sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Makna tersembunyi di balik pengumuman menteri Jokowi

Jokowi ingin memperlihatkan dirinya bukan presiden boneka dengan pengenalan nama-nama menteri secara langsung.

Sukirno
Sukirno Kamis, 24 Okt 2019 01:24 WIB
Makna tersembunyi di balik pengumuman menteri Jokowi

Peneliti sosok Joko Widodo (Jokowi), Andi Zulkarnain mengatakan sejumlah makna yang ia tangkap dari pengumuman Kabinet Indonesia Maju di tangga Istana Negara, Jakarta, Rabu.

Pertama, ia menangkap makna Jokowi ingin memperlihatkan dirinya bukan presiden boneka dengan pengenalan nama-nama menteri secara langsung.

"Jokowi ingin memperlihatkan kepada publik bahwa ia adalah The Real President, bukan presiden boneka. Jokowi adalah pemimpin negara dalam sistem presidensiil," ujar Zulkarnain di Jakarta, Rabu (23/10). 

Jokowi dalam salah satu pesannya kepada para menteri mengatakan bahwa tidak ada visi selain visi Presiden. Maknanya, kata Zulkarnain bahwa semua menteri yang terpilih, baik berlatar partai maupun yang lain, sejatinya hanya pembantu presiden yang ditugaskan mengimplementasikan janji-janji presiden.

Hal menarik lain, yang dicermati oleh peneliti Jokowi itu adalah pengenalan menteri kepada publik dengan baju putih. "Itu sebagai simbol bahwa Jokowi mencari pekerja, bukan sekadar jago konsep apalagi ABS (Asal Bapak Senang)," ujar Zulkarnain.

Selain itu, pengenalan menteri dengan cara duduk di tangga istana juga sebagai pesan kepada para menteri agar meninggalkan kultur priayi dalam birokrasi, sebab Jokowi ingin mereka memimpin dengan melayani di kementerian masing-masing.

"Pejabat digaji rakyat, maka dia harus menjadi sebaik-baiknya pelayan rakyat. Jokowi dan Iriana (istri Jokowi) telah membangun style baru dalam dunia politik negeri. Ia hidup sederhana. Meskipun sebagai RI 1 dan ibu negara," kata Zulkarnain pula.

Namun, Zulkarnain juga mengingatkan Presiden Jokowi untuk mewaspadai "kutukan periode kedua" (the curse of second period).

Sponsored

Kutukan itu merupakan suatu kondisi di mana kinerja pemerintahan berkurang, perhatian pada derita rakyat memudar, serangan oposisi semakin keras sebagai modal untuk kampanye, dan politik pemerintahan sekadar rutinitas sebab sudah tak ada lagi pemilu yang perlu dimenangkan.

Selanjutnya, Zulkarnain mengingatkan bahwa Indonesia memiliki persoalan yang belum selesai pada periode pertama Pemerintahan Jokowi.

"Seperti kasus pelanggaran HAM, gerakan antikorupsi, dan pemerataan pembangunan harus dituntaskan Jokowi pada periode pemerintahan mendatang," kata dia lagi.

Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Ketua MPR Bambang Soesatyo (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai upacara pelantikan presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 di Gedung Nusantara, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10). / Antara Foto

Regenerasi

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai komposisi Kabinet Indonesia Maju menunjukan semangat memperkokoh persatuan dan terpilihnya sejumlah orang muda, merefleksikan regenerasi kepemimpinan agar Indonesia mampu menanggapi perubahan zaman.

"Saya memberi apresiasi yang tinggi pada kearifan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Maruf Amin dalam membentuk formasi Kabinet Indonesia Maju yang dilantik di Istana hari ini. Tentu saja saya dan masyarakat pada umumnya berharap kabinet baru ini lebih produktif," kata Bamsoet pada kesempatan terpisah.

Menurut dia, sosok menteri pilihan Jokowi dalam kabinet memang belum tentu bisa memuaskan semua pihak. Namun, dengan mata hati dan pikiran yang jernih, bisa melihat dan memahami bahwa Presiden Jokowi sangat mengutamakan kerja merawat kebinekaan dan memperkukuh persatuan.

Ia menilai kesediaan Prabowo Subianto sebagai mantan rival dalam pemilihan presiden menerima ajakan Presiden Jokowi untuk menjadi anggota kabinet merefleksikan semangat kedua tokoh memperkukuh persatuan.

"Kearifan Jokowi-Prabowo ini diharapkan berdampak positif bagi kehidupan berbangsa. Tidak boleh lagi ada pengotak-kotakan masyarakat akibat perbedaan," ujarnya.

Politikus Partai Golkar itu mengatakan bahwa Jokowi-Ma'ruf dan partai koalisi pendukungnya juga bijaksana karena tidak mempraktikan prinsip the winner takes all.

Hal itu, menurut dia, karena jatah jabatan menteri untuk partai politik pendukung pasangan Jokowi-Maruf benar-benar dibatasi dan sejumlah pos kementerian pun dipercayakan kepada para profesional.

"Melalui kabinet baru ini, duet pemimpin Jokowi-Ma'ruf juga mempersiapkan regenerasi kepemimpinan. Kesan ini setidaknya bisa dibaca dari penunjukan orang-orang muda, seperti Bahlil Lahadalia, Nadiem Makarim, Erick Thohir, dan Wishnutama untuk menerima jabatan menteri atau setingkat menteri," katanya.

Selain itu, dia berharap para menteri yang baru dilantik, fokus dan produktif pada bidang tugasnya masing-masing. (Ant)

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Seusai melantik menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju, Rabu ini, saya kembali bekerja sebagaimana lima tahun kemarin. Para menteri kabinet juga langsung bekerja. Kepada mereka saya tidak memberi target 100 hari, karena Kabinet Indonesia Maju melanjutkan pekerjaan kabinet sebelumnya. Meski, tetap ada beberapa hal yang dikejar oleh pemerintah dalam lima tahun ke depan, yaitu menyelesaikan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan, juga membuka lapangan pekerjaan dengan menarik investasi sebanyak-banyaknya. Selanjutnya, saya ingin agar reformasi birokrasi dilakukan secara konkret dengan menyederhanakan hal-hal yang ruwet dan ribet. Dan, tentu saja prioritas utama kita lima tahun ke depan adalah pembangunan sumber daya manusia.

Sebuah kiriman dibagikan oleh Joko Widodo (@jokowi) pada

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid