Para pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada mengeluarkan pernyataan bersama pada hari Senin yang mengecam penanganan Israel terhadap situasi kemanusiaan di Gaza. Mereka memperingatkan akan adanya "tindakan konkret lebih lanjut," termasuk sanksi yang ditargetkan, jika Israel tidak menghentikan serangan militernya yang baru dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut.
Menyebut dimulainya kembali pengiriman bantuan Israel yang terbatas sama sekali tidak memadai, para pemimpin tersebut mengatakan kegagalan negara tersebut untuk menyediakan bantuan bagi penduduk sipil tidak dapat diterima dan berisiko melanggar Hukum Humaniter Internasional.
Mereka mendesak Israel untuk bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa guna memulihkan akses bantuan yang konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Tekanan itu muncul setelah keputusan Israel pada hari Minggu untuk mengizinkan "sejumlah makanan pokok" masuk ke Gaza untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua bulan. Pada hari Senin, lima truk bantuan memasuki Jalur Gaza, yang pertama sejak 1 Maret, ketika Israel memblokir pengiriman dalam upaya untuk memaksa kelompok militan Palestina Hamas membebaskan puluhan sandera.
Pejabat Israel sebelumnya berpendapat bahwa bantuan yang cukup telah masuk selama gencatan senjata sementara dan menuduh Hamas mengalihkan pasokan. Namun, beberapa pejabat militer Israel baru-baru ini memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi di beberapa bagian Gaza.
Bagaimana Netanyahu Bereaksi
Menanggapi kritik bersama tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh pemerintah Barat "menawarkan hadiah besar" kepada Hamas dan mengatakan pernyataan mereka berisiko mendorong serangan lebih lanjut terhadap Israel.
Sementara itu, militer Israel telah meluncurkan operasi darat baru di Gaza, yang dijuluki "Kereta Perang Gideon." Operasi tersebut, yang disetujui oleh Kabinet Keamanan Israel pada tanggal 5 Mei, bertujuan untuk mengalahkan Hamas, menghancurkan infrastruktur, dan mengamankan kendali atas Gaza.
Militer telah mengindikasikan rencananya untuk mempertahankan wilayah yang direbut dan merelokasi penduduk Gaza utara ke selatan. Operasi tersebut menyusul serangan udara besar-besaran dan krisis kemanusiaan yang oleh pejabat PBB digambarkan sebagai bencana besar.(indiatoday)