Pemprov Banten pertimbangkan lakukan karantina wilayah
Pemprov Banten, berhati-hati dalam mengambil kebijakan dengan pertimbangan sosial, politik, dan ekonomi.
Pemprov Banten mulai mempertimbangkan lockdown atau karantina wilayah. Hal tersebut, dilakukan untuk mencegah penyebaran coronavirus atau Covid-19.
Kebijakan ini, karena Banten langsung berbatasan dengan Jakarta. Ibu kota negara itu, menempati posisi tertinggi jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesi.
Berdasar, data Tim Gugus Tugas Nasional Covid-19, sebanyak 720 warga DKI positif Covid-19. Gubernur Banten, Wahidin Halim menyatakan, penerapan lockdown tidak sesederhana yang dibayangkan.
Menurutnya, lockdown tidak sekedar menolak orang yang datang dari luar. Banten, sudah terintegrasi dengan Jakarta dan sehari-harinya sebagian warga Banten bekerja di ibu kota.
Sebab, dia mengungkapkan, Banten-Jakarta itu daerah yang sudah menjadi kawasan yang terintegrasi. jadi, susah untuk memantau pergerakan. Termasuk, kulturnya, tradisi, dan kebiasaannya. "Kami sedang cari formulasi dan format bagaimana berhadapan dengan tuntutan dan permintaan masyarakat," kata Wahidin, Senin (30/3).
Tentu, lanjut Wahidin, Pemprov Banten harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan dengan pertimbangan sosial, politik, dan pertimbangan ekonomi. Dia menyatakan, jangan sampai kebijakan yang diambil dapat menambah pengangguran baru.
"Ada tanggung jawab negara disitu. Tangerang disebut Kota Commuter karena orang Tangerang Raya bekerja di Jakarta. Cari makan di Jakarta. Cari sesuap nasi pun di Jakarta. Ada simbiosis mutualisme antara daerah ini," ungkapnya.
Saat ini, Wahidin mengaku, sedang menunggu kebijakan Pemprov DKI. Jika, benar menerapkan lockdown dan menutup pintu bagi warga Banten ke Jakarta. Pemprov Banten, harus bersiap-siap secara ekonomi supaya tidak punya ketergantungan. Dari segi profesi dan pekerjaan, ketergantungan Banten kepada Jakarta tinggi.
"Posisi Banten juga sama dengan Jawa Tengah. Soal pulang mudik, setiap hari orang Banten pulang mudik. Tidak hanya dari transportasi bus dan kereta api. Mereka juga menggunakan motor, lewat jalan-jalan dan gang kecil. Ini tidak bisa dibendung,"