sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

4 isu krusial bisa ganggu keamanan regional Asia

Keempat isu tersebut ialah; Korea Utara, Laut Cina Selatan, ISIS di Laut Sulu, dan krisis Rohingya.

Syamsul Anwar Kh
Syamsul Anwar Kh Jumat, 19 Jan 2018 18:22 WIB
4 isu krusial bisa ganggu keamanan regional Asia

Empat isu aktual menjadi persoalan krusial bagi dunia dan dianggap dapat mengganggu keamanan kawasan regional dan wilayah. Keempat isu tersebut ialah Korea Utara (Korut), perkembangan Laut Cina Selatan, trilateral pengamanan Laut Sulu dari potensi ancaman ISIS, serta perkembangan krisis Rohingnya.


Terkait Korut, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta semua pihak untuk tidak terprovokasi dengan situasi yang justru dapat memicu eskalasi konflik.

"Marilah kita bersama-sama mengajak PBB untuk dapat mengambil langkah-langkah produktif untuk dapat lebih menekan Korea Utara agar dapat lebih menghormati hukum dan norma serta tatanan internasional," ujar Rzamizard seperti dikutip dari Antara, Jumat (19/1).

Mantan KSAD itu menambahkan, perlunya menjaga situasi ketegangan Laut Cina Selatan yang kini cenderung mereda dan membaik. Terlebih Indonesia juga memandang niat baik Cina yang sudah membuka diri dan berkeinginan untuk bekerja sama dalam memperkuat arsitektur keamanan kawasan.

"Ancaman yang sangat nyata pada saat ini dan memerlukan perhatian dan tindakan bersama yang serius adalah ancaman bahaya terorisme dan radikalisme," sambungnya saat menjadi pembicara kunci pada Dialog Raisina, India.

Ryamizard menilai terorisme dan radikalisme merupakan ancaman yang bersifat lintas negara dan memiliki jaringan serta kegiatan yang tersebar dan tertutup. Sehingga memerlukan penanganan kolektif melalui kolaborasi kapabilitas serta interaksi antar negara yang intensif, konstruktif dan konkrit. Apalagi, di kawasan Asia Tenggara, Filipina Selatan telah dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan ISIS yang ikut memicu aksi-aksi teror lain di kawasan Asia Tenggara.

Kelompok itu terus berencana untuk membangun Daulah lslamiyyah Katibah Nusantara yang merupakan aliansi dari Divisi Islamic State Asia Timur dibawah kendali struktur ISIS Pusat yang dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi yang berbasis di Syria dan Irak.

"Guna mengatasi potensi ancaman terorisme dan radikalisme ini maka Indonesia bersama negara lainnya yaitu Filipina dan Malaysia telah mengambil langkah-langkah kerja sama yang konkrit melalui pembentukan Platform kerja sama Trilateral di Laut Sulu yang diisi dengan kegiatan patroli bersama," paparnya.

Sementara terkait krisis Rohingnya di Rakhine State, Myanmar, diperlukan langkah konkrit dan penanganan bersama di kawasan yang tepat sasaran. Ia menyebut, jika keliru penanganan, para pengungsi bisa direkrut oleh ISIS untuk memperkuat jaringannya.

"Para pengungsi yang rapuh ini dapat direkrut oleh kelompok ISIS untuk memperkuat jaringannya," jelanya.

Meski demikian, Ryamizard memastikan pihaknya telah meyiapkan sistem pengawasan dan deteksi dini terhadap potensi berkembangnya ancaman ISIS di kawasan. Platform kerja sama baru yang digagas Kemenhan ialah konsep kerja sama pertukaran intelijen strategis bernama ‘Our Eyes’.

Program tersebut hampir mirip dengan konsep ‘Five Eyes’ di negara barat yang melibatkan unsur kerja sama pertahanan/militer dan jaringan intelijen secara terintegrasi. Konsep itu adalah murni kerjasama untuk mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme di kawasan tanpa ada agenda politik di dalamnya.

"Konsep ini telah didukung secara aklamasi oleh para Menhan ASEAN serta beberapa negara mitra seperti Amerika Serikat, Australia, Rusia dan Jepang menyatakan keinginannya untuk bergabung," tandasnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid