sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Capres atau cawapres, seberapa layak Kang Emil? 

Elektabilitas Ridwan Kamil sebagai calon presiden dan calon wakil presiden terus melesat.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Selasa, 03 Jan 2023 13:50 WIB
Capres atau cawapres, seberapa layak Kang Emil? 

Perlahan tapi pasti, elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) terus naik. Survei teranyar yang dirilis Charta Politica, pertengahan Desember lalu, menunjukkan pria yang juga akrab disapa Kang Emil itu meraup elektabilitas 5,8%. Dalam sigi itu, RK menjadi tokoh dengan elektabilitas tertinggi keempat, di bawah Ganjar Pranowo (31,7%), Anies Baswedan (23,9%), dan Prabowo Subianto (23%).

Namun demikian, RK melambung menjadi cawapres terfavorit pilihan responden. Elektabilitas mencapai (21,4%). Ia mengalahkan Sandiaga Uno (17,6%) dan Agus Harimurti Yudhoyono (10,3%). Dalam survei serupa yang digelar Charta Politica, Juli lalu, Sandiaga masih jadi cawapres terfavorit pilihan publik. 

"Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno menjadi pilihan tertinggi responden, diikuti oleh Agus Yudhoyono, Erick Thohir, dan Khofifah Indar Parawansa. Nama-nama lainnya masih berada di bawah 5 persen," tulis Charta Politika dalam siaran pers yang diterima Alinea.id.

Survei tersebut digelar pada 8-16 Desember 2022 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Sebanyak 1.220 responden di 34 provinsi jadi sampel survei. Batas galat 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95%. 

Lonjakan elektabilitas RK juga direkam survei Litbang Kompas yang dirilis Oktober lalu. Di papan survei, RK meraup elektabilitas hingga 8,5%. Dalam sigi serupa yang digelar Juni lalu, elektabilitas RK hanya berada di angka 3,4%. 

Sebagaimana hasil survei Charta Politica, RK menempati posisi keempat tokoh dengan elektabilitas tertinggi untuk kandidat presiden. Posisi tiga besar masih dikuasai Ganjar (23,2%), Prabowo (17,6%), dan Anies (16,5%). 

Pada survei teranyarnya yang dirilis Desember lalu, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan RK punya tingkat keterpilihan hingga 6%. Peneliti senior SMRC Saidiman Ahmad menyebut RK potensial membayangi calon-calon lainnya sebagai capres. 

"RK cukup tinggi elektabilitasnya. Urutan keempat setelah Ganjar, Anies, dan Prabowo. Faktor utamanya karena dia sangat populer di Jawa Barat, provinsi dengan penduduk terbanyak," kata Saidiman kepada Alinea.id, Senin (26/12).

Sponsored

Menurut Saidiman, tren kenaikan elektabilitas RK terekam sejak semester kedua pada 2022. Kenaikan itu antara lain didorong tingginya kepuasan publik di Jabar terhadap kinerja RK sebagai gubernur. 

"Sebenarnya sejak awal dia punya modal sebagai kepala daerah yang sukses. Ada kecenderungan publik memberi tempat pada kepala daerah yang dinilai sukses. RK salah satunya," kata Saidiman.

Pada survei yang dirilis pada Februari 2022, SMRC merekam sebanyak 77% warga Jabar mengaku puas dengan kinerja RK. Hanya 19% responden yang mengaku kurang puas dan tidak puas. Kepuasan terhadap RK di Jabar jauh melampaui kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo yang hanya sekitar 64%. 

Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Idil Akbar mengakui RK memang sangat populer di Jabar. Namun, elektabilitasnya sebagai capres masih kalah dengan Prabowo. 

"Nama RK memang diperhitungkan kalau di Jabar. Tetapi, ini tentu tidak cukup dalam konteks nasional. Jadi, enggak bisa kita anggap popularitas di Jabar sesuai dengan konteks nasional," kata Idil kepada Alinea.id, Selasa (27/12).

Bersama Indonesian Politics Research & Consulting, Desember lalu, Idil menggelar survei untuk merekam elektabilitas para kandidat di mata publik Jabar. Dalam simulasi terbuka, Prabowo menduduki peringkat pertama dengan raihan elektabilitas 26%, diikuti Anies 25,6%, RK (16%), dan Ganjar 11,2% 

Meski begitu, RK dianggap publik Jabar sebagai cawapres terbaik. Pada survei IPRC Jabar, elektabilitas RK sebagai cawapres mencapai angka 19,6%. RK mengungguli Anies (15,0%), Ganjar (10,5%), dan Prabowo (9,3%).

