Petugas penyelamat di Jepang masih terus berusaha mengeluarkan seorang pengemudi truk dari lubang yang muncul di tengah jalan di kota Yashio di prefektur Saitama, dekat ibu kota Tokyo, pada hari Selasa. Penyelamat kesulitan karena lubang itu pun semakin besar.
Upaya penyelamatan terhambat oleh jalan yang runtuh, dan para pejabat telah memerintahkan sejumlah rumah tangga di daerah itu untuk mengungsi dari rumah mereka.
Pengemudi berusia 74 tahun itu terakhir terdengar menanggapi para penyelamat pada Selasa sore, menurut media lokal.
Sementara kru darurat berhasil mengeluarkan bak truk dari lubang seukuran kolam renang, kabin pengemudi masih terkubur di bawah tanah dan puing-puing.
Lubang berukuran sekitar 10m (33 kaki) lebar dan 5m dalam pertama kali muncul pada Selasa pagi di persimpangan jalan. Lubang yang muncul itu menelan sebuah truk.
Diyakini bahwa itu disebabkan oleh pipa pembuangan bawah tanah yang pecah.
Para pejabat mengatakan bahwa ketika air limbah dari pipa yang rusak membanjiri lubang, itu menyebabkan lubang pembuangan kedua muncul pada hari Kamis.
Rekaman video menunjukkan tiang listrik dan papan nama restoran jatuh dalam keruntuhan itu.
Jalan tersebut kemudian amblas lebih besar, menyatukan kedua lubang pembuangan tersebut menjadi kawah selebar 20 m, yang semakin mempersulit operasi penyelamatan.
Lubang pembuangan yang sangat besar tersebut juga berisi pipa gas, yang memicu kekhawatiran akan potensi kebocoran. Para pejabat telah mengeluarkan perintah evakuasi untuk 200 rumah tangga di daerah sekitarnya.
Mereka juga mendesak warga di dalam dan sekitar kota untuk menggunakan lebih sedikit air.
Lubang yang tiba-tiba muncul semakin umum terjadi di kota-kota Jepang, karena banyak yang memiliki infrastruktur pipa pembuangan limbah yang sudah tua.
Pada tahun 2016, sebuah lubang raksasa di Fukuoka menelan jalan lima jalur di Fukuoka, mengganggu listrik, air, dan transportasi. Tidak ada cedera serius yang dilaporkan.
Agustus lalu, pencarian seorang wanita yang menghilang ke dalam lubang pembuangan trotoar di pusat kota Kuala Lumpur dihentikan setelah seminggu.
Pihak berwenang menganggapnya "terlalu berisiko" untuk terus mengerahkan penyelam ke jaringan saluran pembuangan bawah tanah, yang memiliki arus kuat dan puing-puing keras.