sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menjajal kereta MRT bersama duta besar Uni Eropa

Menurut dubes Uni Eropa untuk Indonesia, MRT di Jakarta lebih modern dan didukung teknologi yang lebih canggih.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Rabu, 13 Feb 2019 13:57 WIB
Menjajal kereta MRT bersama duta besar Uni Eropa

Lebih canggih dari Eropa

Setelah menjajal kereta, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend mengapresiasi langkah Indonesia dalam mengembangkan moda transportasi modern, seperti MRT.

“Kami mendukung kota besar seperti Jakarta memiliki transportasi massal modern seperti MRT ini,” katanya, di dalam gerbong kereta MRT, Selasa (12/2).

Vincent pun membandingkan MRT yang beroperasi di Jakarta dengan yang ada di negara-negara Eropa. Menurut dia, MRT di Jakarta lebih modern dan didukung teknologi yang lebih canggih.

Duta Besar Uni Eropa Vincent Geurend (kiri) dan Kepala Divisi Perencanaan Strategis Perusahaan PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin (kanan) dalam kereta MRT, Selasa (12/2). (Alinea.id/Nanda Aria Putra).

“Di Eropa, MRT telah beroperasi lebih dari 100 tahun, dan secara teknologi telah ketinggalan,” ujar Vincent.

Vincent pun berjanji akan menggunakan moda transportasi ini bersama keluarganya, bila MRT sudah resmi beroperasi untuk umum.

“Saya suka kendaraan jenis kereta, dan MRT ini sangat sejuk dan modern. Bagus. Saya menunggu MRT ini dibuka Maret nanti,” katanya.

Sponsored

Sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di ibu kota, sistem transportasi MRT sudah 98% untuk siap dioperasikan. PT Moda Raya Terpadu Jakarta rencananya akan melakukan uji coba publik pada akhir Maret 2019 mendatang.

Sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik ini dibangun sejak 2013 ini. Tiga bulan belakangan, moda transportasi massal ini, memang sudah mulai diuji coba.

Lebih lanjut, Vincent mengimbau agar masyarakat mau menggunakan MRT sebagai alat transportasi mereka, dan mulai meninggalkan kendaraan pribadi.

Tarif subsidi dan kurangi emisi

Petugas melakukan pengecekan kereta Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (17/1). (Antara Foto).

Sementara itu, Kepala Divisi Perencanaan Strategis Perusahaan PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin mengatakan, diundangnya duta besar Eropa merupakan upaya untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat agar tertarik menggunakan MRT. Tak terkecuali warga negara asing yang ada di ibu kota.

“Kita juga mau menunjukkan kalau MRT ini kelas dunia, yang tidak kalah dengan negara-negara lainnya,” katanya.

Setiap hari, nantinya MRT akan mampu mengangkut sebanyak 130.000 penumpang. Setiap transit dalam satu rangkaian kereta (enam gerbong) bisa memuat 1.900 penumpang, dengan rata-rata 200-an dalam satu gerbong. Kelak, total kereta yang akan beroperasi sebanyak 19 rangkaian.

Kelebihan lainnya, kata Kamaluddin, kereta ini beroperasi dengan sistem otomatis, tanpa masinis. Kereta akan disiplin beroperasi sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

“Orang (penumpang) hanya membutuhkan waktu lima menit untuk menunggu kedatangan kereta,” kata Kamaluddin.

Untuk tarif sekali jalan dalam jarak 10 kilometer, pihak MRT memasang harga Rp8.500 hingga Rp12.500. Dia menjelaskan, tarif itu merupakan harga subsidi pemerintah di bawah harga ekonomis, yang besaranya mencapai Rp30.000.

Menurutnya, menerapkan subsidi untuk ongkos penumpang merupakan skema yang wajar dalam dunia transportasi.

“Di semua negara tidak ada, setahu saya, yang menerapkan harga ekonomis. Semua pasti ada subsisdinya, tergantung dengan kemampuan masyarakat. Jadi, kita mending mengikuti kemampuan masyarakat dan sisanya didukung pemerintah,” kata dia.

Kereta MRT akan dikendalikan secara otomatis.

Kelebihan lainnya, selain mengurangi kemacetan, kata Kamaluddin, MRT ikut mengurangi emisi gas karbondioksida yang ada di Jakarta.

“Saya baru lihat juga tadi, ada studi yang dilakukan, dengan adanya MRT koridor satu saja bisa mengurangi emisi sekitar 8.000 ton karbondioksida per tahun,” ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid