sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mampukah Prabowo merawat elektabilitas hingga puncak Pilpres 2024? 

Apa saja yang harus dilakukan Prabowo dan tim suksesnya untuk menyalip elektabilitas Ganjar di papan survei?

Akbar Ridwan
Akbar Ridwan Jumat, 19 Mei 2023 06:30 WIB
Mampukah Prabowo merawat elektabilitas hingga puncak Pilpres 2024? 

Elektabilitas bakal calon presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto mendadak moncer di papan survei yang dirilis sejumlah lembaga survei pada April lalu. Hasil jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI), misalnya, menempatkan Prabowo sebagai kandidat presiden dengan elektabilitas tertinggi.

Dari simulasi tertutup 10 nama, sigi LSI menemukan Prabowo dipilih 28,3% responden. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sebelumnya selalu mengungguli Prabowo berada di peringkat kedua dengan elektabilitas 27,3%. Anies Baswedan, capres yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan, meraup sebanyak 21%.

“Kalau kita lihat trennya, Ganjar cenderung melemah selama tiga sampai empat bulan terakhir. Sementara itu, Prabowo menguat,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam memaparkan hasil survei secara daring, Rabu (3/5).

Survei LSI digelar pada 12-17 April 2023 atau sebelum Ganjar diumumkan sebagai bakal capres oleh PDI-Perjuangan. Pada masa itu, Ganjar sedang terbelit polemik Piala Dunia U-20. Ganjar dihujat netizen karena menolak kehadiran timnas Israel di ajang tersebut yang berbuntut pencabutan status Indonesia sebagai tuan rumah oleh FIFA. 

Survei Poltracking Indonesia yang digelar pada 9-15 April 2023 menemukan hal serupa. Prabowo menempati peringkat satu dengan tingkat keterpilihan sebesar 28,8%. Ganjar memperoleh 27,5%, sedangkan Anies elektabilitasnya sebesar 19,3%. 

“Terpaut tipis antara Prabowo dengan Ganjar, masih dalam margin of error,” ucap Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda kepada pewarta, Jumat (28/4).

Hasil sigi Indikator Politik Indonesia pada 8-13 April 2023, menempatkan Prabowo dalam peringkat pertama dalam simulasi 19 nama. Ketum Gerindra itu meraup elektabilitas sebesar 22,2%, diekor Ganjar (19,8%) dan Anies (15,9%). 

Namun, situasinya berubah setelah Ganjar resmi diusung PDI-Perjuangan jadi capres pada 21 April lalu. Itu setidaknya terbaca dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang digelar pada 30 April-7 Mei 2023. 

Sponsored

Dalam sigi SMRC, Ganjar dipilih 38,2% responden, sedangkan elektabilitas Prabowo sebesar 32,1%. Anies meraup 19,7%. Menurut Direktur Riset SMRC Deni Irvani, dukungan terhadap Ganjar menguat sekitar 6% pada periode April-Mei. 

Pada sigi sebelumnya, Ganjar hanya mengantongi elektabilitas sebesar 33,2%. Prabowo meraup 31,5% dan Anies mendapat 24,2%. “Ganjar terlihat menarik suara Anies dan yang belum memutuskan dalam sebulan terakhir,” kata Deni.

Sigi SMRC teranyar juga merekam head to head Prabowo vs Ganjar. Dalam simulasi dua nama, Prabowo ternyata hanya terpaut 0,3%. Ganjar mendapatkan dukungan 42,2% responden, sedangkan Prabowo dipilih 41,9% responden. 

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyapa warga di sela-sela kunjungannya di Yogyakarta, Mei 2023. /Foto Instagram @prabowo

Faktor kinerja

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menganggap wajar persaingan ketat antara Prabowo dan Ganjar di papan survei. Khusus untuk Prabowo, dia menyarankan dua hal untuk merawat dan mendongkrak elektabilitas. 

Pertama, mengonsolidasi kekuatan politik lewat lobi-lobi kepada para elite parpol. Sejauh ini, Gerindra baru berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kedua, Prabowo harus terus melakukan kerja-kerja kerakyatan.

“Hadir di tengah-tengah kesulitan rakyat itu penting bagi Pak Prabowo. Mendekati semua komunitas, mendekati semua komponen bangsa,” kata Ujang kepada Alinea.id, Selasa (16/5).

Menurut Ujang, naiknya elektabilitas Prabowo tak terlepas dari kinerjanya sebagai Menteri Pertahanan. Ia meyakini elektabilitas Prabowo bisa terus melesat jika kinerjanya sebagai pejabat publik diapresiasi masyarakat. 

“Itu yang harus dijawab oleh Pak Prabowo. Karena ketika masyarakat sudah dibantu oleh Pak Prabowo, merasa dekat dengan Pak Prabowo, maka nanti elektabilitasnya akan naik sendiri,” jelas Ujang.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan naiknya elektabilitas Prabowo juga merupakan buah dari kerja keras kader-kader dan maksimalnya gerak mesin partai. “Survei internal maupun eksternal, memang tren Pak Prabowo terus naik,” ucap Habiburokhman kepada Alinea.id, Senin (15/5).

