Ganjar punya modal besar untuk maju jadi capres
Gubernur Jawa Tengah itu, bisa melenggang mulus karena sudah mendapat dukungan dari PDI Perjuangan.

Partai pendukung menegaskan, tak ada alasan bagi Ganjar Pranowo berubah posisi menjadi cawapres. Sebab, Ganjar punya modal besar untuk tetap maju sebagai capres.
Politikus Hanura Inas Nasrullah mengaku, tak habis pikir dengan munculnya narasi yang mendorong Ganjar menjadi cawapres.
"Apabila ada narasi yang menginginkan Ganjar Pranowo menjadi bakal cawapres dari capres lain, yang membuat narasi tersebut miskin ilmu politiknya," kata Inas.
Menurutnya, Ganjar memiliki modal besar untuk menjadi capres, bahkan menang di Pilpres 2024. Selain elektabilitasnya yang tinggi, Gubernur Jawa Tengah itu, bisa melenggang mulus karena sudah mendapat dukungan dari PDI Perjuangan.
PDI Perjuangan satu-satunya partai yang bisa mengusung capres-cawapres sendirian, tanpa berkoalisi dengan partai lain, karena memenuhi syarat minimum 20% jumlah kursi DPR pada Pemilu 2019.
"Bukankah Ganjar Pranowo diusung untuk menjadi capres oleh PDI Perjuangan yang memiliki suara terbanyak dalam pilpres yang lalu? Ganjar Pranowo punya modal besar untuk menarik minat partai lain bergabung, yakni elektabilitas yang tinggi dan sudah memenuhi PT (presidential threshold), mau apalagi?," ujar Inas.
Atas alasan itu, lanjut Inas, alangkah baiknya partai politik lain segera berkoalisi untuk mendukung Ganjar sebagai calon presiden. "Segera deh partai-partai yang masih jomblo agar bergabung dengan Ganjar Pranowo," katanya.
Sejauh ini, Ganjar sudah mendapat dukungan dari PDI Perjuangan, Hanura, PPP, dan Perindo. Ada potensi Partai Golkar ikut mengusung Ganjar.
Pertemuan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto menunjukkan sinyal positif. Keduanya sepakat membentuk tim teknis untuk menyusun format kerja sama.
Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah mengatakan, "Insya Allah kerja sama kedua partai tak lama lagi akan segera disepakati pimpinan kami masing-masing."

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Kemarau panjang dan sulitnya akses air bersih di Jakarta
Senin, 02 Okt 2023 06:08 WIB
Menanti masa depan transformasi digital usai tiktok shop hilang
Minggu, 01 Okt 2023 14:22 WIB