiswa ini nantinya bisa tertata dengan baik.

Dua materi menghiasi pelatihan, dibagi menjadi teknik dasar penulisan rilis berita dan materi teknik dasar pengambilan video. Teknik menulis rilis dibawakan Drs. I Gde Nyoman Suryawan, mantan direktur pemberitaan Bali TV. Dasar pengambilan video disampaikan Sigit Purwono sebagai kameraman, streamer, sekaligus pemilik Raturu TV.

"Saya melihat masih ada rilis atau kegiatan pemberitaan yang masih tidak tertata dengan baik. Salah satunya kita melakukan pelatihan ini seperti memberikan juga narasi berita seperti apa kemudian juga terkait pengambilan video. Karena pengambilan video di masa pandemi ini sangat penting untuk humas karena ketika awal pandemi itu interaksi antara kepala daerah maupun kepala instansi dengan wartawan sangat terbatas," kata Ananda.

Ditambahkan, hal inilah yang menjadi acuan IJTI Balik bagaimana juga harus memberikan edukasi kepada humas tentang standar secara broadcast mengenai pengambilan gambar yang baik itu seperti apa. Agar ketika berita dikonsumsi oleh publik ataupun masyarakat,  nama instansi itu tidak tercoreng.          

Selain diberi materi, peserta pelatihan juga mendapat kesempatan untuk praktik langsung pengambilan gambar sekaligus editing untuk mengimplementasikan teori yang sudah disampaikan oleh pemateri.

Drs. I Gde Nyoman Suryawan menyampaikan teori ini penting mengingat masih sulitnya merealisasikan yang dipikirkan ke dalam bentuk rilis berita.

"Banyak yang secara di pikirannya, di otaknya, bla bla bla... ketika kemudian menuliskannya atau merumuskannya dalam sebuah berita atau rilis justru tidak bisa," kata Suryawan.

Sementara Ketua IJTI Bali mengaku, secara keseluruhan kegiatan pelatihan sudah sering mereka gelar. "Kita gelar hampir setiap tahun. Namun ini mulai kita galakkan lagi karena saat pandemi kemarin kita juga terbatas terkait aktivitasnya. Saat ini kita mulai lagi karena posisi sekarang adalah transisi dari pandemi mau menuju pada endemi. Inilah sudah mulai proses tatap muka dan ini kita mulai lagi," sambungnya.

Awak IJTI Bali sudah sering berinteraksi langsung dengan humas terkait masalah pemberitaan kemudian produk video yang dikeluarkan oleh humas.

"Kita pelatihannya adalah bekerja sama dengan humas, namun tidak menutup kemungkinan kita juga mengundang para mahasiswa untuk mengembangkan terkait bagaimana nantinya ketika ilmu jurnalistik ini diterapkan di dunia media sosial. Karena saya memang melihat medsos ini kurang sekali filterisasi. Artinya masih banyak hal yang seharusnya tidak ditampilkan justru malah ditampilkan. Dan itu bertentangan dengan Kode Etik Jurnalistik yang mengedepankan sisi kemanusiaan," kata Ananda.

Ketua IJTI Bali berharap ke depannya bisa berkolaborasi dan mengembangkan komunikasi dengan instansi-instansi terkait. Secara umum, dikatakan bahwa IJTI sudah ada sejak tahun 1998. Di Bali sudah mulai beberapa tahun yang lalu, sejak berdiri tahun 2000-an.

 
Pengembangan IJTI selalu sudah banyak di Indonesia. Ada juga kita selain dari pusat, terus juga ada kepengurusan di daerah dan juga ada kepengurusan di setiap kabupaten-kota. Khusus untuk di Bali, hanya satu, yakni Pengurus Daerah IJTI Bali. Itu menaungi seluruh wartawan televisi atau jurnalis televisi yang ada di Bali, di seluruh kabupaten-kota.

"Harapan ke depan kita, kita masih terus untuk berkolaborasi dengan setiap instansi. Kita tidak menutup kemungkinan untuk terus mengembangkan komunikasi dengan instansi-instansi untuk bekerja sama melakukan pembangunan baik itu dari segi ilmu kejurnalistikan maupun ilmu-ilmu yang lain yang sekiranya bermanfaat," ujar Ananda.

Sebagai organisasi, IJTI ingin turut membangun Bali. Sangat ingin membantu masyarakat Bali agar pariwisata kembali lagi bergeliat.

"Kita akan melihat masa pandemi ini kan sangat memporak-porandakan perekonomian Bali yang tergantung pada pariwisata. Kita sebagai jurnalis juga tidak akan menutup mata untuk membangun masyarakat, membantu masyarakat agar pariwisata Bali kembali bergeliat," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid