Pengamat: Gus Yahya jangan tergoda kepentingan penguasa
Gus Yahya diminta menjadi Ketum PBNU yang jaga marwah NU.

Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya diminta menjaga marwah Nahdlatul Ulama (NU) usai terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) PBNU periode 2021-2026 dalam Muktamar ke-34 di Lampung.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin mengatakan, menjaga marwah NU adalah tantangan Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026. NU di bawah kepemimpinan Gus Yahya, kata dia, harus berkhidmat untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
“Bukan kepentingan kekuasaan semata. Menjaga independensi, di situ letak masalahnya. NU digoda dengan kekuasaan dan independensi itu yang saat ini dipertanyakan oleh publik,” ucap Ujang kepada Alinea.id, Jumat (24/12).
Menurutnya, NU memiliki nilai jual sangat tinggi sejak pemilihan presiden (Pilpres) 2004. Ketika presiden dipilih langsung oleh rakyat, NU sebagai organisasi masyarakat terbesar dengan puluhan juta pengikut mulai ada tawar-menawar politik.
“Di sinilah godaan mulai muncul,” tutur Ujang.
Dalam Pilpres 2019 lalu, kata dia, jelas NU diarahkan untuk mendukung pasangan calon tertentu. Kemudian, meminta menteri agama harus berasal dari kalangan NU.
Selain itu, Ketua Umum PBNU sebelumnya, Said Aqil Siradj diangkat menjadi Komisaris di BUMN PT Kereta Api Indonesia (KAI). Tokoh NU Harvick Hasnul Qolbi pun didapuk sebagai Wakil Menteri Pertanian. Di sisi lain, PKB sebagai pertai politik NU juga ada di koalisi pemerintahan.
“Kalau tak tahan godaan, NU harusnya menjadi penyeimbang pemerintahan,” ujar Ujang.
Ujang menilai, pemilihan Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 berlangsung demokratis dan tradisi NU masih terjaga.
“Di tangan Gus Yahya, semoga NU bisa menjaga jarak dengan pemerintah dan bisa menjaga independensinya. Mudah-mudahan hal itu bisa realisasikan oleh Gus Yahya,” ucapnya.
Said Aqil Siradj gagal memperpanjang masa jabatannya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU). Dia kalah telak dari Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya dalam pemungutan suara (voting) pada Jumat (24/12).
Muktamar ke-34 NU di Lampung merupakan kontestasi ketiga bagi Said dalam perebutan kursi NU-1. Dia meraih 210 suara dari total 548 suara dalam voting putaran kedua, sedangkan pesaingnya unggul dengan meraup 337 suara. Satu suara dinyatakan tidak sah.
Dalam putaran pertama, Gus Yahya unggul dengan 327 suara, disusul Said Aqil 203 suara, KH Asad Ali 17 suara, Marzuki Mustamar 2 suara, Ramadhan Bayo 1 suara, absen 1 suara, dan rusak 1 suara. Putaran kedua hanya diikuti para kandidat yang sebelumnya meraih lebih dari 99 suara.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
DPD RI saat ini: Tak bertaji, tak diminati
Selasa, 28 Mar 2023 17:30 WIB
Kejahatan anak era kiwari: Dari pencurian hingga penganiayaan
Senin, 27 Mar 2023 06:38 WIB