sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jadi relawan vaksin Covid-19, apa yang dirasakan Ridwan Kamil?

Ridwan yang mengikuti proses relawan vaksin sempat dituding hanya berpura-pura atau menyebarkan hoaks.

Hermansah
Hermansah Jumat, 09 Okt 2020 20:56 WIB
Jadi relawan vaksin Covid-19, apa yang dirasakan Ridwan Kamil?

Uji coba vaksin Covid-19 telah memasuki fase 3 dan melibatkan ribuan relawan. Salah satu dari 1.620 relawan yang ikut serta ujicoba fase 3 di Universitas Padjajaran Bandung beberapa waktu lalu ialah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

"Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang jumlahnya di bawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah antar 100 hingga 1000 orang. Dan tahap tiga untuk relawan di atas 1000 orang dan tepatnya 1.620 relawan," kata dia saat berbagi cerita dalam wawancara yang dilakukan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro, yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (9/10).

Pengalamannya, dalam menjalani uji coba itu syaratnya harus mendatangi hingga lima kali kunjungan. Pertama melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengkondisian. Kunjungan kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu, kunjungan ketiga disuntikkan tahap kedua, kunjungan keempat dan kelima diambil darahnya untuk dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan. 

"Apakah setelah disuntik vaksin, di dalam tubuh saya ini antibodi berlimpah atau tidak. Nah, kalau berlimpahnya sampai 90%, berarti badan saya siap melawan virus Covid-19 yang akan menyerang tubuh saya. Pengambilan darah kedua dilakukan Desember 2020 dan untuk melihat hasilnya," ujarnya.

Kalau hasil uji darah Desember kelak berhasil, maka produksi vaksin secara massal baru bisa dimulai dan dilanjutkan vaksinasi massal. 

Ridwan Kamil mengaku upaya yang dilakukan pemerintah ini tidaklah mudah. Dan masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin. Bahkan Ridwan yang mengikuti proses relawan vaksin sempat dituding hanya berpura-pura atau menyebarkan hoaks (berita bohong), ketika fotonya saat proses pengambilan darah diunggah akun media sosial pribadinya dan beredar luas di media sosial. 

"Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham menyangka saya bohong. Karena menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik modern yang disebut vacutainer," ungkapnya. 

Makanya ia meminta masyarakat yang tidak paham tentang prosesnya, jangan berkomentar yang memprovokasi. Sebaliknya, ia menyarankan warga untuk bertanya agar memahami prosesnya. Ia pun meyakinkan kepada masyarakat, sejauh ini tidak ada dampak medis yang ditimbulkan akibat vaksin tersebut.

Sponsored

Diberitakan sebelumnya, terdapat beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia. Diketahui kandidat itu di antaranya vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Ada pula kandidat vaksin kolaborasi Bio Farma dengan Sinovac dari China, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan. 

Berita Lainnya
×
tekid