sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dampak 'social distancing', pengusaha kopi pusing

Pengusaha kopi mengalami penurunan omzet karena pandemi Covid-19.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Kamis, 19 Mar 2020 19:23 WIB
Dampak 'social distancing', pengusaha kopi pusing

Kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran pandemi Covid-19 melalui social distancing atau mengurangi kontak sosial secara langsung untuk menangkal coronavirus dinilai tidak efektif.

Astri Septiani, jurnalis di salah satu media ternama di Jakarta, merasa tak banyak warga ibukota mematuhi kebijakan tersebut. Sebab, kata wanita yang berdomisili di Depok ini, masih melihat aktivitas perkantoran yang tak selaras dengan konsep social distancing sehari-hari.

"Masih ada yang kerja, kegiatan di tempat publik masih ramai, transportasi publik juga ramai. Kayak kemarin, mau dikurangin jumlah transjakarta buat bantu social distancing aja nyatanya malah jadi penumpukan gitu," tutur Astri, kepada Alinea.id, Kamis (19/3).

Dia memaklumi, masih adanya aktivitas perkantoran dan warga ibukota di tengah pandemi Covid-19. Sebab, kebijakan tersebut kurang mengikat dan terkesan tak tegas tidak seperti lockdown atau karantina wilayah yang telah silakukan di sejumlah negara.

"Karena sifatnya bukan seperti lockdown atau karantina wilayah yang mengharuskan semua masyarakat untuk stay at home, keluar cuma mendesak. Kebijakan ini jadi kayak lebih enggak tertib," ucapnya.

"Ya karena itu, masih ada pilihan untuk tetep beraktivitas di luar. Jadi wajar masih ramai dimana-mana, social distancing pun jadi kelihatannya belum berjalan maksimal," tutup dia.


Warga terdampak

Pasti ada konsekuensi pada setiap kebijakan yang diberlakukan, termasuk social distancing. Sejumlah pengusaha, terpaksa harus berlapang dada lantaran tak larisnya jajaan mereka. Setidaknya, perasaan tersebut tergambarkan dari Andri Bagus Syaeful, pemilik Alooha Coffe.

Sponsored

Kedai kopi di bilangan Jakarta Selatan miliknya, terus mengalami penurunan omzet sejak merebaknya pandemi Covid-19. Terlebih, kata dia, sepinya pengunjung semakin terlihat ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan social distancing. 

"Sepi banget pelanggan. Jelas kerasa sih. Dari omzet bisa menurun 50% setiap harinya. Mungkin kekhawatiran pengunjung untuk mendatangi ruang-ruang publik karena takut terkena virus corona," tutur Andri.

Bahkan, lalu lalang pengendara di depan kedainya terpantau cenderung lengang di jam sibuk. Untuk itu, pria berumur 25 tahun itu menaruh harapan kepada pemerintah agar dapat tangani pandemi Covid-19 dengan bijaksana.

"Harapanya pergerakan dari pemerintah lebih nyata dan jangan sampai menambah kekhawatiran warga. Setidaknya, warga merasa nyaman ada penanganan dari pemerintah. Bukan sekedar himbauan saja," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid