sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

RS Internasional di Bali, Epidemiolog UI: Cuma cari duit, tak selesaikan masalah

Banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri karena sistem layanan kesehatan yang tidak berkualitas dan tidak memberikan kepastian.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 29 Des 2021 15:19 WIB
RS Internasional di Bali, Epidemiolog UI: Cuma cari duit, tak selesaikan masalah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan peletakan batu pertama Rumah Sakit (RS) Internasional Bali yang terletak di Kawasan Wisata Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, pada Senin (27/12). Jokowi berharap warga negara Indonesia (WNI) tak akan lagi berobat ke luar negeri. Pembangunan RS Bali International Hospital nantinya akan bekerja sama dengan Mayo Clinic dari Amerika dan menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) kesehatan.

Setiap tahunnya ada kurang lebih dua juta masyarakat Indonesia yang pergi ke Singapura, Malaysia, Jepang, hingga Amerika Serikat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Indonesia disebut kehilangan Rp97 triliun karena itu. Rencana pembangunan RS Internasional Bali yang telah digagas oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ini akan menjadi destinasi wisata kesehatan yang nantinya akan meningkatkan wisatawan ke Pulau Bali.

Erick Thohir mengklaim, tujuan pembangunan RS Bali International Hospital untuk memperkuat ekosistem kesehatan yang saat ini menjadi penompang ekonomi pasca pandemi Covid-19. Pembangunan fase I ditargetkan rampung pada 2023. Ini meliputi healthcare 1 dan 2 dengan luas 5 hektare; ethnomedicinal botanic garden 5,3 hektare; retail village 1 hektare; serta UMKM senter 0,5 hektare.

Untuk fase kedua yang ditargetkan tuntas pada 2026 mencakup pembangunan Bali Beach Hotel dengan luas 3,1 hektare; Bung Karno Convention Center 2,1 hektare; serta parking hub yang terbagi tiga wilayah masing-masing 1,1 hektare, 0,9 hektare, dan 0,3 hektare. Lalu, Bali Beach Garden seluas 2,7 hektare; hotel bintang 3-4 1,7 hektare; serta healthcare 4 1,1 hektare. 

Sementara itu, fase ketiga yang ditargetkan selesai pada 2029 meliput pembangunan healthcare 3 dengan luas 2,5 hektare; Bali Beach Resort 5,2 hektare; serta healthcare 6 1,2 hektare. Untuk fase keempat yang akan selesai pada 2032 terdiri dari pembangunan akan meliputi pembangunan Bali Beach Garden seluas 2,7 hektare; kawasan hotel berbintang 3-4 1,7 hektare; kawasan komersial 1,1 hektare; serta healthcare 5 1,4 hektare.

Menanggapi hal itu, ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, pembangunan RS Bali International Hospital bukanlah solusi menyelesaikan akar masalah sistem kesehatan publik di Indonesia. Semestinya sistem kesehatan publik di Indonesia perlu direformasi agar berkualitas dan terjangkau.

“Itu kan cuma bisnis. Yah, enggak memecahkan masalah. Kan dijelaskan kalau masalahnya 2 juta orang Indonesia keluar negeri setiap tahun untuk berobat, Indonesia kehilangan Rp97 triliun,” ucapnya kepada Alinea.id, Rabu (29/12).

Banyak orang Indonesia berobat ke luar negeri karena sistem layanan kesehatan yang tidak berkualitas dan tidak memberikan kepastian yang dibutuhkan. Menurut Pandu, banyak kekurangan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Terbukti, pandemi Covid-19 memperlihatkan bagaimana sistem pelayanan kesehatan di Indonesia berantakan. Bahkan, pandemi Covid-19 sebabkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia semakin amburadul.

Sponsored

Dari kemampuan testing-tracing kasus penularan Covid-19, hingga masalah infrastruktur di laboratorium-puskesmas-RS. “Gini lho, BUMN kan mendirikan RS di mana-mana, harusnya meningkatkan kualitas RS yang sudah ada. RS Pertamina, RS Pelni, dan masih banyak lagi. Mereka punya uang,” tutur Pandu.

Ia menganggap, pembangunan RS Bali International Hospital hanya bertujuan wisata. Jadi, mencari duit dengan mengatasnamakan memperbaiki akses pelayanan di Indonesia. “Emang ada yang mau ke Bali? (hanya untuk berobat). Enggak,” ujar Pandu.

Umumnya, pasien yang sakit ingin mencari layanan kesehatan terdekat dan berkualitas. Semestinya swasembada obat-obatan, vaksin, dan alat-alat kesehatan serius dijalankan. Ia menilai, akses pelayanan kesehatan di Indonesia jauh dari sempurna dan memadai.

RS di Indonesia yang berkualitas, kata dia, yang dekat dengan institusi pendidikan. Sebab, pelayanan kesehatan di RS tersebut terintegrasi dengan laboratorium dan selalu update dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan alat-alatnya. “(pembangunan RS Bali International Hospital) pakai cita-cita Bung Karno. Enggak ada hubungannya,” ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid