sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kala Cak Imin tampil piawai dalam debat: Lontarkan serangan dengan guyon

"Cak Imin dan tim sepertinya melakukan evaluasi dengan baik terkait performanya pada debat cawapres sebelumnya."

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Selasa, 23 Jan 2024 22:22 WIB
Kala Cak Imin tampil piawai dalam debat: Lontarkan serangan dengan guyon

Calon wakil presiden (cawapres) nomor 1, Muhaimin Iskandar, dapat tampil apik dan trengginas pada debat keempat, Minggu (21/1) malam. Berbeda 180 derajat dalam kegiatan serupa sebelumnya.

Seperti pasangannya, Anies Baswedan, ia bahkan ofensif kepada pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sedari segmen pertama. Ini seperti beberapa diksi yang dilontarkannya ketika mengutarakan visi misi dan gagasan tentang pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, serta masyarakat adat dan desa.

Misalnya, ia membandingkan nasib sekitar 16 juta kepala keluarga (KK) petani gurem memiliki tanah 0,5 ha dengan Prabowo yang mempunyai lahan hingga 500.000 ha. Cak Imin, sapaannya, juga membahas program lumbung pangan (food estate) di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan wacana pembangunan tanggul laut raksasa (gian sea wall) di Pantai Utara Jawa yang dikerjakan Kementerian Pertahanan (Kemhan) pimpinan Prabowo.

"Food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat kita, menghasilkan konflik agraria, dan merusak lingkungan kita. Ini harus dihentikan," tegasnya.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga menyinggung soal etik, yang secara tersirat bertalian dengan sanksi kepada paman Gibran cuma bekas Ketua Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman. Anwar dicopot dari jabatannya karena terbukti melanggar kode etik berat dalam memproses hingga memutuskan uji materi menyangkut norma baru syarat calon presiden (capres)-cawapres.

"Kita harus sadar bahwa krisis iklim, kenyataan krisis iklim harus dimulai dengan etika. Sekali lagi, etika, etika lingkungan. Ini intinya adalah keseimbangan antara manusia dan alam," jelasnya.

"Akan tetapi, kita menyaksikan bahwa kita tidak seimbang dalam melaksanakan pembangunan kita. Kita melihat ada yang namanya krisis iklim tidak diatasi dengan serius. Bahkan, kita ditunjukkan anggaran mengatasi krisis iklim jauh di bawah anggaran sektor-sektor lainnya," sambung Cak Imin, sapaannya.

Serangan juga coba dilancarkan dalam sesi tanya jawab. Ia menanyakan tentang strategi yang akan dilakukan Prabowo-Gibran melakukan pembangunan berbasis bioregional sehingga keadilan iklim, sosial, ekologi, dan antargenerasi terwujud.

Sponsored

Sayangnya, bukannya langsung menjawab pertanyaan itu, Gibran justru menghabiskan 15 detik pertama untuk mencibir kubu Anies-Cak Imin yang memakai botol minum plastik. Berdasarkan klarifikasi timses nomor 1, botol minum plastik tersebut disediakan panitia.

Ia lalu menjawab pertanyaan dengan mendorong pembangunan tidak lagi dipusatkan di Pulau Jawa. Gibran lagi-lagi menyindir pasangan Amin lantaran menolak megaproyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, yang diklaimnya sebagai bentuk pembangunan berbasis Indonesiasentris.

"Tidak apa-apa. Akan kita (Prabowo-Gibran, red) lanjutkan dan akan kita perkuat IKN itu. Sekali lagi, yang namanya pembangunan yang masif harus memperhatikan aspek lingkungan sosial dan keberlanjutannya. Kita pastikan mencari titik tengah," sambungnya. 

Gibran juga mencontohkan hilirisasi industri sebagai pembangunan perbasis bioregional. "Tapi, harus memperhatikan lingkungan hidup, menggenjot produktivitas para petani, sektor maritim, tapi juga harus menjaga keseimbangan alam."

Gayung bersambut, kata berjawab. Bagi Cak Imin, uraian Gibran tersebut tidak selaras dengan substansi pertanyaannya. "Pertanyaan saya tidak terjawab sama sekali!"

"Di undang-undang kita juga dinyatakan bahwa potensi bioregional kita itu adalah bahwa wilayah nasional kita. Itu bukan terbagi bukan saja sekadar karena politik dan administrasi, tetapi ekosistem lingkungannya ada sekaligus juga komunitas masyarakat yang tumbuh juga menjadi pertimbangan," ulasnya. 

Serangan Gibran merendahkan

Upaya Gibran membangun serangan kepada para pesaingnya dengan gaya yang cenderung merendahkan terjadi berkali-kali. Seperti sebelumnya, Cak Imin terlihat tenang dan tidak terpancing. 

Misalnya, Gibran menyindir Cak Imin melihat catatan kecil yang dibawanya ketika menjawab pertanyaan panelis tentang krisis iklim terhadap produksi dan kualitas pangan. "Enak banget, ya, Gus, jawabnya sambil baca catatan."

