sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Radio yang tak tak pernah tergilas zaman

Meski sempat disusul televisi dan media-media massa berformat daring, radio tetap ada dan digemari masyarakat.

Dede Suryana
Dede Suryana Kamis, 21 Des 2017 10:09 WIB
Radio yang tak tak pernah tergilas zaman

SELAMA Jakarta masih macet, radio tak akan pernah mati,” begitu kelakar seorang pengamat.

Stenny Agustaf, penyiar radio yang juga pernah membintangi sinetron komedi “Tawa Sutra” mengaku hal itu. Menurut dia, lokomotif volume pendengar radio berada di pagi dan sore hari. Jumlahnya mendekati 70 persen. 

Ya. Pesatnya industri otomotif dan kemacetan, di kota-kota besar khususnya, memang menjadi salah satu “resep” panjang umur radio. Media hiburan yang ditemukan pertama kali oleh ilmuwan Italia, Guglielmo Marconi pada 1896 itu, hingga saat ini masih beredar di udara. 

Berkat mobil, banyak orang masih mendengarkan radio. Selain tidak terlalu menuntut konsentrasi tinggi, mendengarkan radio dianggap sebagai aktivitas ideal saat mengemudi. 

Ketika mata dan otak berkonsentrasi di jalanan, telinga masih bisa diperintah untuk mendengarkan musik atau berita-berita terkini.

Hasil kajian sebuah lembaga penelitian di Amerika Serikat pada 2015 lalu, mencatat bahwa jumlah orang-orang Amerika yang mendengarkan radio di mobil mengalami kenaikan cukup tajam sejak 2010. Fakta ini menunjukkan bahwa radio tidak tergilas zaman seperti halnya kaset, walkman atau VCD.

Tak hanya di negeri Uwak Sam, reaksi publik di tanah air juga membahana saat sekelompok radio swasta meramaikan tanda pagar #RadioGueMati pada Senin, 11 Desember lalu. Selama 15 menit seluruh radio di Jakarta tidak mengudara, mulai pukul 07.45 sampai pukul 08.00 WIB.

Sontak #RadioGueMati pun menjadi trending topic dan aneka protes berhamburan dari warganet. Mereka berharap siaran radio tetap ada. “Please stay on.. you are very usefull," kata seorang netizen.

Sponsored

Ada pula penghuni jagadnet yang memuji kampanye ini. "Ide campaign 15 menit radio seJakarta mati ini keren sih, dari jam 07.45-08.00 lanjut dimulai dengan lagu Indonesia Raya dan Pak Jokowi bilang emang enak ga ada radio? 15 menitku hampa @Prambors #RADIOGUEMATI" tulisnya. 

Itulah di antara gambaran masyarakat yang masih tergantung dengan radio. 

Radio tak pernah gagap teknologi

Selain mobil dan kemacetan, jurus panjang umur radio lainnya adalah kemampuan beradaptasi dengan teknologi. 

Dulu radio didengarkan melalui gelombang AM atau amplitude modulation kemudian bertransformasi ke frequence mudolation (FM) dengan kualitas suara yang semakin jernih. 

Kini radio beradaptasi ke teknologi digital sehingga bisa didengarkan melalui perangkat komputer, tablet atau telepon pintar.

Bahkan, muncul website interaktif yang mampu memperdengarkan ribuan stasiun radio dari banyak negara. Namanya Radio Garden. Tampilannya unik, mirip aplikasi Google Earth dengan titik-titik hijau yang merepresentasikan masing-masing radio.

Website ini diciptakan oleh perusahaan yang berbasis di Amsterdam, Studio Puckey dan Moniker. Mereka diminta lembaga Netherlands Institute for Sound and Vision mengembangkan proyek itu, yang berfokus menampilkan radio menembus batas linguistik dan geografis.

So, mari terus mendengarkan Radio!!

Berita Lainnya
×
tekid