sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Papua disebut memiliki risiko tinggi dalam deforestasi

Deforestasi di tanah Papua tersebar di berbagai kabupaten, seperti Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten Fakfak.

Silvia Nita Nur Aryanti
Silvia Nita Nur Aryanti Rabu, 10 Feb 2021 20:42 WIB
 Papua disebut memiliki risiko tinggi dalam deforestasi

Pada periode 2015-2019, luas hutan alam yang hilang di Indonesia mencapai 2,81 juta hektare. Deforestasi terluas terjadi di Aceh, Kaliman Tengah, Kalimantan Barat,  Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, yakni mencapai 1,85 juta hektare. Separuh lebih dari deforestasi di sepuluh provinsi kaya hutan ini, disumbang oleh Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat , Papua, dan Sulawesi Tengah.

Selain itu, sepanjang dua dekade terakhir, tutupan hutan alam menyusut 663.443 hektare, dengan persentase 29% yang terjadi pada 2001-2010 dan persentase 71% pada 2011-2019. Deforestasi hutan alam dilakukan oleh beberapa oknum yang hanya ingin mengambil keuntungan semata saja tanpa memikirkan nasib dari masyarakat setempat.

Peneliti Auriga Nusantara Dedy P Sukmara mengatakan, ancaman terhadap hutan alam di Indonesia sangat tinggi karena adanya peningkatan deforestasi di hutan alam Indonesia. 

Dari sepuluh provinsi tersebut, tanah Papua memiliki risiko tinggi dalam deforestasi. Deforestasi di tanah Papua tersebar di berbagai kabupaten, seperti Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten Fakfak.

“Di tengah-tengah keprihatinan pandemi korona ini, kita juga sangat prihatin dengan semakin banyaknya hutan alam di Papua yang direbut orang lain.” ujar Ketua Eksekutif Gamapala Nikolas Jemris.  

Pelepasan kawasan hutan Papua sampai saat ini sekitar hampir 1,3 juta hektare hutan alam, sedangkan nonhutan alam seluas 277.205 hektare. Diperkirakan akan teruts bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan kebun kelapa sawit.

Itu artinya, akan semakin banyak hutan alam di Papua yang beralih menjadi perkebunan kelapa sawit. Parahnya, ketika kelapa sawit itu sudah tidak produktif, investor meninggalkan begitu saja sehingga mengakibatkan kerusakan alam. 

“Deforestasi tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, tetapi juga akan hilangnya sesuatu hal dari masyarakat adat,” jelas Nikolas

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid