sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pilpres 2024 diyakini 2 putaran, kubu Anies dan Ganjar siap berkoalisi?

Berdasarkan survei Indikator dan Polling Institute, Prabowo-Gibran konsisten unggul sejak Oktober 2023.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Rabu, 27 Des 2023 16:50 WIB
Pilpres 2024 diyakini 2 putaran, kubu Anies dan Ganjar siap berkoalisi?

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diprediksi berlangsung dua putaran karena tidak ada satu pun kandidat yang meraih 50% plus 1 suara. Berdasarkan hasil survei teranyar sejumlah lembaga pascadebat, pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, teratas, sedangkan dua lainnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Amin dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, saling berebut posisi kedua dengan selisih margin tipis.

Dalam riset Indikator Politik Indonesia periode 23-24 Desember 2023, misalnya, Prabowo-Gibran meraih 46,7%, disusul Ganjar-Mahfud 24,5%, dan Anies-Muhaimin 21%. Responden yang menjawab tidak tahu/tidak jawab 7,8%. Adapun penelitian Polling Institute pada 15-19 Desember 2023 menyebutkan, Prabowo-Gibran unggul dengan 46,1%, lalu Amin 22,6%, dan Ganjar-Mahfud 20,5%. Sebanyak 10,8% lainnya menjawab tidak tahu.

Survei Indikator melibatkan 265 responden dengan metode random digit dialing (RDD) dan 952 responden secara double sampling (DS), sedangkan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sementara itu, Polling Institute menggandeng 322 responden yang dipilih dengan metode RDD dan 908 responden secara DS, lalu margin of error sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.

"Per hari ini, saya masih cenderung [meyakini] dua putaran. Itu masih sangat mungkin," kata peneliti Polling Institute, Kennedy Muslim, dalam paparannya secara daring, Rabu (27/12). "[Kecuali] migrasi pendukung Presiden Jokowi ini terus berlanjut dan paslon nomor 2 bisa melewati angka psikologis 50%."

Jika melihat tren elektabilitas dari Oktober 2023, merujuk hasil survei Indikator, Prabowo-Gibran tetap berada di puncak dengan raihan 35,9%. Lalu, naik menjadi 45% (November), 45,6% (3-5 Desember), dan 46,7% (23-24 Desember). Adapun Ganjar-Mahfud stabil di peringkat kedua dengan perolehan 26,1%, 23,7%, 23,8%, dan 24,5%, sedangkan capaian Anies-Muhaimin adalah 19,6%, 23%, 22,3%, dan 21%.

Demikian pula dalam riset Polling Institute, Prabowo-Gibran kokoh teratas pada Oktober 2023 dengan 36,2%, lalu naik ke 43,2% (November), dan 46,1% (Desember). Sementara Ganjar-Mahfud mengalami penurunan sehingga terperosok ke peringkat ketiga, datanya 29%, 24,1%, dan 20,5%. Sedangkan Amin menyodok ke urutan kedua, dengan perincian 20,2%, 24,3%, dan 22,6%. 

Kendati begitu, Kennedy meminta kubu Prabowo-Gibran tidak berpuas diri. Pangkalnya, apa pun metodenya, survei tidak bisa merekam pemilih yang memastikan datang ke tempat pemungutan suara (TPS) dan menyalurkan hak politiknya (tren out of vote/out of rate). Dicontohkannya dengan pengalamannya ketika melakukan riset.

"Biasanya di survei, kita tanya, 'apakah datang ke TPS?' Biasanya di atas 90% responden menyatakan akan datang ke TPS. Tapi, kenyataannya di hari H itu tren out of rate kita di atas 70-75% sudah tinggi. Salah satu yang tertinggi di dunia. Tren out of rate [global] cuma sekitar 50-an persen,"

Sponsored

Ia pun mengingatkan, responden yang tidak menjawab ketika disurvei tentang preferensinya cenderung antipetahana (anti-incumbent). Ini tidak lepas dari efek underdog. Namun, mereka lebih solid untuk datang ke TPS dan memilih kandidat daripada pendukung yang jagoannya lebih unggul.

"Unggul di survei bisa dikatakan suatu handicap karena pendukung mereka yang sudah unggul di survei cenderung terlena. 'Ah, calon saya sudah pasti menang, untuk apa saya datang ke TPS?' Mungkin itu yang harus diwaspadai," jelasnya. Kennedy pun menganggap tren out of rate menjadi penentu (game changer).

Kongsi putaran kedua

Hal ini pun memunculkan wacana koalisi Anies-Muhaimin dan kongsi Ganjar-Mahfud bergabung pada putaran kedua. Hal itu diakui juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Ruhut Sitompul.

"Kalau memang [dua putaran] itu kejadian, sekarang, kan, kebetulan nomor 1 (Anies-Muhamin, red) dan nomor 3 (Ganjar-Mahfud, red) ini senasib sependeritaan. Kalau memang harus terjadi 2 putaran, saya punya keyakinan kami nomor 3, begitu juga nomor 1, akan bersatu. Pasti, dong, karena sama-sama teraniaya," tuturnya.

Ruhut meningatkan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah partai yang memiliki pendukung yang loyal (party ID) daripada partai-partai politik (parpol) lainnya. Kesamaan tersebut diyakininya juga dapat menjembatani terjadinya koalisi poros Anies dan Ganjar pada putaran kedua Pilpres 2024.

"Dua partai ini 'beti', beda-beda tipis, militansi kadernya di bawah. Jadi, ... tingkat kualitas komunikasi-pemikiran antara PDI Perjuangan di tingkat nasional [dan] PKS di tingkat nasional turun ke provinsi, turun ke kabupaten/kota, bahkan hingga ke akar rumput itu sama karena senasib sepenanggungan. Itu langsung klik, tune in," sambung politikus PDIP ini.

Wacana tersebut disambut positif juru bicara Tim Nasional (Timnas) Amin, Mardani Ali Sera. Ia pun membenarkan jika hanya PDIP dan PKS yang kuat party ID-nya. Dicontohkannya dengan pengalaman Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.

"Party ID tertinggi, ya, PDIP dan PKS. Kami punya pengalaman waktu Pilkada DKI, ketemunya PDIP-PKS saja waktu di bawah karena kami bersyukur memang partai kader. Jadi, kalau nanti bisa barengan di putaran kedua, siapa pun yang jadi, wah itu akan dahsyat. Luar biasa," tutur pada kesempatan sama. 

Sementara itu, Kennedy tidak heran apabila elite Amin dan Ganjar-Mahfud mulai menjalin komunikasi sejak sekarang dan mewacanakan pembentukan poros baru pada putaran kedua. Namun, ia ragu hal tersebut dapat terbangun dengan baik, khususnya di akar rumput.

"Saya, sih, enggak meragukan kalau potensi masuk putaran 2, elite 01 dan 03 mungkin sudah mulai komunikasi dari sekarang dan mungkin bisa bergabung karena kepentingan politik untuk mengalahkan pasangan 02. Tapi, terus terang, saya masih sedikit sangsi di akar rumput karena jurang ideologis masih cukup lebar antara pemilih PKS dan pemilih PDIP: satu di ujung kiri terjauh, satu di ujung kanan terjauh. Ini yang saya masih sangsi," ulasnya.

Berita Lainnya
×
tekid