Komisi III DPR dalami represi Polri terhadap warga Pulau Rempang
"Secara prinsip, kan, harusnya kita menghindari penggunaan kekerasan dalam mengatasi konflik-konflik di masyarakat."

Komisi III DPR mendalami tindakan represif aparat gabungan, termasuk kepolisian terhadap warga kampung adat di Pulau Repang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Kini, tengah menunggu informasi mutakhir dari kepolisian.
"Kami sudah berkomunikasi dengan pihak Polri. Kami sedang menunggu informasi terbaru dari mereka," ucap Wakil Ketua Komisi III DPR, Habiburokhman.
Konflik antara aparat Satpol PP, kepolisian, Ditpam Batam, dan TNI dengan masyarakat adat Pulau Rempang bermula dari beredarnya kabar Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) akan melakukan pengukuran, Rabu (6/9). Itu merupakan salah satu tahapan pembebasan lahan setempat.
Sehari kemudian (Kamis, 7/9), warga berkumpul di Jembatan 4 Barelang. Sekitar pukul 09.51 WIB, aparat gabungan membentuk barisan di depan jembatan, lalu bergerak ke arah warga di ujung jembatan.
Kapolresta Balerang, Kombes Nugroho, kemudian meminta warga mundur. Namun, tidak diindahkan lantaran masyarakat berupaya mempertahankan ruang hidupnya.
Sejurus kemudian, aparat merangsek masuk ke kampung dan dibalas lemparan batu. Aparat pun membalas dengan menyiramkan air dan menembakkan gas air mata.
Sekitar 10.000 masyarakat adat di 16 Kampung Melayu Tua di Pulau Rempang dan Galang terancam diusir karena tempat tinggalnya yang dihuni turun-temurun sejak 1843 bakal dibangun Rempang Eco City. Proyek strategis nasional (PSN) ini digarap taipan Tomy Winata melalui anak perusahaan PT Artha Graha, PT Makmur Elok Graha (MEG).
Politikus Partai Gerindra itu menyesalkan insiden yang terjadi di Pulau Rempang. Menurut Habiburokhman, mestinya kepolisian tidak menggunakan kekuatan berlebih dalam mengatasi konflik dengan masyarakat.
"Kami melihat ada video-video. Ya, tentu, kan, kita perlu dalami. Secara prinsip, kan, harusnya kita menghindari penggunaan kekerasan dalam mengatasi konflik-konflik di masyarakat," jelasnya, menukil laman DPR.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Fenomena ‘remaja jompo’: Saat sakit tak hanya dialami lansia
Rabu, 27 Sep 2023 12:51 WIB
Ketika relawan capres saling beralih dukungan
Selasa, 26 Sep 2023 06:36 WIB