Dalam momentum berikutnya, Cak Imin pun melancarkan balasan kepada Gibran, tetapi dengan guyonan sehingga tidak terkesan frontal. "Saya catat sedikit, yang penting ini bukan catatan Mahkamah Konstitusi," selorohnya.

Cak Imin juga dapat mematahkan argumen Gibran dengan tepat tentang reforma agraria melalui redistribusi lahan. Mulanya, Gibran menyampaikan, Program Pendaftaran Tanah Sertifikat Lengkap (PTSL) atau membagi-bagikan sertifikat tanah sebagai bagian reforma agraria. Namun, Cak Imin menganggap pernyataan itu sebagai hal keliru.

"Pak Gibran harus tahu persis, ya, bahwa redistribusi lahan ini bukan [atau] tidak sama dengan sertifikasi [lahan]. Pemerintah sebetulnya sudah memiliki Perpres 86 tahun 2018 (Perpres 62/2023, red) yang menentukan lokasi prioritas reformasi agraria," terangnya.

Gibran kembali menyerang dengan mempertanyakan sikap Anies-Cak Imin yang terkesan antinikel lantaran salah satu tim suksesnya, Tom Lembong, selalu mengagung-agungkan litium ferro-fosfat (LFP). Sialnya, Gibran justru diminta menjelaskan soal LFP lantaran hanya mengucapkan singkatannya tanpa memberikan konteks.

"Singkatan dan terminologi mohon dijelaskan!" kata moderator.

"Litium ferro-fosfat. Tadi sudah saya sudah jelaskan. Saya bilang, kan, litium ferro-fosfat. Itu sering digaungkan Pak Tom Lembong," balasnya.

Kemudian, ketika masuk gilirannya untuk menjawab, Cak Imin merespons dengan menyentil dibumbui guyon. "Tenang, Pak Gibran. Semua ada etikanya, termasuk kita diskusi di sini bukan tebak-tebakan definisi, tebak-tebakan singkatan. Kita levelnya adalah policy dan kebijakan," ujarnya.

"Prinsipnya sederhana, semua kembali kepada etika, Pak Gibran. Etika. Sekali lagi, etika. Etika itu adalah etika lingkungan. Apa pun yang menjadi kebijakan kita, menyangkut produksi pengambilan tambang sumber daya alam juga apa pun yang kita gunakan seluruh potensi bangsa ini rujukannya adalah etika lingkungan."

"Intinya, bukan hanya etika lingkungan, tetapi etika bahwa forum ini adalah forum policy yang berharga. Jangan kalau kita tebak-tebakkan definisi di sini, saya ragu kita ini levelnya SD, SMP, atau jangan-jangan ijazah kita palsu semua di sini. Ini yang mengagetkan. Jadi, kalau tebak-tebakan, ya, bukan di sini levelnya. di sini adalah kebijakan kita untuk memimpin negara."

Gibran tampak tidak senang atas jawaban Cak Imin. Lagi-lagi dengan cara yang merendahkan. Pangkalnya, ia menganggap tanggapan itu agak aneh lantaran timsesnya kerap membahas LFP, sedangkan caawapresnya tidak paham.

Gibran juga sempat menganggap pernyataan Tom Lembong tidak menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listriknya sebagai kebohongan publik. Faktanya, merujuk EE Power, beberapa produsen kendaraan listrik dunia telah beralih ke baterai LFP dari berbasis nikel (nikel kobalt mangan/NCM) untuk beberapa model kendaraan listriknya, seperti Tesla Model 3 Standard Range Plus dan Model Y Standard Range.

"Saya enggak tahu, ya, Pak Tom Lembong dan timsesnya sering enggak diskusi dengan cawapresnya. Masa cawapresnya enggak paham? Aneh, lo!" ucapnya.

Cak Imin kembali membalas Gibran dengan tenang. Ia menyampaikan, sepakat bahwa potensi SDA harus terus dipromosikan, tetapi "gara-gara kita mengeksplorasi nikel ugal-ugalan, lalu hilirisasi tanpa mempertimbangkan ekologi, mempertimbangkan sosialnya, buruh kita diabaikan."

Konsisten usung perubahan

Terpisah, pengamat komunikasi politik Universitas Telkom, Catur Nugroho, mengakui bahwa penampilan Cak Imin pada debat kedua cawapres mengalami perubahan signifikan. Apalagi, paparan dan artikulasinya selaras dengan tema (to the point) dan dimanfaatkan dengan baik untuk menyerang Prabowo-Gibran.

"Menurut saya, hal ini dilakukan Cak Imin dan tim untuk memperlihatkan konsistensi paslon ini dalam mengusung isu perubahan. Dengan langsung 'gas pol' di depan menyinggung 4 isu utama tersebut, Cak Imin mencoba untuk menyerang paslon 02 dengan program-programnya yang dianggap gagal. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan publik bahwa terkait masalah pertanian dan pangan, Prabowo dan Jokowi tidak mampu mewujudkan program-programnya," urainya kepada Alinea.id.