Habiburokhman sepakat kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan juga turut membantu mendongkrak elektabilitas sang ketum. Ia optimistis elektabilitas Prabowo bisa terus dikerek naik. 

“Kan yang paling penting... Satu, mesin partai. Dalam hal ini, para legislator kami bekerja maksimal di bidang masing-masing. Juga Pak Prabowo memaksimalkan kinerjanya di Kemenhan. Itu saja,” ujar anggota Komisi III DPR itu. 

Ketua DPD Gerindra Sulawesi Selatan Andi Iwan Darmawan Aras mengatakan kader Gerindra tidak akan hanyut dalam euforia. Ia menegaskan kader-kader di akar rumput akan terus bekerja untuk mempromosikan Prabowo sebagai capres. 

“Kami jadikan itu sebagai motivasi untuk bekerja lebih keras lagi. Dan, semoga hasil kerja-kerja kami ini juga terus meningkatkan elektoral Pak Prabowo sampai masa pemilihan presiden di 2024 nanti,” katanya kepada Alinea.id, Selasa (16/5).

Andi memaparkan setidaknya dua strategi untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo di Sulawesi Selatan. Pertama, memaksimalkan peran infrastuktur partai hingga ke tingkat terbawah. Kedua, mewajibkan para caleg Gerindra all out mempromosikan Prabowo sebagai capres. 

"Syarat utama menjadi caleg Partai Gerindra itu adalah memenangkan Pak Prabowo sebagai presiden 2024 dan juga memenangkan Partai Gerindra. Jadi, tidak semata-mata kepentingan personal kader-kader sebagai caleg, tetapi betul-betul kewajiban pertama itu adalah memenangkan Pak Prabowo,” kata dia. 

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) berfoto bersama para ketum parpol usai acara halal bihalal di Istana Presiden, Jakarta, Mei 2023. /Foto Instagram @prabowo

Kian kompetitif 

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam berpendapat Prabowo kian kompetitif sebagai capres. Tak hanya punya elektabilitas tinggi, Prabowo juga disebut punya mesin politik yang mumpuni.

“Misal, kita mencermati dinamika yang ada di Golkar, PKB. Dan seperti PAN itu masih wait and see untuk melihat peluang mana yang sekiranya memungkinkan bagi mereka untuk bergabung. Nah, di level itu, maka Pak Prabowo cukup kompetitif,” kata Umam kepada Alinea.id, Selasa (16/5).

Modal Prabowo, imbuh Umam, juga kian tebal seiring dirilisnya hasil Musyawarah Rakyat (Musra) relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam rekapitulasi Musra, Prabowo memperoleh 20,6% suara, Ganjar 19,95%, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto 12,15%.

"Ini mengindikasikan, bahwa sel-sel politik pendukung pencapresan Pak Prabowo semakin kuat. Jadi, tergantung Prabowo, apakah betul-betul ingin memanfaatkan situasi yang semakin terkonsolidasi dengan baik ini atau tidak,” jelas Umam.

Berbasis hasil Pilpres 2014 dan 2019, Umam menyarankan agar Prabowo memperkuat basis pemilihnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa Tengah hinggi kini merupakan kantong suara utama PDI-P, sedangkan Jawa Timur kerap dianggap sebagai arena pertarungan kekuatan suara nasional dan kelompok Islam.

“Perlu dihindari jangan membuat statement atau sikap yang berpotensi untuk menurunkan elektabilitas dan kepercayaan publik yang terkonsolidasi kepada Pak Prabowo, terutama di segmen kelompok Jawa, khususnya lagi segmen kelompok muslim atau Islam moderat di wilayah Jawa,” kata dia.

Infografik Alinea.id/Aisya Kurnia

Lebih jauh, Umam mengatakan Prabowo juga punya tantangan berat untuk meyakinkan kaum Nahdliyin supaya mendukung dia sebagai capres. Meskipun berkoalisi dengan PKB yang notabene berafiliasi politik dengan NU, menurut Umam, tidak semua kiai dan para santri dari kelompok Nahdliyin bisa langsung menerima Prabowo. 

Itu karena memori Pilpres 2014 dan 2019 masih melekat di benak kaum Nahdliyin. Ketika itu, Prabowo dekat dengan kalangan Islam konservatif. Pada 2019, ia bahkan terang-terangan didukung oleh Front Pembela Islam dan Persaudaraan Alumni 212. FPI saat ini telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang. 

“Jadi, itu tantangan yang perlu diselesaikan oleh Pak Prabowo, yaitu meyakinkan kelompok Nahdliyin, terutama segmen pemilih muslim moderat, untuk bisa menerima secara terbuka pilihan-pilihan politiknya yang memang berbeda drastis antara di 2019 dan saat ini di 2024,” jelas Umam.

Sikap politik Prabowo, kata Umam, bukannya tanpa konsekuensi. Jika salah langkah, Prabowo disebut bisa dianggap sebagai politikus pragmatis oleh kaum Nahdliyin. “Itu semua bergantung pada kemampuan dia (Prabowo) untuk meyakinkan kekuatan politik itu (Nahdliyin),” ucap Umam.

Berita Lainnya
×
tekid