sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bahas stabilitas negara, Wiranto: Jangan seperti Libya dan Mesir

Menyusul maraknya gerakan-gerakan yang dirasa menganggu negara, Menko Polhukam dan Menteri Agama.

Rakhmad Hidayatulloh Permana
Rakhmad Hidayatulloh Permana Jumat, 09 Nov 2018 13:58 WIB
Bahas stabilitas negara, Wiranto: Jangan seperti Libya dan Mesir

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengadakan pertemuan dengan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin untuk membahas kestabilan negara. Pertemuan ini dilakukan menyusul maraknya aksi atau gerakan-gerakan yang dirasa menganggu negara. 

Menurut Wiranto, kestabilan diperlukan karena negara dihuni banyak orang yang berasal dari berbagai golongan, suku, ras, dan agama. Karena itu, perlunya kestabilan sebuah negara agar aman. Juga masyarakatnya sejahtera dan makmur. Tidak terpecah seperti Libya dan Mesir.

“Negara dihuni banyak orang. Kalau tidak stabil, maka sulit rakyatnya bekerja. Kalau tidak bisa kerja, tidak bisa membangun. Kalau tidak bisa membangun berarti tidak bisa memberi kemaslahatan pada umat. Negara-negara yang tak stabil justru membuat rakyatnya sengsara seperti Mesir dan Libya,” kata Wiranto
dalam diskusi di Jakarta pada Jumat, (9/11).

Wiranto menjelaskan, diskusi yang diselenggarakan di kantornya ini penting sebagai ruang silaturahmi antara para pimpinan Islam. Diskusi yang dibahas pun, menurutnya bermanfaat karena berkaitan dengan semangat kebersamaan sebagai entitas bangsa indonesia, di mana sebagian besar masyarakatnya beragama Islam. 

Sebagai pihak yang bertanggung jawab, Menkopulhukam akan terus mengemban tugas untuk menjaga stabilitas negara. Sebab, menurutnya, kestabilan negara merupakan pangkal dari semua proses bernegara yang sah. 

Sementara Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin, mengatakan pertemuan ini merupakan momen yang baik untuk mempertemukan berbagai pandangan dalam satu kerangka kebersamaan. Terlebih persoalan yang dibahas sangat strategis. 

Lukman pun mengingatkan, Indonesia sudah lama dikenal sebagai bangsa yang religious. Nilai-nilai agama menyatu dalam segenap keseharian umatnya. Karena itu, semestinya Indonesia tak perlu direpotkan lagi dengan berbagai perbedaan yang bisa memicu keretakan berbangsa dan bernegara. 

"Sebagai bangsa Indonesia yang agamis, sesungguhnya kemajemukan, keragaman, heterogen itu bukan barang yang asing. Kita sudah terbiasa,” kata Lukman.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid