Di balik skandal naturalisasi pemain timnas sepak bola Malaysia
Pada Jumat (26/9), Komite Disiplin FIFA menjatuhkan sanksi kepada Football Association of Malaysia (FAM) atau Asosiasi Sepak Bola Malaysia dan tujuh pemain timnas sepak bola naturalisasi mereka.
Dikutip dari situs FIFA, pemain naturalisasi yang terkena sanksi, antara lain Gabriel Felipe Arrocha (kelahiran Spanyol, bermain di klub Spanyol Unionistas) Facundo Tomas Garces (kelahiran Argentina, bermain di Liga Spanyol Deportivo Alaves), Rodrigo Julian Holgado (kelahiran Argentina, bermain di Liga Kolombia America de Cali), Imanol Javier Machuca (kelahiran Argentina, bermain di Liga Argentina Club Atletico Velez Sarsfield), Joao Vitor Brandao Figueiredo (kelahiran Brasil, bermain di Liga Malaysia Johor Darul Ta’zim), Jon Irazabal Iraurgui (kelahiran Spanyol, bermain di Johor Darul Ta’zim), dan Hector Alejandro Hevel Serrano (kelahiran Belanda, bermain di Johor Darul Ta’zim).
FAM dan para pemain itu disanksi atas pelanggaran Pasal 22 Kode Disiplin FIFA ctentang pemalsuan dokumen. Sanksinya, FAM diperintahkan membayar denda 350.000 Franc Swiss kepada FIFA. Para pemain dijatuhkan sanksi denda masing-masing 2.000 Franc Swiss, serta larangan terlibat dalam semua kegiatan yang berhubungan dengan sepak bola selama 12 bulan.
Bagaimana kasus ini bergulir?
Dilansir dari New Straits Times, Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad pada akhir Juli 2018 mengizinkan penggunaan pemain naturalisasi untuk memperkuat timnas Malaysia. Lalu, pada akhir Maret 2019, FAM menyetujui kerangka kerja naturalisasi, yang mencakup tiga kategori kandidat, seperti pemain dengan orang tua campuran, pemain yang tinggal di luar negeri, dan penduduk yang tinggal jangka panjang di Malaysia.
Pada Februari 2025, FAM menyatakan, nama-nama pemain kelahiran luar negeri akan segera diumumkan usai semua dokumen selesai diproses. Pada Juni 2025, ada sorotan dari media di Vietnam, Indonesia, dan lain-lain tentang garis keturunan, proses, dan transparansi pemain naturalisasi baru Malaysia.
Pada 10 Juni 2025, dalam pertandingan babak ketiga kualifikasi Piala Asia 2027, tujuh pemain naturalisasi yang terkena sanksi FIFA bermain membela Malaysia saat menghancurkan Vietnam 4-0. Menurut New Straits Times, dua hari setelah pertandingan itu, FIFA dilaporkan memberikan persetujuan resmi bagi tujun pemain naturalisasi baru Malaysia, tepat sebelum laga melawan Vietnam.
Asian Football Confederation (AFC) pun, dilaporkan New Straits Times, menutup spekulasi adanya investigasi terhadap Malaysia atas dugaan pemain naturalisasi yang tak memenuhi syarat saat melawan Vietnam.
“Belum ada informasi yang disampaikan kepada AFC mengenai masalah ini,” kata Sekretaris Jenderal AFC Datuk Seri Windsor Paul pada awal Juli 2025 kepada New Straits Times.
“Masalah status pemain merupakan kewenangan FIFA.”
Namun, menurut FIFA, usai pertandingan Malaysia vs Vietnam itu, organisasi sepak bola dunia tersebut menerima keluhat terkait kelayakan lima pemain naturalisasi Malaysia, yakni Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano.
“Lalu, masalah terkait kelayakan pemain yang mewakili timnas Malaysia telah diserahkan oleh Komite Disiplin FIFA ke Pengadilan Sepak Bola FIFA untuk dipertimbangkan,” tulis FIFA.
Malaysia sendiri kini memimpin grup F kualifikasi Piala Asia 2027, di atas Vietnam, Laos, dan Nepal.
Bagaimana reaksi FAM?
FAM sendiri akhirnya mengakui, ada “kesalahan teknis” dalam proses pengiriman dokumen yang dilakukan oleh staf administrasi mereka kepada FIFA. Saat ini, dilaporkan New Straits Times, FAM sedang melakukan peninjauan internal terkait masalah tersebut.
“FAM memandang masalah ini dengan serius. Namun, kami menegaskan, para pemain naturalisasi yang terlibat adalah warga negara Malaysia yang sah,” ujar Sekretaris Jenderal FAM, Datuk Noor Azman Rahman, dikutip dari New Straits Times.