Pada Pemilu 2019, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat 33,2 juta pemilih di Jabar. Meskipun konstituennya cukup besar dan tingkat kepuasan publik terhadap RK tinggi, namun itu belum cukup untuk jadi modal bersaing jadi capres. RK, kata Idil, harus kerja lebih keras untuk mendongkrak elektabilitas. 

"Masih perlu effort yang besar untuk bertarung di tingkat nasional supaya melebihi atau lebih unggul ketimbang calon-calon lain. Lebih menjanjikan menjadi gubernur lagi untuk di Jawa Barat atau kalau dia mau, bisa dibawa ke Jakarta," kata Idil.

 Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunjukkan tanda suntik vaksin di Puskesmas Garuda, Kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/8). /Foto Antara

Kinerja RK di Jabar

RK resmi memimpin Jabar sejak 5 September 2018. Didampingi Uu Ruzhanul Ulum, RK mengusung visi-misi bertajuk "Jabar Juara Lahir dan Batin". Dalam 100 hari kerja, RK merilis belasan program baru, di antaranya Jabar Quick Response, Jabar Saber Hoaks, Desa Digital, dan Petani Milenial.

Sejumlah program yang digagas RK menuai hasil positif. Program-program yang dirilis untuk membangun desa, misalnya, sukses mengenyahkan desa tertinggal di Jabar. Pada 2022, Jabar tak punya lagi desa yang berstatus tertinggal dan sangat tertinggal. Sebelum RK memimpin, ada ribuan desa tertinggal di Jabar. 

Awal Januari, RK mengatakan Jabar tak akan lagi merilis program baru. Ia mengklaim puluhan program inovatif yang di Jabar sudah cukup. Buktinya ialah sekitar 451 penghargaan yang diterima Jabar selama RK menjabat.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menilai kinerja RK masih tergolong biasa saja. Ia membandingkan kinerja RK dengan gubernur-gubernur yang juga digadang-gadang bakal nyapres pada 2024. 

"Kinerjanya masih relatif sama, dari sisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraannya. Saya melihat kemacetan masih parah, bencana banjir juga masih terjadi di beberapa spot Jawa barat. Artinya, tata kota masih menjadi pekerjaan rumah Pemda Jabar," ucap Esther kepada Alinea.id, Senin (26/12).

Pada 2022, Bank Indonesia (BI) mencatat perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2022 tumbuh positif sebesar 5,68% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2022 yang tumbuh sebesar 5,61% (yoy). Meski begitu, tingkat inflasi di Jabar tergolong masih tinggi. Pada triwulan II 2022, inflasi bahkan sempat menyentuh 4,41% (yoy). Itu tertinggi dalam 3 tahun terakhir dan berada di atas rentang target nasional (3±1%). 

Jika dibandingkan dengan DKI Jakarta dan Jateng, raihan itu memang tak spesial. Pada triwulan III tahun 2022, perekonomian DKI tumbuh positif sebesar 5,94% dibandingkan triwulan III tahun 2021. Serupa, perekonomian Jateng tercatat tumbuh 5,28% (YoY) pada kuartal III 2022.

Esther memandang RK masih punya banyak peluang untuk mendongkrak capaian di bidang ekonomi. Menurut dia, Jabar punya banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang potensial didorong go internasional. 

"Kalau dikelola serius, ke depannya, Jawa barat masih bisa berkembang. Apalagi, sekarang ada Bandara Kertajati dengan konsep aerocity (kota bandara). Sekarang ini, masih belum signifikan UMKM yang bisa mengekspor," jelas Esther.

Pada upaya mengentaskan kemiskinan, kinerja RK juga kurang ciamik. Data BPS Jabar menunjukkan jumlah orang miskin terus bertambah pada era RK. Pada 2019, jumlah orang miskin di Jabar sebanyak 6,91% jika dari total populasi. Setahun berselang, jumlahnya naik menjadi 7,88%. Pada 2021, tercatat ada sekitar 8,4% jumlah orang miskin di Jabar. 

Jika dibandingkan dengan era Ahmad Heryawan (Aher) tiga tahun sebelumnya, kinerja RK di bidang itu tergolong "redup". Pada periode 2016-2018, Gubernur Jabar pendahulu RK itu sukses menurunkan jumlah orang miskin dari 8,95% menjadi 8,71%, dan 7,45%. 

