sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Soal postingan bernada rasis Rektor ITK di FB, Mahfud MD: Tidak bijaksana

Viral di media sosial, postingan Rektor ITK itu, menyebut manusia gurun yang disematkan kepada perempuan yang mengenakan penutup kepala.

Edo Sugiyanto
Edo Sugiyanto Minggu, 01 Mei 2022 14:02 WIB
Soal postingan bernada rasis Rektor ITK di FB, Mahfud MD:  Tidak bijaksana

Tulisan 'manusia gurun' Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santoso Purwokartiko di Facebook, mengundang tanggapan Mahfud MD.  Menko Polhukam itu menilai Budi Santoso tidak bijaksana.

Viral di media sosial, postingan Rektor ITK itu, menyebut manusia gurun yang disematkan kepada perempuan yang mengenakan penutup kepala (jilbab). Ia juga melakukan pertentangan secara negatif orang yang terbiasa menyertakan kata berbau syariat Islam, seperti insaallah, barakallah, syiar, qadarullah dengan orang yang tidak suka menggunakan kata-kata Islami tersebut.

Petikan lengkap tulisan Prof Budi Santosa di Facebooknya: 

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa.

Mereka adalah anak-anak pintar yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9.

Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya. 

Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi."

Prof Budi Santoso Purwokartiko membenarkan bahwa tulisan status tersebut memang dibuat olehnya. 

Sponsored

Menurut Prof Mahfud yang merupakan Menko Polhukam itu, memuji-muji mahasiswa dan mahasiswi hebat hanya karena mereka tidak memakai kata-kata agamis, Inshaallah, qadarallah, syiar" sebagai mana ditulis oleh Rektor ITK itu juga tidak bijaksana. 

"Itu adalah kata-kata yang baik bagi orang beriman, sama dengan ucapan puji Tuhan, Haleluya, Kersaning Allah dll," kata Prof Mahfud MD, di Twitternya. 

Mahfud juga mengatakan bahwa sejak tahun 1990an banyak profesor di kampus besar seperti UI, ITB, UGM, IPB yang semula tidak berjilbab menjadi berjilbab. 

"Ibu Dirut Pertamina dan Kepala Badan POM juga berjilbab. Mereka juga pandai-pandai tapi toleran, meramu keislaman dan keindonesiaan dlm nasionalisme yang ramah," tegasnya lagi.

Menurutnya, pakaian yang Islami adalah niat untuk menutup aurat dan tampil sopan. Menurutnya, salah besar jika orang yang menutup kepala seperti jilbab sebagai manusia gurun.

"Pakaian yang Islami itu adalah niat menutup aurat dan sopan; modelnya bisa beragam dan tak harus pakai cadar atau gamis. Model pakaian adalah produk budaya. Maka itu menuduh orang pakai penutup kepala seperti jilbab ala Indonesia, Melayu, Jawa, dll sebagai manusia gurun adalah salah besar," ungkapnya.

Berita Lainnya
×
tekid