Presiden Prabowo Subianto kembali mengeluarkan sinyal bakal mencopot menteri yang tak becus bekerja. Ia mengingatkan agar para pembantunya bekerja cepat mewujudkan program-program pemerintah yang sudah dicanangkan sesuai keinginan rakyat.
"Kabinet saya, semuanya kerja dengan baik, kerja dengan cepat. Yang tidak bisa ikut cepat, kita tinggalkan di pinggir jalan saja," kata Prabowo saat memberikan sambutan di peresmian Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6).
Isu reshuffle kabinet sempat mencuat awal Juni lalu. Salah satu yang disebut-sebut bakal kena kocok ulang ialah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Kebijakan-kebijakan Bahlil dianggap kerap memicu kontroversi dan mencoreng citra pemerintahan.
Namun, isu reshuffle dibantah Prabowo. Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan, Prabowo mengatakan kinerja para menterinya masih baik. "Bahwa ada kritik di mana-mana, itu baik. Itu biasa dalam demokrasi," kata Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Guru besar ilmu politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi berpendapat pernyataan Prabowo di Karawang bukan indikasi kuat bakal ada reshuffle. Prabowo, kata Muradi, hanya berniat memberikan tekanan psikologis agar para menteri bekerja tanpa banyak tingkah.
Persoalannya, menurut Muradi, saat ini banyak menteri sedang mengalami dilema. Mereka tidak bisa ngebut karena kebijakan efisiensi anggaran. Selain itu, menteri-menteri juga tak bisa leluasa bertemu Prabowo karena terdapat lingkaran elite Gerindra yang menghalangi.
"Jadi, mereka saat ini sedang bingung banyak menteri itu karena mau ketemu Prabowo itu sulit. Sementara, banyak masalah di kementeriannya yang harus dikomunikasikan," kata Muradi kepada Alinea.id, Rabu (3/7).
Isu reshuflle, kata Muradi, sudah lebih dari empat bulan berembus. Namun, hingga kini tidak terlihat ada manuver politik untuk menjalankan kocok ulang kabinet. Seturut itu, rumor mengenai kemungkinan PDI-P bergabung dalam koalisi pemerintahan pun meredup.
"Bahkan, saya melihat PDI-P yang kabarnya mau dirangkul, sekarang mulai nyaman beroposisi karena kasus (Sekjen PDI-P) Hasto (Kristiyanto) diteruskan dan (PDI-P) melawan di sejumlah isu di DPR," kata Muradi.
Muradi menilai kritik terhadap menteri yang berkinerja lamban merupakan gaya kepemimpinan Prabowo. Prabowo tidak ingin reputasinya jatuh di tengah situasi serba sulit. "Sehingga sorotan diarahkan kepada menteri yang kerjanya sejauh ini kurang memuaskan," imbuhnya.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kholidul Adib berpendapat Prabowo masih menghitung konsekuensi politik reshuffle. Jika dijalankan, ia meyakini, Prabowo tak hanya akan membidik menteri-menteri titipan Jokowi.
"Namun, kayaknya tidak sebatas orangnya Jokowi, tapi bersifat umum para menteri yang kinerjanya kurang bagus bisa kena rotasi atau diganti," kata Kholidul kepada Alinea.id, Rabu (3/7).
Menurut Kholidul, tak banyak menteri yang bisa dinilai kinerjanya buruk. Selain Bahlil, hanya Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto yang terlihat tak maksimal. "Keduanya bisa dirotasi atau diganti," kata Kholidul.