sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tips agar Ibu dan Tante tidak sebar berita hoaks melulu

Selama pandemi Gen Z banyak mengeluh di sosial media soal habit baru orangtuanya,

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Rabu, 30 Jun 2021 16:53 WIB
Tips agar Ibu dan Tante tidak sebar berita hoaks melulu

Di masa pandemi, orang berlomba-lomba mencari informasi untuk menjadi bekal pengetahuan menghindari Covid-19. Masalahnya, ibu-ibu yang paling khawatir terhadap anggota keluarga, kadang meresahkan; Suka menyebarkan berita bohong dari media sosial. 
 
Selama pandemi Gen Z banyak mengeluh di sosial media soal habit baru orangtuanya, terutama ibu. Mamih jadi sering meneruskan pesan berantai, yang biasanya palsu, soal berita Covid-19 yang isinya menakut-nakuti. 

Pesan berantai tersebar di grup keluarga, kebanyakan masalah tips kesehatan, info terbaru soal pengumuman pembatasan di seluruh dunia dan juga soal vaksin. Persoalannya tidak semua informasi yang disebar bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan nyaris semua hanya kabar bohong. Bukan cuma di Indonesia, fenomena ini rupanya berlaku di belahan dunia yang juga punya reputasi sebagai negara majunya. Gen Z juga melabeli kaum Ibu-ibunya juara dalam urusan menyebarkan hoaks.

"Ibu saya menyuruh-nyuruh saya minum air panas karena itu bisa mencegah Covid-19," kata seorang pengguna Twitter Krhisna Patel yang menganggap sikap ibunya itu konyol.

"Kita harus mengajukan gugatan class action ke siapapun yang mengirim ibu dan tante kita propaganda di Whatsapp. Saya capek," ujar netizen lain membuat status di Twitter.

Dari pada hanya gemas, Anda bisa membantu orang-orang tersayang yang  biasa jadi korban hoaks itu untuk berhenti menyebar berita palsu dengan memberitahu cara-caranya.

Spesialis monitoring disinformasi BBC memberi sejumlah tips sederhana untuk mengenali berita bohong di media sosial dan website propaganda yang bertujuan melakukan disinformasi.


1. Selalu periksa sumber Anda. Ini berarti memeriksa untuk melihat apakah bahasa itu sensasional atau penuh dengan kata-kata yang berlebihan.

2. Kutipan dan gambar orang itu belum tentu benar. Periksa kembali sumber tepercaya-apakah orang itu benar-benar mengatakannya?

Sponsored

3. Lihat lebih dekat! Coba perbesar gambar untuk melihat apakah toko di latar belakang atau nama jalan sesuai dengan lokasi yang disebutkan dalam artikelnya.

4. Percayai insting Anda. Apakah ada sesuatu yang mencurigakan tentang akun atau pesan tersebut? Misalnya: lihat akun yang meniru selebritas untuk melihat apakah ada nomor acak atau apakah bio mereka cocok dengan aktivitasnya?

Yang penting ajak orang yang kita kategorikan sebagai sumber penyebar hoax di grup keluarga untuk mempercayai bahwa tidak semua yang dilihat di sosial media layak dipercaya.

Dorong untuk bermain 'detektif-detektifan' saat menerima pesan berantai. Telusuri dengan mesin pencari soal kabar yang didapat itu, karena biasanya kabar hoaks viral berulang kali dan seringkali sudah pernah diklarifikasi. Mudah-mudahan Ibu atau orang terkasih yang suka menyebar hoaks, bertemu dengan info sesungguhnya sehingga urung menyebarkannya lagi. 

Beri pemahaman untuk menanamkan pola pikir bahwa pesan berantai 99 persen hoax, terlebih terkait kabar-kabar yang bombastis. Dengan begitu, diharapkan bisa menumbuhkan sifat keragu-raguan orang untuk berpikir seribu kali sebelum meneruskan info itu ke grup keluarga, atau jalur pribadi. 

Berita Lainnya
×
tekid