FAM punya waktu 10 hari untuk mengajukan banding setelah menerima putusan tertulis lengkap dari FIFA. Menurut Azman Rahman, mereka bakal mengajukan banding usai menerima putusan tertulis lengkap tersebut.
Bagaimana dengan kasus serupa?
Pada awal 2017, timnas sepak bola Timor Leste dikeluarkan dari ajang Piala Asia 2023 akibat sertifikat kelahiran palsu kepada pemain Brasil yang membela timnas Timor Leste dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018. Dilaporkan Associated Press News, menurut AFC ada 12 pemain Brasil yang menerima sertifikat kelahiran palsu yang menyatakan mereka punya garis keturunan Timor Leste.
Sebagai bagian dari sanksi, AFC memerintahkan Timor Leste kalah WO dalam 29 pertandingan yang melibatkan timnas senior maupun kelompok usia, yang berlangsung antara Juni 2012 hingga Juli 2016. Selain itu, ada denda sebesar 20.000 dolar AS.
AFC pun menjatuhkan sanksi kepada Sekretaris Jenderal Football Federation of Timor Leste (FFTL) Amandio de Araujo Sarmento dengan larangan beraktivitas di sepak bola selama tiga tahun dan denda 9.000 dolar AS, serta pejabat FFTL lainnya Gelasio De Silva Carvalho dengan denda 3.000 dolar AS.
Timnas sepak bola perempuan Guinea Khatulistiwa pun pada Oktober 2017 didepak FIFA dari Piala Dunia Perempuan 2019 karena ditemukan tim itu menggunakan dokumen palsu dan menurunkan 10 pemain yang tak memenuhi syarat. Selain itu, menurut Associated Press News dua pemain lainnya juga dijatuhi sanksi larangan bermain dalam 10 pertandingan internasional karena menggunakan dokumen yang dipalsukan untuk mengklaim kewarganegaraan Guinea Khatulistiwa.
Federasi sepak bola Guinea Khatulistiwa pun dikenai denda 100.000 Franc Swiss. Dalam penyelidikan sebelumnya, FIFA melarang timnas perempuan Guinea Khatulistiwa berpartisipasi di kualifikasi Olimpiade 2020 karena ditemukan seorang pemain kelahiran Brasil yang punya dua paspor dan dua akta kelahiran dengan identitas berbeda. Penyelidikan lebih lanjut mengungkap, ada 10 pemain tambahan yang tak memenuhi syarat diturunkan dalam laga kualifikasi Olimpiade 2016.
Ada peran Vietnam dan Indonesia?
Dalam unggahannya di X, Putra Mahkota Johor, pemilik klub Johor Darul Ta’zim, sekaligus mantan Presiden FAM, Tunku Ismail menyatakan kekecewaan terhadap keputusan FIFA yang dianggap tak bisa dijelaskan dan tiba-tiba.
"Apa yang menyebabkan keputusan mendadak seperti ini? Apakah ada pihak eksternal yang terlibat dalam memengaruhi keputusan FIFA?" katanya di halaman X-nya pada hari Sabtu (27/9), dikutip dari The Star.
Spekulasi berkembang. Vietnam dan Indonesia dinilai ada di balik sanksi FIFA itu. Media Malaysia Makanbola, menyeret nama pengacara Vietnam Nguyen Thi My Dung—yang menjadi anggota Komite Disiplin FIFA. Komite Disiplin FIFA saat ini diketuai Mohammad Al Kamali dari Uni Emirat Arab, memiliki seorang wakil dan 16 anggota lainnya, termasuk Dung.
Dung disebut-sebut sebagai pengacara berpengalaman yang pernah bekerja sama dengan Vietnam Football Federation (VFF) dan terlibat dalam lembaga hukum olahraga tingkat Asia.
“Kehadirannya dalam Komite Disiplin FIFA dipandang sebagai pengakuan terhadap profesionalisme huum di kawasan Asia Tenggara. Namun, dalam konteks Malaysia, hal ini memunculkan bayangan potensi konflik kepentingan,” tulis Makanbola.
Bagi publik Malaysia, keraguan terhadap integritas dan netralitas muncul lantaran Vietnam merupakan lawan Malaysia dalam kualifikasi Piala Asia 2027.
Sementara itu, Indonesia dinilai ada di balik sanksi FIFA terhadap Malaysia, karena menurut South China Morning Post, Tunku Ismail menyinggung pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden FIFA Gianni Infantino pekan lalu, di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Namun, spekulasi ini belum terbukti.