Meskipun saat ini musim kampanye, Esther mengingatkan agar RK tak lupa pada tugas utamanya sebagai kepala daerah. Ia berharap RK tak tergiur untuk mengorbankan program-program Jabar yang sudah terbukti sukses dengan merilis kebijakan-kebijakan populis yang tujuannya semata untuk mengerek elektabilitas. 

"Sebaiknya (Ridwan Kamil) kebijakannya lebih progresif dan bukan hanya kebijakan yang populis seperti bagi-bagi sembako saja yang kemudian di-upload di sosmed. Tetapi, lebih ke kebijakan yang punya dampak jangka panjang," kata Esther.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama istri menunjukkan surat pencoblosan pada Pilgub Jabar 2018. /Foto Antara

Bangun kawasan selatan

Pengamat kebijakan publik Universitas Padjadjaran (Unpad) Yogi Suprayogi Sugandi tidak sependapat jika RK disebut miskin capaian. Menurut Yogi, RK justru terbukti sangat berhasil memajukan Jabar dalam berbagai aspek. 

Ia mencontohkan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) di Jabar. Pada masa RK, IPM Jabar terus meningkat. Pada 2021, IPM Jabar naik sekitar 0,50% dari 72,09 menjadi 72,45. Pada 2019, IPM Jabar tercatat 72,03. 

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran. Pada 2021, misalnya, RK sukses mendongkrak peluang rata-rata anak usia 7 tahun untuk mengenyam pendidikan di masa, dari bersekolah hingga 12,50 tahun menjadi 12,61 tahun. 

Selain IPM, Yogi juga menyoroti kinerja RK membangun kawasan selatan Jabar, semisal Tasikmalaya, Cianjur, dan Garut. Menurut dia, RK terbilang berhasil menggenjot gerak pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut. 

"Masalah selatan yang menjadi isu nasional sebenarnya. Tapi, kalau kita lihat pembangunan infrastruktur di Jawa Barat bagian selatan itu, banntuan dari pemerintah pusat itu enggak terlalu banyak," kata Yogi kepada Alinea.id, Selasa (27/12).

Pembangunan infrastruktur paling kentara di selatan, kata Yogi, ialah sekolah dan rumah sakit. Selama Covid-19, RK membangun banyak rumah sakit di selatan Jabar. 

"Investasi di bidang kesehatan Kang Emil itu bagus. Dulu, kesehatan menjadi isu yang sangat tajam banget di Jawa Barat. Jadi, ada hikmahnya Covid-19," tutur dia. 

Infografik Alinea.id/Aisya Kurnia

Meskipun dekat dengan ibu kota, sepengamatan Yogi, Jabar jarang diperhatikan pemerintah pusat. Menurut dia, pembangunan infrastruktur di Jabar masih kalah masif jika dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

"Dengan penduduk 50 juta, jumlah kabupaten-kota di Jawa Barat itu ada sekitar 27. Jawa Timur dengan penduduk sekitar 42 jutaan itu sekitar 32. Ini yang menjadi kurang bagus. Jadi, itu bukan hanya daerah tapi di nasional dalam membuat kapasitas infrastruktur," kata Yogi.

Diakui Yogi, Jabar bukannya tanpa masalah. Hingga kini, Jabar tercatat sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi ke angka nasional. "Tapi, persentasenya sebenarnya cukup kecil karena penduduknya terlalu banyak," kata Yogi.

Mengacu pada data BPS Agustus 2022, setidaknya ada sebanyak 2,13 juta jiwa warga di Jawa Barat dinyatakan menganggur. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jabar mencapai 8,31%. TPT Jabar jauh lebih besar jika dibandingkan angka nasional, yakni sebesar 5,86%. 

Secara umum, menurut Yogi, RK tergolong sukses merealisasikan janji-janji politiknya semasa kampanye. Satu-satunya yang masih mendapat rapor merah ialah program melahirkan petani-petani muda di daerah lumbung pangan di Jawa Barat. Hingga kini, nasib dan arah program itu masih belum jelas. 

"Kalau dinilai 1-10, saya kasih nilai 9,8. Ada satu janji yang saya sejauh ini belum terjangkau, yaitu soal petani muda. Tren generasi Y dan Z yang milenial seperti itu sudah enggak mau jadi petani. Nah, ini harus menjadi tanggung jawab nasional karena bukan hanya Jawa Barat saja. Itu satu hal yang belum tercover," kata Yogi.
 

Berita Lainnya
×
tekid