Menurutnya, Cak Imin juga beberapa kali menyerang Prabowo-Gibran dengan intensnya mengucapkan "etika". Baginya, pernyataan itu bentuk nyata "perlawanan" sekaligus harapan meraih simpati publik sebagai pasangan yang berani melawan kekuasaan yang dianggap tidak adil dan tidak beretika.

"Cak Imin dan tim sepertinya melakukan evaluasi dengan baik terkait performanya pada debat cawapres sebelumnya. Sehingga, di debat malam ini mampu tampil lebih baik dan tenang," ulasnya.

Pembahasan food estate yang dikritisi Cak Imin dan cawapres nomor 3, Mahfud MD, juga menjadi catatan catur. Direktur Data Politik Indonesia ini, wajar apabila keduanya menyerang program tersebut lantaran dinilai gagal sebagian kalangan dan merugikan Prabowo-Gibran.

Sayangnya, Gibran tidak mampu memberikan penjelasan yang baik tentang food estate lantaran tanpa ditunjang data dan fakta yang kuat. Pernyataannya bahwa program di Gunung Mas berhasil justru keliru karena yang ditanam Kemhan adalah singkong, sedangkan jagung yang dipanen dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan).

"Tim paslon 02 tidak siap dengan data-data," tegasnya. Karenanya, Gibran mencoba menggiring isu terkait tema debat dengan membahas zero carbon.

Gibran overconfidence

Di sisi lain, Catur berpandangan, Gibran terlalu percaya diri (overconfidence) mampu membantu Prabowo meraih suara dari kelompok milenial maupun gen Z karena menganggap dirinya sebagai perwakilan anak muda di dunia politik. Apalagi, didukung ayahnya yang seorang presiden. Kedua hal tersebut membuatnya terkesan sombong dalam debat kedua cawapres.

"Selain itu, juga faktor pengalaman di dunia politik dan pemerintahan yang masih seumur jagung, menurut saya, menjadikan Gibran temperamen dan mudah terprovokasi ketika dihadapkan pada lawan debat yang menyerang dirinya atau pasangannya," katanya.

Catur lantas menyinggung pernyataan Gibran saat hendak mendaftar sebagai kandidat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, 25 Oktober 2023. Kala itu, Gibran menyampaikan, "Tenang saja, Pak Prabowo, saya sudah ada di sini."

Menurutnya, ucapan tersebut menunjukkan arogansi dan kesombongan seseorang yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup untuk maju dalam kontestasi politik nasional.

"Selain terlalu percaya diri, Gibran juga merasa sudah menang sebelum bertanding karena dukungan parpol-parpol besar di belakangnya, dan tentu saja dukungan dana dari 'sponsor' yang sangat besar," sambungnya.

"Kalau istilah orang Jawa, 'adigang adigung adiguna' atau orang yang merasa memiliki kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian sehingga membuatnya menjadi sombong dan angkuh. Padahal, sebagai orang Jawa, seharusnya Gibran mampu menerapkan prinsip andhap asor atau rendah hati dengan segala yang dimilikinya," bebernya

Dalam kacamatanya, perangai Gibran tersebut berbahaya ke depannya, terutama jika ia berhasil memenangi pilpres dan memiliki kewenangan yang besar. Sebab, tidak bisa bersikap rendah hati dan justru meremehkan rakyat kecil dan cenderung bertindak sewenang-wenang.

Catur menenggarai ini terjadi karena ada pengaruh Prabowo yang memiliki sifat serupa: kurang mementingkan etika. Alasannya, rekam jejak seseorang adalah representasi ideologi, sikap, dan kepentingan.

"Ketika rekam jejaknya tidak berpihak terhadap demokrasi karena menggunakan cara-cara represif untuk mengatasi kritik dan perbedaan pendapat, maka apa yang bisa kita harapkan ketika orang seperti itu memegang kekuasaan yang super?" tanya dia. "Kekuasaan presiden di Indonesia itu super besar, sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala Negara dengan hak-hak istimewa yang sangat luar biasa."

Kendati demikian, Catur menilai, sebaiknya para kandidat tidak terlalu ofensif menyerang para lawan-lawan politiknya sebab bisa menjadi bumerang. Pangkalnya, masyarakat Indonesia tidak terbiasa dengan debat yang terlalu vulgar dan cenderung menyerang pribadi.

"Berbeda dengan publik Amerika, misalnya, yang sudah terbiasa dengan debat-debat politik yang lugas dan vulgar. Dengan serangan yang vulgar terhadap paslon lain, justru dapat menimbulkan isu negatif sebagai orang yang kurang beretika karena dianggap membuka aib orang lain di muka publik, yang bisa berakibat pada ketidaksukaan masyarakat pada pihak yang terlalu menyerang," tandasnya.

Berita Lainnya
×
tekid